pksgrogol.com - Jakarta. Sebelum sampai pada topik mafia kartu kredit atau pembahasan mengenai produk kartu kredit, hal pertama yang harus Anda ketahui dan pelajari adalah mengenai asal muasal alias sejarah uang. Kartu kredit adalah produk perbankan yang hadir setelah beredarnya uang yang juga merupakan produk perbankan. Kartu kredit tidak diciptakan begitu saja. Beberapa orang bahkan menyebutkan bahwa kartu kredit adalah bentuk dari masa depan uang itu sendiri (smart money). Tentu saja karena berbagai kelebihan dan keunikan kartu kredit itu sendiri.
Pada zaman purba, petani akan
selamanya makan padi, nelayan akan selamanya makan ikan, peladang hanya
makan buah-buahan, peternak akan konsumsi daging, pemburu akan selalu
makan burung atau binatang hasil buruan, dst.. Mengapa bisa dikatakan
demikian? Tak lain karena zaman dulu manusia belum mengenal apa yang
disebut sebagai "transaksi bisnis". Kehidupan zaman purba benar-benar
sangat membosankan. Yang dikonsumsi ya itu-itu saja. Jangankan zaman
purba, sekarang yang sudah modern saja masih ada banyak orang yang
hidupnya merasa bosan dan kesepian sampai ada yang bunuh diri. Apalagi
zaman dulu?
Suatu hari, petani, nelayan,
peladang, peternak atau pemburu akan berpindah tempat tinggal (manusia
nomaden) karena satu dua hal seperti bencana alam, menghindari binatang
buas, sumber daya alam yang menipis, dsb.. Dalam perjalanan
berpindah-pindah seperti inilah nelayan akan bertemu petani, petani akan
bertemu pemburu, pemburu bertemu peternak, dst.. Terjadilah interaksi
di antara mereka yang pada akhirnya membuat masing-masing pihak sadara
bahwa di muka bumi ini ada sumber makanan lain selain makanan yang
mereka konsumsi sehari-hari. Ada sayur, buah-buahan, ikan, hasil laut,
burung, kambing, domba, padi, gandum, dsb.. Saat itulah terjadi
pertukaran makanan yang kita kenal dengan sebutan "barter" (tukar
menukar). Sampai di sini paham?
Tempat di mana mereka sering
bertemu ini lama-lama dijadikan pusat pertemuan dan pertukaran makanan
resmi demi kemudahan dan efisiensi. Misalnya karena letaknya yang
gampang dijangkau dari masing-masing pihak, aman dari gangguan binatang
buas, dekat sungai, laut, dsb.. Dari sini Anda sebenarnya sudah bisa
menarik pelajaran bahwa lokasi bisnis yang baik memang harus mudah
dijangkau, dekat dengan konsumen, aman dan banyak fasilitas pendukung.
Inilah yang dinamakan dengan istilah "strategis". Jadi bisa Anda
bayangkan sebuah negara atau kota yang tiap hari demo, rusuh, bom
meledak di mana-mana, transportasi macet, listrik amburadul, air bersih
tidak ada, jalanan berlobang-lobang kayak kubangan sapi, bagaimana
negara atau kota itu bisa maju? Sampai kiamat negara itu tidak akan maju
sekalipun dipimpin seorang dewa atau malaikat. Inilah salah satu alasan
mengapa Indonesia tercinta ini tidak pernah maju dibandingkan
negara-negara tetangga bahkan Malaysia.
Tempat pertemuan untuk melakukan
barter ini, akhirnya disebut pasar yang diadaptasikan menjadi pasar
seperti yang kita kenal sekarang ini. Makanya sekarang kita tahu bahwa
pengertian pasar adalah tempat bertemunya penjual dengan pembeli.
Padahal waktu dulu pasar bukanlah tempat bertemu penjual dan pembeli
melainkan bertemu antara pemilik barang dengan peminat barang yang juga
memiliki barang yang lain. Ingat bawah waktu itu masih berlaku hukum
barter dan belum ada uang sebagai nilai tukar.
Adanya proses pertukaran barang
seperti ini memberikan pelajaran akan ilmu perdagangan Internasional.
Setiap negara memiliki sumber daya alam dan keunggulan yang berbeda
dalam mengelola sumber daya tersebut. Otomatis perlu dilakukan kerjasama
perdagangan Internasional untuk meningkatkan daya gunanya. Contoh:
misalnya Indonesia penuh sumber daya alam tetapi kekurangan teknologi.
Otomatis harus berdagang dengan negara yang kekurangan sumber daya alam
tetapi mampu secara teknologi. Inilah yang disebut bisnis Internasional
baik B2B (perusahaan ke perusahaan) atau G2G (pemerintah ke pemerintah).
Dengan adanya transaksi bisnis
Internasional ini, masing-masing negara akan mendapatkan keuntungan atau
nilai lebih. Karena itu orang-orang yang sering meneriakkan kata-kata
boikot produk asing tanpa dasar yang jelas atau hanya karena sentimentil
primordialisme yang dikait-kaitkan dengan isu SARA, bisa dikatakan
orang paling tolol di abad ini. Orang-orang seperti itu tidak layak
dipilih jadi pemimpin dan tidak patut diikuti dan dicontohi. Pemerintah
harus menindak tegas kelompok orang-orang seperti itu apalagi jika
mereka sudah menyarankan atau menghasut rakyat kecil untuk bertindak
anarkis. Alasannya sangatlah sederhana: apakah negara lain tidak bisa
melakukan hal yang sama dengan memboikot produk Indonesia? Bahkan akan
jauh lebih fatal bagi sebagian rakyat Indonesia karena posisi negara
kita adalah negara berkembang dan banyak hutang. Sudah ngutang kok masih
mau petantang petenteng? Tidak perlu sampai negara lain memboikot
pengiriman produk obat-obatan atau vaksin, cukup boikot suku cadang
pesawat maka satu persatu orang Indonesia yang naik pesawat akan segera
menghadap Rahmatullah.
Kekurangan Transaksi Barter
Transaksi yang terjadi pada mulanya memang barter.
Makanan ditukar makanan. Semua kebutuhan hidup manusia ditukar begitu
saja. Standarisasi atau nilai tukar belum ada dan belum bisa ditentukan.
Yang berlaku hanyalah berdasarkan kebutuhan, stok barang dan mungkin
sedikit hukum permintaan penawaran. Seorang petani akan menukar padinya
jika lagi membutuhkan makanan lain, begitu juga seorang peternak akan
menukar ayamnya jika membutuhkan makanan lain, dst.. Kalau tidak butuh
maka tidak akan ada transaksi. Di samping itu, seorang petani akan
menukar begitu saja sekarung padi dengan pemilik sayur, peternak akan
menukar kambingnya begitu saja dengan pemilik ikan atau pemilik
buah-buahan, dst..
Lama kelamaan transaksi barter
ini menemukan kendala yang sangat riskan dan fatal. Alasan pertama,
berkaitan dengan masalah jumlah atau takaran. Kalau sekarang kita
menyebutnya satuan nilai. Apakah jika seseorang kaya raya maka
dirinya harus menimbun padi, beras, ikan asin, buah-buahan berton-ton di
rumah yang suatu hari akan lapuk dan membusuk? Tentu konyol bukan? Alasan
kedua, bagaimana menakar sekarung padi atau beras dengan ayam,
ikan, buah-buahan? Apakah 10 ekor ayam sama dengan 2 kilo ikan, atau 5
ikat sayur sama dengan 1 ekor kambing? Ayam dan kambing adalah binatang
hidup yang bisa beranak pihak, sementara padi, sayur, buah-buahan, ikan
bisa membusuk dan menyusut. Jadi di sinilah sumber kerumitan muncul dari
transaksi barter.
Kabar baiknya: manusia adalah
makhluk yang paling jenius. Jika masalah tersebut tidak bisa diatasi
maka lama-kelamaan akan menimbulkan kekacauan. Kehidupan manusia bisa
tidak berkembang ke arah yang lebih maju. Di samping dua masalah yang
menyangkut satuan nilai, alasan ketiga adalah transaksi barter
hanya bisa terjadi jika kedua belah pihak membutuhkan barang yang
dibawa pihak lain dan juga harus membawa barang yang dibutuhkan
oleh pihak lain. Anda perhatikan baik-baik. Di sini jauh lebih rumit
untuk terjadi. Seorang petani yang membutuhkan ikan tidak bisa
melakukan barter jika dia hanya menemukan pemilik kambing. Sebab petani
membutuhkan ikan dan tidak membutuhkan kambing. Sementara itu bisa saja
nelayan tidak membutuhkan padi melainkan membutuhkan buah-buahan. Jadi
meski masing-masing membawa produk yang mereka miliki, sudah ada takaran
nilai tukarnya, membutuhkan produk lain, tetap saja tidak bisa
bertransaksi sebelum menemukan lawannya.
Lama kelamaan petani yang
membutuhkan ikan, berasnya keburu membusuk jika dia menunggu nelayan
yang sedang membutuhkan buah-buahan untuk bisa membutuhkan padi. Begitu
juga ikan si nelayan akan membusuk jika dia menunggu peladang yang
sebenarnya membutuhkan kambing, dst. Rumit sekali bukan? Sama seperti
saat ini, Anda punya produk A tetapi tidak mendapatkan peminat atau
konsumen, lama-lama produk tersebut menjadi barang yang tidak ada
gunanya alias rugi. Dari sinilah maka muncul cikal bakal yang dinamakan
uang hingga seperti yang kita kenal sekarang dalam bentuk logam dan
kertas.
Awal Mula Mata Uang
Mata Uang Logam dan Kertas. |
Sejak manusia mengenal uang sebagai satuan nilai dan alat tukar, lama kelamaan barter ditiadakan. Tetapi dalam perjalanan waktu, penggunaan alat-alat tukar ini menemukan kerumitan dan kendalanya tersendiri. Alasannya karena bentuk fisiknya yang berat dan jumlahnya terbatas. Meski secara standarisasi nilai sudah cukup bagus karena logam mulia tidak bisa lapuk, rusak atau berkurang beratnya seperti penggunaan alat kerajinan tangan, tetapi tetap saja merepotkan.
Seperti kita ketahui bahwa emas,
perak, tembaga, timah dan logam-logam lain jumlahnya sangatlah terbatas
dan perlu usaha keras untuk menambangnya. Ini juga menjadi kendala yang
sangat mengganggu. Suatu hari cepat atau lambat akan menemukan
kendalanya tersendiri jika tidak segera dicari solusinya. Jumlahnya akan
terus berkurang untuk ditambang karena sumber daya alam tambang tidak
bisa diperbaharui. Lagian karena bentuk dan ukurannya yang berat
menimbulkan masalah tersendiri. Apakah jika seseorang kaya raya maka
harus menimbun batangan emas, perak, tembaga berton-ton di belakang
rumah? Apakah kalau jalan-jalan ke luar negeri harus membawa
berkarung-karung emas yang beratnya setengah mati? Sejak itu mulai
dipikirkan dan diciptakanlah uang kertas seperti yang kita kenal
sekarang. Tentu masih dilengkapi dengan bentuk uang logam tetapi pecahan
yang sangat kecil dan ringan. Sampai di sini uang menemukan bentuknya
yang luar biasa hingga kita pergunakan selama ribuan tahun. Dengan
adanya uang kertas dan uang logam dalam jumlah terbatas, maka hadirlah
bank-bank yang secara otomatis membuat semua kendala transaksi
terpecahkan. Sampai di sini saya yakin Anda mulai paham.
Perjalanan waktu menjelaskan
bahwa penggunaan uang kertas dan uang logam yang sudah ribuan tahun kita
pergunakan ini tetap saja mulai menimbulkan kendala. Kendalanya itu
terjadi karena semakin modern, semakin tinggi mobilitas manusia itu
sendiri. Seperti kita ketahui apakah seseorang kalau bepergian ke luar
negeri harus membawa berkoper-koper uang? Meski uang kertas sudah cukup
ringan, tetapi bukankah tidak nyaman, rawan serta merepotkan? Apalagi di
zaman sekarang di mana hutan semakin menipis untuk ditebang. Apakah
seseorang harus terlebih dulu menukarkan mata uang asing negara tujuan
sebelum bepergian ke negara tersebut? Hal-hal seperti inilah yang
akhirnya memunculkan ide untuk menciptakan uang dalam bentuk lain yang
bisa mengakomodir semuanya itu. Dari sinilah cikal bakal munculnya kartu
plastik yang akhirnya memunculkan kartu kredit.
Dari serangkaian penjelasan ini
Anda tahu bahwa kartu kredit tidak timbul dengan sendirinya. Semuanya
bisa ditelusuri hingga ke zaman purba. Kartu kredit bukan produk
asal-asalan yang diciptakan oleh orang-orang yang tidak punya kerjaan.
Kartu kredit sudah melewati masa-masa sulitnya di zaman dulu. Bagaimana
dengan masa akan datang seribu tahun kemudian dari sekarang? Tentu yang
akan menjawabnya adalah anak cucu cicit kita nanti. Apakah akan
menggunakan chip yang dibenamkan ke dalam telapak tangan atau
jidat manusia seperti film 666 tentang pemerintahan antikris (one
world order)? Apakah nanti akan disematkan di telepon selular atau
e-KTP? Jawabannya hanya menunggu waktunya saja.
Dengan mengetahui latar belakang
sejarah uang hingga terciptanya kartu kredit seperti ini, Anda tahu
bahwa kartu kredit merupakan alat transaksi masa depan yang tidak bisa
kita pisahkan dari kehidupan kita. Anda tidak bisa menyepelekan atau
cuek terhadap kartu kredit. Hanya
orang bodoh yang berkata bahwa kartu kredit tidak ada gunanya.
Kartu kredit sudah sama seperti uang itu sendiri, apalagi jika Anda
tinggal dan menetap di negara-negara maju atau kota-kota besar di
dunia.
Info: Akan Terbit EBook Mafia Kartu Kredit,
awal Triwulan Tahun 2012.
(Detail lihat http://www.mafiakartukredit.com/)
Dapatkan Bonus Eksklusif Ebook: (Detail lihat http://ahlikartukredit.com/)
- "eBook Rahasia Meledakkan Limit Kartu Kredit" senilai Rp.970.00
- "Ebook 9 Cara memanfaatkan Kartu Kredit Untuk Kekayaan" senilai Rp.475.000
- "Ebook Cara Sukses Anti Gagal Mengajukan Kartu Kredit Baru" senilai Rp.350.000
- "Ebook Strategi Ala Kiyosaki" senilai Rp.170.000
-" Video Tutorial Straegi Modal Usaha dari Kartu Kredit" senilai Rp.250.000
- Total Bonus senilai Rp.2.215.000 -
Dapatkan Bonus Eksklusif ++ : (Khusus Bulan ini)
(Detail Profil http://wirausahaindonesia.com/archives/heppy-trenggono-titik-balik-mantan-debitor-kakap)
(https://www.facebook.com/heppytrenggono)
-" 4 Audio Seminar Heppy Trenggono, Strategi How to Debt Free" senilai Rp.1.750.000
- Grand Total Bonus senilai Rp.3.965.000 -
Harga Normal Rp.3.500.000 (Biaya Pembuatan)
Harga Early Bird Rp.2.000.000 (Saat Launching)
Dapatkan Harga Spesial Rp.250.000 (Pre Order sebelum Launching)
Untuk pemesanan ebook hingga tanggal 5 Februari 2012
Note: Harga Naik setiap Minggunya.
Hanya untuk 10 orang pertama !
Segera kirim SMS dg Format: Pesan Ebook KK kirim ke 0838 1155 9099
Untuk berita terbaru, ikuti PKS Grogol di Twitter dan Facebook
(Detail lihat http://www.mafiakartukredit.com/)
Dapatkan Bonus Eksklusif Ebook: (Detail lihat http://ahlikartukredit.com/)
- "eBook Rahasia Meledakkan Limit Kartu Kredit" senilai Rp.970.00
- "Ebook 9 Cara memanfaatkan Kartu Kredit Untuk Kekayaan" senilai Rp.475.000
- "Ebook Cara Sukses Anti Gagal Mengajukan Kartu Kredit Baru" senilai Rp.350.000
- "Ebook Strategi Ala Kiyosaki" senilai Rp.170.000
-" Video Tutorial Straegi Modal Usaha dari Kartu Kredit" senilai Rp.250.000
- Total Bonus senilai Rp.2.215.000 -
Dapatkan Bonus Eksklusif ++ : (Khusus Bulan ini)
(Detail Profil http://wirausahaindonesia.com/archives/heppy-trenggono-titik-balik-mantan-debitor-kakap)
(https://www.facebook.com/heppytrenggono)
-" 4 Audio Seminar Heppy Trenggono, Strategi How to Debt Free" senilai Rp.1.750.000
- Grand Total Bonus senilai Rp.3.965.000 -
Harga Normal Rp.3.500.000 (Biaya Pembuatan)
Harga Early Bird Rp.2.000.000 (Saat Launching)
Dapatkan Harga Spesial Rp.250.000 (Pre Order sebelum Launching)
Untuk pemesanan ebook hingga tanggal 5 Februari 2012
Note: Harga Naik setiap Minggunya.
Hanya untuk 10 orang pertama !
Segera kirim SMS dg Format: Pesan Ebook KK kirim ke 0838 1155 9099
Untuk berita terbaru, ikuti PKS Grogol di Twitter dan Facebook
Tidak ada komentar :