Gedung Bank Indonesia (BI) di Jakarta. Di sinilah sumber semua masalah keuangan dan perbankan Indonesia jika tidak beres orang-orangnya. |
Semua orang tahu bahwa bank
memiliki manfaat atau peranan penting. Jika tidak ada bank, di manakah
kita harus menyimpan uang atau kekayaan kita? Apakah harus menyimpannya
dalam bentuk celengan babi, celengan ayam atau di bawah bantal? Bukankah
semua itu tidaklah aman? Karena pencuri dan itu bisa siapa saja datang
mengambil semuanya. Pencuri bisa masuk, menyusup diam-diam ke dalam
kamar lalu menggasak semua harta benda kita dan pergi begitu saja. Lapor
polisi, polisi pun bingung. Jadi menabung di bank jauh lebih aman dan
nyaman kecuali digondol oleh Om Robert Tantular, Dicky Iskandar Dinata,
Adrian Waworuntu, Hendra Rahardja, dkk.
Kedudukan bank dalam
perekonomian sebuah negara sangatlah vital. Institusi perbankanlah yang
menciptakan semua jenis uang yang ada sehingga kita semua bisa
bertransaksi dan menjadi orang kaya. Bisa Anda bayangkan bagaimana
jadinya kehidupan ini jika tidak ada bank? Apa kekayaan Anda harus dalam
bentuk sembako, rempah-rempah, logam mulia berton-ton di gudang yang
bakal lapuk seperti zaman purba? Bagaimana Anda harus menyimpan
kelebihan uang atau dari mana Anda harus meminjam dana untuk keperluan
investasi, bisnis, dsb? Bagaimana Anda harus membayar rekan bisnis di
luar negeri atau mengirimi uang untuk anak-anak Anda yang sedang kuliah
di luar negeri? Semuanya dimungkinkan karena adanya bank.
Bank bukan saja memungkinkan
kita untuk menyimpan kekayaan dalam bentuk tabungan, deposito, giro,
tetapi bank juga bisa berperan sebagai lembaga mediator, tempat
menyimpan surat berharga, dokumen-dokumen penting yang kadang kita sebut
sebagai safe deposit box. Bayangkan seperti zaman purba
semuanya itu disimpan di lemari, celengan atau di bawah kasur. Tentu
jauh lebih aman dan nyaman ditaruh di bank. Belum lagi dengan adanya
pemberian bunga simpanan atau bunga deposito, membuat semua kekayaan
kita akan berkembang secara perlahan-lahan namun pasti. Inilah yang
sering disebut oleh kalangan pelaku bisnis bahwa bank adalah salah satu
sarana investasi terbaik yakni produk perbankan.
Peranan Bank Dalam Sistem
Ekonomi Negara
Anda harus tahu dan mengerti
bahwa bank didirikan dengan tujuan yang sangat mulia. Jika ada
persoalan-persoalan perbankan seperti kasus Bank Century, BLBI, dsb..
itu adalah ekses yang terjadi. Bukan banknya sebagai sebuah lembaga yang
harus disalahkan tetapi oknum-oknum yang terkait dengan regulasi dan
operasional bank itu sendiri. Meski kasus perbankan di Indonesia terus
terjadi bak hujan meteor, bukan berarti bank sudah tidak bisa dipercayai
lagi. Di negara lain kok tidak pernah ada kasus demikian dan perbankan
mereka aman-aman saja? Ini masalah sumber daya manusianya dan terkait
"orang Indonesia" itu sendiri. Entah orang Indonesia itu berkedudukan
sebagai pihak regulator (pejabat), operator (bankir) atau eksekutor
(penjahat perbankan). Makanya ada anekdot: "Apapun yang baik yang
diberikan kepada orang Indonesia pada akhirnya semuanya akan rusak
termasuk sebuah agama yang baik." Benar atau tidak, Anda yang
menentukannya sendiri setelah melihat fakta yang terus terjadi di negeri
ini.
Bank didirikan selain untuk
menciptakan uang, juga berfungsi untuk mengontrol sistem moneter, fiskal
dan devisa sebuah negara. Bank menjadi salah satu urat nadi atau pilar
perekonomian negara. Jika sistem perbankan sebuah negara rapuh dan
orang-orang yang duduk di dalamnya terus melakukan upaya-upaya KKN
seperti yang terjadi di Indonesia, percayalah negara tersebut akan
rentan sekali perekonomiannya. Dalam cakupan yang lebih luas, bank juga
berfungsi sebagai lembaga pengontrol perekonomian dunia. Jadi semua
perekonomian negara saling terkoneksi oleh lembaga-lembaga perbankan
seperti ini.
Sebagai masyarakat kita tahunya
enak-enak berbisnis, berdagang, tarik uang di ATM, memakai kartu kredit
gesek sana gesek sini, dsb.. Jika terjadi inflasi atau situasi ekonomi
memburuk, kita hanya bisa mencaci maki pemerintah terutama Menko Ekuin
(Menteri Koordinator Ekonomi dan Keuangan) serta Menperindag (Menteri
Perindustrian dan Perdagangan). Padahal kita tidak pernah tahu bahwa
pemerintah, khususnya orang BI (Bank Indonesia) sudah memeras otak tujuh
keliling untuk mencegah dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi termasuk
bertahan menghadapi berbagai upaya dan permainan spekulan sialan yang
begitu cerdik. Belum lagi harus menghadapi semua kebijakan bank sentral
negara lain terutama The Fed
(Federal Reserve) - bank sentral Amerika Serikat, dsb. Jadi
sebagai masyarakat janganlah kita meremehkan tugas pemerintah (BI).
Belum tentu jika kita yang disuruh akan jauh lebih mampu. Karena itu
amatlah krusial dan wajib jika Bank Indonesia (BI)
harus diduduki oleh orang-orang pintar, jenius dan kompeten. Bukan saja
sosok "bersih" tetapi orang tersebut harus benar-benar jenius. Bersih
saja tidaklah cukup karena negara akan terancam oleh ulah-ulah spekulan
dan permainan bank sentral negara lain. BI itu bukan lembaga dakwah
apalagi agama. Celaka 13-nya mungkin susah menemukan orang jenius yang
"bersih". Banyak yang mau tetapi tidak mampu, sebaliknya ada yang mampu
tetapi tidak mau atau tidak "bersih".
Uniknya dan inilah yang menjadi
sumber malapetaka dunia, ternyata bank sentral Amerika (The Fed) itu
dimiliki oleh pihak swasta. Mungkin inilah satu-satunya bank sentral di
seluruh dunia yang dipegang oleh swasta. Bisa Anda bayangkan? Jadi
dengan kata lain BI itu ibarat milik swasta kayak BCA, BII atau
Citibank. Milik pemerintah saja amburadul dan banyak permainan dan
kepentingan di sana, apalagi milik swasta? Kurang lebih seperti itulah
logika berpikirnya. Karena itu kekuatan The Fed begitu luar biasa dan
ditakuti bahkan mengontrol pemerintah negara Amerika itu sendiri. Jadi
apa saja yang dilakukan oleh The Fed akan mempengaruhi perekonomian
semua negara di dunia. Luar biasa bukan? Coba saja kita taruh Om Robert
Tantular sebagai salah satu direksi The Fed, saya yakin dunia sebentar
lagi kiamat. Cckk...cckk.
Makanya kami kadang tertawa
kecil jika mengikuti seminar forex, option, index atau lainnya
yang kata mereka punya ilmu paten menang investasi hanya berdasarkan
tren, software apalagi grafik candle stick. Semua yang
diceritakan oleh marketing perusahaan investasi di atas hanya
untuk mengejar omset dan biaya hidup buat mereka. Mereka tidak perlu
tahu bahkan tidak peduli Anda sebagai investor menang atau kalah sebab
yang mereka butuhkan hanyalah adanya "transaksi". Setiap terjadi
transaksi otomatis akan menghasilkan uang makan buat mereka. Jika sekali
transaksi Anda dikenakan biaya Rp 1.000.000, secara akal sehat kami
sebagai broker pasti menganjurkan Anda setiap hari bertransaksi. Bila
perlu sehari 3x kayak minum obat batuk. Gunakan saja logika Anda dan
jangan mau terus dipermainkan dan ditipu orang pintar.
Berinvestasi di sarana-sarana
seperti itu (forex, index, valas, option, dsb.) sebenarnya lebih
kepada Anda berpihak pada bank sentral negara mana. Jika Anda membeli
dan menyimpan dollar Amerika, ini berarti Anda lebih percaya bahwa
orang-orang Amerika (The Fed) jauh lebih pintar dari orang-orang
Indonesia (BI). Otomatis Anda percaya bahwa dollar harganya akan naik
beberapa waktu ke depan. Begitu juga jika Anda berinvestasi dengan
membeli atau memborong dollar Singapura, dollar Australia, yen Jepang,
yuan China, euro, dsb. Anda percaya pemerintah negara-negara tersebut
jauh lebih hebat dari pemerintah negara Indonesia atau negara lain di
mana mata uangnya Anda pertaruhkan. Karena itu kita sering melihat bahwa
mata uang antara satu negara dan negara lain dipertaruhkan. Tidak
selalu harus antara rupiah (IDR) melawan dollar Amerika (USD), tetapi
bisa saja dollar Singapore (SGD) melawan dollar Amerika (USD), dsb.
Setiap negara di muka bumi ini pasti akan lebih memilih untuk menjaga dan mempertahankan perekonomian negaranya. Karena itu mereka akan berusaha sekuat tenaga mempertahankan mata uang mereka dengan berbagai kebijakan. Bahkan bila perlu dengan kebijakan ekstrim jika keadaan mendesak. Dengan asumsi sederhana seperti ini, seharusnya Anda paham bahwa permainan-permainan investasi seperti yang disebutkan di atas harus lebih mengacu pada kekuatan, kepintaran dan kredibilitas orang-orang yang duduk di dalam bank sentral tiap-tiap negara. Apa yang mereka inginkan, apa yang akan mereka lakukan, kepentingan apa yang sedang bergolak di negara tersebut, dsb. Bukan semata-mata berdasarkan tren, data, grafik, candle stick dan software. Emangnya main valas adalah bermain togel yang berisi bola-bola angka-angka begitu saja? Mata uang sebuah negara menguat atau melemah semuanya itu sangat ditentukan oleh bank sentral negara tersebut dalam menjalankan perannya mengatur devisa, fiskal dan moneter. Bukan sekadar sebuah program komputer.
Menciptakan Dan Meniadakan
Daya Beli Masyarakat
Ini sangat penting! Mari kita
pahami sejenak peranan bank berkaitan dengan penciptaan atau peniadaan
daya beli masyarakat. Ini berlaku di semua negara. Tentunya pembelajaran
ini dengan sejumlah pengecualian. Untuk lebih jelas Anda bisa
bertanya kepada profesor-profesor atau doktor-doktor di sejumlah
universitas atau pejabat terkait. Indonesia sudah memiliki banyak doktor
dan profesornya. Ilmu dan pengalaman kami tidaklah sehebat dan seluas
mereka. Anda pasti tahu bahwa bank mengumpulkan dana dari masyarakat
dalam bentuk tabungan. Dana yang terkumpul ini harus disalurkan kembali
kepada mereka-mereka (masyarakat) yang membutuhkan, yang biasanya
disebut penyaluran atau pemberian kredit. Lalu bagaimana sistem kredit
perbankan ini bisa meningkatkan daya beli masyarakat (perekonomian
negara)?
Katakanlah seorang pedagang
mendatangi sebuah bank, mendaftarkan diri menjadi nasabah dan langsung
mengajukan pinjaman kredit. Kita anggap orang bank semuanya baik-baik,
profesional dan santun-santun. Si calon nasabah (debitur) akan dinilai
sesuai kriteria bank yang sudah ada standar operasionalnya (SOP). Asal
saja jangan sampai minjam uang ke bank gadai ijazah S1 seperti yang
dikeluarkan seorang pejabat akhir-akhir ini. Sebab bukan tidak mungkin
nanti akan gadai surat nikah, surat cerai, surat kematian, dsb. Kami
tidak habis pikir otak macam apa yang mencetuskan ide konyol seperti
ini. Setelah dinyatakan layak, bank akan mengkreditkan sejumlah uang ke
rekening si pedagang, lalu pedagang tersebut bisa menggunakan dana
tersebut untuk keperluannya baik itu menarik tunai, menulis cek,
membayar giro, dsb. Dari sinilah sebenarnya asal muasal istilah tabungan
derivatif dengan segala permainan turunannya. Si pemilik tabungan tidak
pernah memasukkan uang dalam rekening tabungan, tetapi ada banyak uang
di dalamnya dan bisa mereka pergunakan seenak perutnya. Kita anggap
pedagang tersebut adalah pengusaha jujur dari desa yang belum pernah
terkontaminasi praktek suap, pergaulan hidup jetset ibukota, berteman
dengan makelar kasus atau mark up nilai proyek. Sekarang kita
lihat bagaimana selanjutnya bank mempengaruhi daya beli masyarakat dari
proses di atas yang dilakukan oleh pedagang tersebut.
Katakanlah di negara kita ini ada 3 bank saja yakni: A, B, C. Misalnya bank A memperoleh total simpanan masyarakat sebesar Rp 1 triliun. Oleh aturan pemerintah (BI) mengharuskan sejumlah persentase dana tersebut disimpan di bank sentral sebagai dana cadangan untuk berbagai keperluan misalnya masalah likuiditas. Katakanlah dana cadangannya minimal 30%, maka sisa dana yang ada di bank A adalah Rp 700 miliar. Karena bank adalah lembaga profit yang harus mencetak laba untuk membayar bunga kepada deposannya, membayar biaya operasional, otomatis mereka perlu pemasukan. Total Rp 700 miliar katakanlah disalurkan lagi kepada masyarakat dalam bentuk kredit yang pada akhirnya dibelanjakan lagi kepada pelaku bisnis. Kita andaikan si pedagang ini menerima Rp 700 miliar.
Katakanlah di negara kita ini ada 3 bank saja yakni: A, B, C. Misalnya bank A memperoleh total simpanan masyarakat sebesar Rp 1 triliun. Oleh aturan pemerintah (BI) mengharuskan sejumlah persentase dana tersebut disimpan di bank sentral sebagai dana cadangan untuk berbagai keperluan misalnya masalah likuiditas. Katakanlah dana cadangannya minimal 30%, maka sisa dana yang ada di bank A adalah Rp 700 miliar. Karena bank adalah lembaga profit yang harus mencetak laba untuk membayar bunga kepada deposannya, membayar biaya operasional, otomatis mereka perlu pemasukan. Total Rp 700 miliar katakanlah disalurkan lagi kepada masyarakat dalam bentuk kredit yang pada akhirnya dibelanjakan lagi kepada pelaku bisnis. Kita andaikan si pedagang ini menerima Rp 700 miliar.
Tentunya Rp 700 miliar yang
didapatkan oleh para pelaku bisnis (pedagang) akan disimpan kembali ke
bank berikutnya. Pedagang-pedagang akan saling bertransaksi dan
keuntungan akan ditaruh kembali ke bank. Katakanlah kali ini adalah bank
B menerima Rp 700 miliar tersebut. Setelah mencadangkan 30% maka bank B
akan menyalurkan kembali ke masyarakat seperti yang dilakukan oleh bank
A yakni kali ini Rp 490 miliar (70% x Rp 700 miliar). Dengan begitu
bank C akan menerima Rp 490 miliar. Begitu seterusnya ke bank C, D, E,
dst... Untuk lebih jelasnya coba amati ilustrasi yang kami buat di bawah
ini:
Bank
|
Tabungan
|
Cadangan
|
Sisa yang disalurkan
|
Jumlah total
|
A
|
1.000 M
|
300 M
|
700 M
|
1.000 M
|
B
|
700 M
|
210 M
|
490 M
|
700 M
|
C
|
490 M
|
147 M
|
343 M
|
490 M
|
Dst…
|
….
|
….
|
….
|
….
|
Dari data ilustrasi di atas,
Anda bisa melihat bahwa total dana yang beredar di masyarakat sampai
bank C berjumlah Rp 2,190 triliun lebih (penjumlahan total keseluruhan).
Jauh lebih besar jika hanya ada satu bank saja (bank A), bukan? Jika
hanya ada bank A maka total dana yang berputar hanya Rp 1 triliun. Makin
banyak bank maka makin hidup sebuah perekonomian negara. Pertanyaannya
adalah: apa yang akan terjadi jika jumlah bank yang ada dalam sebuah
negara sedemikian banyak dan beragam? Ya Betul! Uang derivatif yang
diciptakan akan sedemikian besar dan menakutkan. Dana-dana inilah yang
menghidupkan perekonomian sebuah negara. Tak ada bedanya dengan
menggunakan kartu kredit. Pada saat kita menggunakan kartu kredit,
sebenarnya kita juga menggunakan uang derivatif seperti ini. Kita
menggunakan uang bank yang dikreditkan kepada kita. Lalu kita berbelanja
sehingga perusahaan untung dan terus berproduksi, membayar gaji
pegawai, dan akan terus berputar sistem ekonomi seperti ini. Atas dasar
logika seperti inilah maka Anda tahu mengapa keberadaan bank-bank di
sebuah negara harus cukup beragam baik itu bank pemerintah, bank swasta,
bank asing, bank devisa, bank non devisa, bank perkreditan rakyat, bank
bodong, bank bangkrut, dsb.
Penjelasan di atas juga membuka
pikiran Anda mengapa ada banyak sekali konglomerat, anak pejabat, cucu
birokrat yang berlomba-lomba mendirikan bank atau berusaha menduduki
posisi kunci direksi bank. Bahkan beberapa di antaranya berusaha pacaran
dan menikah dengan anak atau cucu bankir. Mereka sudah tahu apa yang
kami sebutkan di atas. Katakanlah pada akhirnya seperti yang sudah kita
saksikan bersama-sama di mana bank-bank yang mereka kelola atau miliki
tersebut bangkrut seperti Bapindo, Bank Duta, BLBI I, BLBI II, Century,
dsb. toh mereka semua sudah sangat dikayakan oleh proses tabungan
derivatif seperti itu. Uang mereka tidak habis dimakan 20 turunan
(bukan 7 turunan lagi). Masuk penjara 10 tahun lalu keluar dengan harta
ratusan miliar, kami rasa semua juga mau. Itupun bukan penjara tetapi
hotel yang kebetulan berlokasi di penjara. Makanya Anda bisa melihat
banyak anak pejabat atau anak cucu konglomerat hitam sayang-sayang saya
bapaknya dan dianggap pahlawan. Ya jelas dong! Belum tentu kerja
mati-matian 50 tahun kita bisa menghasilkan Rp 10 miliar, dan asal
jangan masuk penjaranya saat usia 70 tahun. Jadi mending kita belajar
korupsi kale!
Inilah alasan mengapa konglomerat hitam dan pejabat busuk tersenyum dan tidak pernah merasakan kelaparan seperti rakyat Indonsia meski mau krisis moneter 97 - 98 terulang ribuan kali lagi. Sebenarnya jika seorang hakim yang benar-benar tulus dan cerdas dan ingin memberikan keadilan kepada rakyat kecil bisa menarik logika berpikir sederhana: pelaku korupsi dan kejahatan perbankan di atas Rp 20 miliar harus dihukum minimal 30 tahun atau seumur hidup. Jika tidak sama saja bohong dan hanya omdong (omong doang) kayak kentut. Semua orang akan terpancing untuk melakukan hal seperti itu. Kami saja tertantang untuk korupsi toh keluar penjara bisa hidup enak dan tenang. Kalau malu sama tetangga, tinggal beli tiket tinggal di Singapore atau Australia.
Inilah alasan mengapa konglomerat hitam dan pejabat busuk tersenyum dan tidak pernah merasakan kelaparan seperti rakyat Indonsia meski mau krisis moneter 97 - 98 terulang ribuan kali lagi. Sebenarnya jika seorang hakim yang benar-benar tulus dan cerdas dan ingin memberikan keadilan kepada rakyat kecil bisa menarik logika berpikir sederhana: pelaku korupsi dan kejahatan perbankan di atas Rp 20 miliar harus dihukum minimal 30 tahun atau seumur hidup. Jika tidak sama saja bohong dan hanya omdong (omong doang) kayak kentut. Semua orang akan terpancing untuk melakukan hal seperti itu. Kami saja tertantang untuk korupsi toh keluar penjara bisa hidup enak dan tenang. Kalau malu sama tetangga, tinggal beli tiket tinggal di Singapore atau Australia.
Sampai di sini, Anda paham
mengapa pada saat restrukturisasi perbankan besar-besaran baik yang
dilakukan sebelum atau setelah krisis ekonomi 1998 situasinya begitu
mencekam. Semua bank jika ditutup jelas berbahaya, tetapi tidak ditutup
juga akan sama bahayanya. Lha, karena dana derivatifnya begitu
luar biasa? Otak pejabat birokrat yang bergelar doktor profesor super
jenius pun bisa gila kalau tidak kuat. Uang sudah tidak tahu lari ke
mana, ke tangan siapa sementara situasi ekonomi porak poranda bercampur
ketidakpastian situasi politik. Belum lagi tekanan dan ancaman negara
asing. Malaysia dari ujung sana tertawa terkekeh-kekeh. Sekarang Anda
baru mangut-mangut dan mulai mengerti apa yang terjadi dan betapa rumit
sebuah sistem ekonomi perbankan itu harus dijaga. Bukan soal setor
tunai, tarik ATM, tabungan masih ada duit atau tidak, gesek kartu kredit
bayar ini bayar itu, belanja di sana belanja di sini, dsb.
Sebenarnya kalau kita mau jujur,
krisis ekonomi 1997-1998 yang terjadi di kawasan ASEAN, krisis keuangan Amerika
2007-2008 yang mengharuskan pemerintah George W. Bush membailout USD 700
miliar, dan berbagai krisis keuangan yang pernah terjadi di seluruh
dunia, merupakan krisis perbankan atau lembaga keuangan. Itu bukan
krisis ekonomi tetapi krisis lembaga keuangan atau lembaga perbankan.
Lebih tepatnya lagi krisis moralitas pejabat keuangan, bankir-bankir,
broker pasar modal yang ada. Krisis ekonomi yang sejati adalah krisis
yang terjadi akibat kekurangan sumber daya alam dan pemanfaatannya
karena satu dua hal. Saat krisis ekonomi 1997-1998 Indonesia dan
negara-negara ASEAN masih kaya raya dan tidak kelaparan. Bukti fakta
nyatanya justru pada saat krisis produk-produk komoditas pertanian yang
menjangkau pasar ekspor malah panen uang. Karena ada selisih
pemberlakuan kurs mata uang. Yang babak belur justru para spekulan mata
uang, bankir dan mereka-mereka yang hidupnya bergantung pada produk
perbankan baik hutang piutang. Termasuk mereka yang suka menggunakan
produk import di mana harganya selangit. Bukankah begitu?
Tetapi semuanya itu dipermainkan
sedemikian rupa seolah-olah itu menjadi krisis ekonomi dan membuat
semua pemerintah negara manapun harus ikut bertanggung jawab, turun
tangan karena sudah masuk krisis ekonomi. Inilah celakanya dan di
sinilah permainannya. Jika pemerintah tidak segera turun tangan maka
ujung-ujungnya justru benar-benar akan terjadi krisis ekonomi yang
sangat berbahaya sekali. Karena sejumlah tabungan masyarakat bisa habis
dipakai oleh bajingan-bajingan perbankan seperti ini. Bisa terjadi chaos,
rusuh di mana-mana bahkan seorang presiden dan jenderal bisa diculik
dan digantung seperti pada zaman raja-raja di Perancis dulu. Mengerikan
bukan? Inilah yang sebenarnya juga terjadi dengan kasus bank Century.
Orang pintar pura-pura bodoh saja.
Semua uang itu bukan hilang lenyap kayak embun terkena panas matahari. Uang itu tetap ada tetapi berpindah tangan sedemikian rupa dan sedemikian cerdik. Yang jadi korban rakyat-rakyat kecil dan orang-orang yang tidak terkait permainan-permainan seperti ini, termasuk beberapa pejabat yang jujur dan tulus. Korban dari krisis keuangan di belahan dunia manapun tidak mengenal kaya miskin, pejabat atau rakyat, orang berpendidikan atau buta huruf. Semua disapu bersih bagaikan badai tsunami. Sedangkan mereka-mereka yang terlibat dalam upaya "penciptaan" badai krisis keuangan tersebut senyum-senyum saja. Mau masuk penjara 20 tahun pun rasanya orang-orang seperti Dicky Iskandar Dinata, Robert Tantular, Samadikun Hartono, Adrian Waworuntu, Hendra Rahardja, Eddy Tansil, dsb. yang tidak bisa disebutkan satu per satu oke-oke saja. Begitu keluar anak dan cucu cicit mereka sekeluarga tetap jadi orang kaya. Malah masuk penjara pun bisa menjadi kebanggaan tersendiri. Satu berkorban tetapi seisi buyut nenek moyang terselamatkan bukankah ini adalah pengorbanan seorang pahlawan? Daripada kita, mulai dari kakek kerja mati-matian, ayah kerja banting tulang, kita hancur-hancuran e.. malah harta kekayaan yang kita sinpan di bank digondol bajingan-bajingan seperti itu dengan segala kepintaran dan permainan mereka.
Tak heran begitu kita melihat di tayangan televisi, semua anak cucu dan keluarga pelaku suap dan korupsi yang tertangkap tak pernah gentar melawan pemerintah dan terus membela orang tua mereka. Pahlawan ya jelas dibela dong. Bahkan ada yang berani berkata sambil disorot kamera - dirinya tidak sadar bahwa ditonton ratusan juta rakyat Indonesia -,
"Papa gak salah! Ini penjebakan! Ini kriminalisasi! Ini kepentingan politik!"
"Saya bangga sama Papa! Papa orang tua yang bertanggung jawab."
Preettt.... Dirinya tidak tahu bahwa satu orang yang dibanggakan justru menjadi penyakit atau virus penderitaan bagi jutaan anak-anak keluarga lainnya. Dan jika kondisi seperti ini terus terjadi, penegakan hukum tidak beres, hakim-hakim masih bermain-main, polisi masih mandul, percayalah lama-lama Indonesia akan hilang semua orang baiknya. Lho buat apa jadi orang baik jika selalu menjadi korban? Mungkin kami adalah orang pertama yang akan menjadi orang jahat. Buat apa jadi orang baik sementara orang jahat terus menertawakan orang baik dan Tuhan sudah tidur bahkan pingsan. Doa pun hanyalah lagu mars ceremonial sebab Tuhan tidak ada. Yang ada cuma omongan-omongan pendeta dan ustadz yang tidak pernah melihat kenyataan melainkan kerjanya hanya membaca kitab suci setiap hari. Atau jangan-jangan Tuhan memang ilusi atau dongeng kosong?
Konsekuensi Pemerintah Menyelamatkan Bank Bermasalah
Karena sudah diarahkan untuk menyentuh perekonomian
negara, pemerintah mau tidak mau harus turun tangan menolong. Jika tidak
turun tangan bahkan bisa tambah kacau situasinya. Amerika saja
membailout krisis keuangan mereka dengan dana talangan USD 700 miliar,
apalagi Indonesia yang cuma Rp 6,7 triliun. Kecillll.... Memang terlihat
kecil tetapi efeknya yang luar biasa baik secara politis dan kehidupan
sosial di tahun-tahun berikutnya. Belum lagi masalah keadilan di mana "apa
yang diperbuat oleh pelaku bisnis sebenarnya mereka sudah tahu
resikonya" tidaklah pantas ditolong oleh pemerintah. Bailout kasus
Bank Century tidak boleh dilakukan karena produk yang dimakan Om Robert
Tantular dkk. itu adalah produk di luar produk perbankan. Seharusnya
pemerintah membiarkan mereka gontok-gontokan sendiri dan tidak akan ada
yang namanya "ancaman sistemik". Istilah "ancaman sistemik" itu hanya
bisa menipu orang bodoh atau menipu si Kabayan dari kampung!
Dan orang-orang yang menjadi nasabah atau klien dari Antaboga Delta Sekuritas seharusnya juga sudah menyadari jika sebuah produk berani menawarkan bunga tinggi sudah pasti berisiko tinggi. Tetapi ini diembat juga seolah diri adalah pihak paling benar dan merupakan rakyat yang jadi korban. Aneh bukan? Semua itu adalah orang-orang pintar serakah tetapi pura-pura bodoh. Menurut kami ya biarin saja bangkrut! Jika ini terus terjadi pemerintah ibarat petugas pencuci piring dari sebuah pesta besar. Tuan rumah dan tamu yang makan tetapi pemerintah yang cuci piring. Lain lagi jika itu bank pemerintah atau produk perbankan dengan return yang normal maka wajib bagi pemerintah untuk turun tangan. Ini masalah swasta kok pemerintah ikut jadi korban? Tetapi itulah permainan orang-orang hebat yang melibatkan orang dalam pemerintahan. Didiamkan salah, ditolong juga tambah salah. Kami akan mengulas yang lebih parah di Ebook Rahasia Mafia Kartu Kredit.
Bisa Anda bayangkan kalau BLBI I, BLBI II, Bapindo atau Century jika ternyata kredit-kredit perbankan yang mereka salurkan (derivatif) itu hanya untuk kelompok-kelompok mereka sendiri tetapi atas nama orang lain? Luar biasa bukan? Anda pun bisa segera jadi orang kaya kalau punya bank atau koneksi ke bankir-bankir atau pejabat-pejabat tersebut. Andai mertua kami nanti adalah pemilik bank, bankir, pejabat terkait, oh alangkah enaknya. Tuhan benar-benar beserta kita. Betapa beruntungnya Robert Tantular dkk. memiliki pemerintah Indonesia yang begitu hospitality ini. Kasus BLBI I dan II ternyata tidak menjadi pelajaran buat pemerintah. Semua proyek yang dulu dibiayai oleh bank-bank BLBI menjadi terbengkalai ketika bank-bank tersebut ditutup atau dilikuidasi. Sejumlah proyek besar menyisakan tiang dan tanah kosong masih bisa dengan gampang ditemui di kota Jakarta sejak krisis 1997-1998. Padahal semuanya menggunakan uang rakyat. Belum menghasilkan tetapi sudah berhenti, betapa menyakitkan. Tak ada bedanya sudah menikah baru mau malam pertama mendadak serangan jantung.
Pemerintah akhirnya meminjam ke sana ke mari, ke lembaga-lembaga donor mulai dari negara-negara G7, ADB (Bank Pembangunan Asia), IMF (Dana Moneter Internasional), ISDB (Islamic Development Bank), dsb. Menjilat ke sana ke mari hanya supaya tetap diberikan hutang yang gunanya untuk menutup hutang pihak swasta. Luarrr biasaa...!! Akhirnya pemerintah pun mulai ditekan sana sini, diganggu sana sini, diminta jatah sumber daya alam di sana dan di sini mulai dari Irian Jaya hingga Aceh. Itulah yang terjadi dan akan terus terjadi jika rakyat Indonesia tetap bodoh: Salah memilih pemimpin mulai dari bupati, gubernur, anggota DPRD, DPR bahkan Presiden. Krisis ekonomi dan keuangan mau tidak mau memang merupakan tanggung jawab dan bukti peranan kita masing-masing. Anda bodoh karena tidak bisa memilih presiden atau wakil rakyat yang benar-benar bagus. Jadinya ya terus begini. Pemilihan gubernur, bupati, anggota DPRD, DPR bahkan presiden 2014 sudah di depan mata dan jangan lagi terus ulangi kesalahan yang sama dengan memilih orang-orang yang tidak mampu!
Siapapun dia, dari suku manapun, berbahasa apapun, latar belakang keluarga bagaimanapun, dari agama apapun, dari jenis kelamin apapun bahkan waria, selama dia mampu, mau dan bisa, itulah yang harus kita pilih! Jika tidak ya begini...begini saja! Gak kapok Sob?
Semua uang itu bukan hilang lenyap kayak embun terkena panas matahari. Uang itu tetap ada tetapi berpindah tangan sedemikian rupa dan sedemikian cerdik. Yang jadi korban rakyat-rakyat kecil dan orang-orang yang tidak terkait permainan-permainan seperti ini, termasuk beberapa pejabat yang jujur dan tulus. Korban dari krisis keuangan di belahan dunia manapun tidak mengenal kaya miskin, pejabat atau rakyat, orang berpendidikan atau buta huruf. Semua disapu bersih bagaikan badai tsunami. Sedangkan mereka-mereka yang terlibat dalam upaya "penciptaan" badai krisis keuangan tersebut senyum-senyum saja. Mau masuk penjara 20 tahun pun rasanya orang-orang seperti Dicky Iskandar Dinata, Robert Tantular, Samadikun Hartono, Adrian Waworuntu, Hendra Rahardja, Eddy Tansil, dsb. yang tidak bisa disebutkan satu per satu oke-oke saja. Begitu keluar anak dan cucu cicit mereka sekeluarga tetap jadi orang kaya. Malah masuk penjara pun bisa menjadi kebanggaan tersendiri. Satu berkorban tetapi seisi buyut nenek moyang terselamatkan bukankah ini adalah pengorbanan seorang pahlawan? Daripada kita, mulai dari kakek kerja mati-matian, ayah kerja banting tulang, kita hancur-hancuran e.. malah harta kekayaan yang kita sinpan di bank digondol bajingan-bajingan seperti itu dengan segala kepintaran dan permainan mereka.
Tak heran begitu kita melihat di tayangan televisi, semua anak cucu dan keluarga pelaku suap dan korupsi yang tertangkap tak pernah gentar melawan pemerintah dan terus membela orang tua mereka. Pahlawan ya jelas dibela dong. Bahkan ada yang berani berkata sambil disorot kamera - dirinya tidak sadar bahwa ditonton ratusan juta rakyat Indonesia -,
"Papa gak salah! Ini penjebakan! Ini kriminalisasi! Ini kepentingan politik!"
"Saya bangga sama Papa! Papa orang tua yang bertanggung jawab."
Preettt.... Dirinya tidak tahu bahwa satu orang yang dibanggakan justru menjadi penyakit atau virus penderitaan bagi jutaan anak-anak keluarga lainnya. Dan jika kondisi seperti ini terus terjadi, penegakan hukum tidak beres, hakim-hakim masih bermain-main, polisi masih mandul, percayalah lama-lama Indonesia akan hilang semua orang baiknya. Lho buat apa jadi orang baik jika selalu menjadi korban? Mungkin kami adalah orang pertama yang akan menjadi orang jahat. Buat apa jadi orang baik sementara orang jahat terus menertawakan orang baik dan Tuhan sudah tidur bahkan pingsan. Doa pun hanyalah lagu mars ceremonial sebab Tuhan tidak ada. Yang ada cuma omongan-omongan pendeta dan ustadz yang tidak pernah melihat kenyataan melainkan kerjanya hanya membaca kitab suci setiap hari. Atau jangan-jangan Tuhan memang ilusi atau dongeng kosong?
Konsekuensi Pemerintah Menyelamatkan Bank Bermasalah
Kasus Konyol Yang Dipikul Pemerintah |
Dan orang-orang yang menjadi nasabah atau klien dari Antaboga Delta Sekuritas seharusnya juga sudah menyadari jika sebuah produk berani menawarkan bunga tinggi sudah pasti berisiko tinggi. Tetapi ini diembat juga seolah diri adalah pihak paling benar dan merupakan rakyat yang jadi korban. Aneh bukan? Semua itu adalah orang-orang pintar serakah tetapi pura-pura bodoh. Menurut kami ya biarin saja bangkrut! Jika ini terus terjadi pemerintah ibarat petugas pencuci piring dari sebuah pesta besar. Tuan rumah dan tamu yang makan tetapi pemerintah yang cuci piring. Lain lagi jika itu bank pemerintah atau produk perbankan dengan return yang normal maka wajib bagi pemerintah untuk turun tangan. Ini masalah swasta kok pemerintah ikut jadi korban? Tetapi itulah permainan orang-orang hebat yang melibatkan orang dalam pemerintahan. Didiamkan salah, ditolong juga tambah salah. Kami akan mengulas yang lebih parah di Ebook Rahasia Mafia Kartu Kredit.
Bisa Anda bayangkan kalau BLBI I, BLBI II, Bapindo atau Century jika ternyata kredit-kredit perbankan yang mereka salurkan (derivatif) itu hanya untuk kelompok-kelompok mereka sendiri tetapi atas nama orang lain? Luar biasa bukan? Anda pun bisa segera jadi orang kaya kalau punya bank atau koneksi ke bankir-bankir atau pejabat-pejabat tersebut. Andai mertua kami nanti adalah pemilik bank, bankir, pejabat terkait, oh alangkah enaknya. Tuhan benar-benar beserta kita. Betapa beruntungnya Robert Tantular dkk. memiliki pemerintah Indonesia yang begitu hospitality ini. Kasus BLBI I dan II ternyata tidak menjadi pelajaran buat pemerintah. Semua proyek yang dulu dibiayai oleh bank-bank BLBI menjadi terbengkalai ketika bank-bank tersebut ditutup atau dilikuidasi. Sejumlah proyek besar menyisakan tiang dan tanah kosong masih bisa dengan gampang ditemui di kota Jakarta sejak krisis 1997-1998. Padahal semuanya menggunakan uang rakyat. Belum menghasilkan tetapi sudah berhenti, betapa menyakitkan. Tak ada bedanya sudah menikah baru mau malam pertama mendadak serangan jantung.
Pemerintah akhirnya meminjam ke sana ke mari, ke lembaga-lembaga donor mulai dari negara-negara G7, ADB (Bank Pembangunan Asia), IMF (Dana Moneter Internasional), ISDB (Islamic Development Bank), dsb. Menjilat ke sana ke mari hanya supaya tetap diberikan hutang yang gunanya untuk menutup hutang pihak swasta. Luarrr biasaa...!! Akhirnya pemerintah pun mulai ditekan sana sini, diganggu sana sini, diminta jatah sumber daya alam di sana dan di sini mulai dari Irian Jaya hingga Aceh. Itulah yang terjadi dan akan terus terjadi jika rakyat Indonesia tetap bodoh: Salah memilih pemimpin mulai dari bupati, gubernur, anggota DPRD, DPR bahkan Presiden. Krisis ekonomi dan keuangan mau tidak mau memang merupakan tanggung jawab dan bukti peranan kita masing-masing. Anda bodoh karena tidak bisa memilih presiden atau wakil rakyat yang benar-benar bagus. Jadinya ya terus begini. Pemilihan gubernur, bupati, anggota DPRD, DPR bahkan presiden 2014 sudah di depan mata dan jangan lagi terus ulangi kesalahan yang sama dengan memilih orang-orang yang tidak mampu!
Siapapun dia, dari suku manapun, berbahasa apapun, latar belakang keluarga bagaimanapun, dari agama apapun, dari jenis kelamin apapun bahkan waria, selama dia mampu, mau dan bisa, itulah yang harus kita pilih! Jika tidak ya begini...begini saja! Gak kapok Sob?
Info: Akan Terbit EBook Mafia Kartu Kredit,
awal Triwulan Tahun 2012.
(Detail lihat http://www.mafiakartukredit.com/)
Dapatkan Bonus Eksklusif Ebook: (Detail lihat http://ahlikartukredit.com/)
- "eBook Rahasia Meledakkan Limit Kartu Kredit" senilai Rp.970.00
- "Ebook 9 Cara memanfaatkan Kartu Kredit Untuk Kekayaan" senilai Rp.475.000
- "Ebook Cara Sukses Anti Gagal Mengajukan Kartu Kredit Baru" senilai Rp.350.000
- "Ebook Strategi Ala Kiyosaki" senilai Rp.170.000
-" Video Tutorial Straegi Modal Usaha dari Kartu Kredit" senilai Rp.250.000
- Total Bonus senilai Rp.2.215.000 -
Dapatkan Bonus Eksklusif ++ : (Khusus Bulan ini)
(Detail Profil http://wirausahaindonesia.com/archives/heppy-trenggono-titik-balik-mantan-debitor-kakap)
(https://www.facebook.com/heppytrenggono)
-" 4 Audio Seminar Heppy Trenggono, Strategi How to Debt Free" senilai Rp.1.750.000
- Grand Total Bonus senilai Rp.3.965.000 -
Harga Normal Rp.3.500.000 (Biaya Pembuatan)
Harga Early Bird Rp.2.000.000 (Saat Launching)
Dapatkan Harga Spesial Rp.250.000 (Pre Order sebelum Launching)
Untuk pemesanan ebook hingga tanggal 5 Februari 2012
Note: Harga Naik setiap Minggunya.
Hanya untuk 10 orang pertama !
Segera kirim SMS dg Format: Pesan Ebook KK kirim ke 0838 1155 9099
Untuk berita terbaru, ikuti PKS Grogol di Twitter dan Facebook
(Detail lihat http://www.mafiakartukredit.com/)
Dapatkan Bonus Eksklusif Ebook: (Detail lihat http://ahlikartukredit.com/)
- "eBook Rahasia Meledakkan Limit Kartu Kredit" senilai Rp.970.00
- "Ebook 9 Cara memanfaatkan Kartu Kredit Untuk Kekayaan" senilai Rp.475.000
- "Ebook Cara Sukses Anti Gagal Mengajukan Kartu Kredit Baru" senilai Rp.350.000
- "Ebook Strategi Ala Kiyosaki" senilai Rp.170.000
-" Video Tutorial Straegi Modal Usaha dari Kartu Kredit" senilai Rp.250.000
- Total Bonus senilai Rp.2.215.000 -
Dapatkan Bonus Eksklusif ++ : (Khusus Bulan ini)
(Detail Profil http://wirausahaindonesia.com/archives/heppy-trenggono-titik-balik-mantan-debitor-kakap)
(https://www.facebook.com/heppytrenggono)
-" 4 Audio Seminar Heppy Trenggono, Strategi How to Debt Free" senilai Rp.1.750.000
- Grand Total Bonus senilai Rp.3.965.000 -
Harga Normal Rp.3.500.000 (Biaya Pembuatan)
Harga Early Bird Rp.2.000.000 (Saat Launching)
Dapatkan Harga Spesial Rp.250.000 (Pre Order sebelum Launching)
Untuk pemesanan ebook hingga tanggal 5 Februari 2012
Note: Harga Naik setiap Minggunya.
Hanya untuk 10 orang pertama !
Segera kirim SMS dg Format: Pesan Ebook KK kirim ke 0838 1155 9099
Untuk berita terbaru, ikuti PKS Grogol di Twitter dan Facebook
Tidak ada komentar :