Syukuri apa yang ada
hidup adalah anugerah
tetap jalani hidup ini
melakukan
yang terbaik
Tuhan pasti ‘kan menunjukkan
kebesaran
dan kuasaNya
bagi hambaNya yang sabar
dan tak
kenal putus asa
(D’masiv – Jangan Menyerah)
pksgrogol.com – Jakarta. dakwatuna.com -Siapa yang belum
pernah dengar lagu di atas? Ngacung! Hayyo ngaku aja, tar tak kasih
CDnya gratis! hi hi…
*KIDDING ahh! (takut ditagih, lah wong
sayanya aja ‘nda punya kok) :D
Gini…, gini…. Inti lagu di atas
adalah kita diminta untuk tetap SEMANGAT, PANTANG MENYERAH, dan SELALU
BERSYUKUR atas setiap episode hidup yang kita jalani. Beragam manusia
di dunia, masing-masing punya rezeki, ujian, keadaan, peran, dan
peruntungan yang tak mungkin seragam.
Ada yang terlahir dengan
hidung mancung, kulit putih, badan semampai, mata indah, dan segala
pernik keindahan fisik lainnya, tapi ada juga yang standar, di bawah
standar, bahkan mungkin (maaf) tidak sempurna secara penilaian manusia.
Ini baru penggambaran dari segi fisik saja, biar gampang dicerna.
Selanjutnya
dari sisi materi, ada yang harta bonyok (bokap nyokap) nya ga abis mpe’
7 turunan, ada yang pas-pasan, ada yang serba kekurangan. Belum lagi
dari sisi prestasi, peran, profesi, dan lain sebagainya.
Sungguh-sungguh bervariasi bukan?
Lalu siapa dari sekian macam
manusia itu yang paling beruntung dan akan merasakan kebahagiaan?
SAYA!
Yah, katakan saya! SAYA yang paling bahagia dengan segala karunia yang
Allah berikan. SAYA yang paling beruntung atas nikmat yang ada saat
ini. SAYA menikmati setiap peran yang sedang dijalani. SAYA yang
paling BAHAGIA, selama SAYA bersyukur!
Setuju?!
Oww,
ternyata masih ada yang belum setuju toh? Baiklah, kita lanjuuutt.
Rasa
syukur yang kita tanamkan akan menghadirkan kebahagian dalam hati,
seperti apapun peran yang Allah sediakan dalam setiap episode hidup
kita. Namun bukan berarti syukur tanpa usaha untuk meraih cita-cita.
Bersyukur bukan berarti pasrah dan tak lagi bermimpi. Bukan, bukan
seperti itu maksudnya.
Pernah dengar lagu zaman dulu yang liriknya
kira-kira seperti ini:
Dunia ini panggung sandiwara
ceritanya
mudah berubah
bla…bla…bla…
Yah…, dunia ini
panggung sandiwara, dan Allah pengatur jalan ceritanya.
Allah SWT
berfirman:
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari
main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih
baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS.
Al-An’Am: 32)
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan
senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang
sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-Ankabut:
64)
“Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda
gurau. Dan jika kamu beriman serta bertaqwa, Allah akan memberikan
pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu.” (QS.
Muhammad: 36)
Maka jalani setiap sandiwara dengan syukur dan
sabar. Bukankah ini ciri keistimewaan seorang insan beriman?
Rasulullah
SAW bersabda,
“Sungguh mengherankan perkaranya orang mukmin,
karena setiap perkaranya akan baik baginya, apabila dia mendapatkan
kenikmatan maka dia bersyukur dan itu baik bagi dia, dan apabila ia
mendapatkan musibah maka ia bersabar maka itupun baik bagi dia” (HR
Bukhari)
Tak ada yang buruk bukan? Semuanya baik, dan semua bisa
membuat kita bahagia.
Orang yang bersyukur akan melihat segala
karunia yang ia miliki, lalu ia bahagia. Sedangkan orang yang tidak
bersyukur akan sibuk menghayalkan apa-apa yang menjadi karunia orang
lain dan tidak ia miliki, lalu ia nelangsa dan sengsara.
Sebagai
contoh:
Seorang pekerja selalu mengeluhkan kesibukannya, pekerjaan
yang tak kunjung usai, hingga waktunya yang habis untuk lembur. Ia
stress karena merasa terbebani. Sebaliknya, seorang pengangguran
berkhayal alangkah indahnya jika hari-harinya disibukkan dengan beragam
aktivitas yang menghasilkan, mendapatkan gaji setiap bulan, atau duduk
di depan komputer dan keluar masuk kantor setiap harinya.
Seorang
single merasa nelangsa karena hari-harinya terasa sunyi, sepi, sendiri,
tak ada yang menemani (hi hi, laguuuu kali). Sedangkan seorang istri
merasa iri melihat temannya yang single karena bebas berbuat, bebas
pergi ke manapun ia suka, bebas menikmati hidup, tanpa harus terikat
banyak aturan rumah tangga.
Dan masih banyak ilustrasi lain yang
sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Lalu kita
balikkan. Seandainya pun mereka-mereka tadi bertukar peran, apakah
lantas otomatis akan bahagia? TIDAK, selama mereka masih belum bisa
bersyukur.
Sekali lagi, bersyukur bukan berarti berhenti
bermimpi. Tetap kita gantungkan mimpi setinggi bintang di langit
(gimana tuh cara gantungin ke bintang) :D
Tapi di sela-sela mimpi
yang belum di raih. Di antara ikhtiar yang tak henti dijalani, mari
sisipkan selalu rasa syukur di dalam hati. Tetap jalani hidup dengan
melakukan yang terbaik, berbuat dan bekerja untuk menggapai impian, dan
biarkan Allah sebagai sutradara yang menentukan.
Entahlah akan
seperti apa peran kita di atas panggung sandiwara ini. Tapi seperti
apapun jadinya, mari bersyukur, berbuat, dan tawakkal ilallah. Karena
Allah yang Maha Luas PandanganNya, pasti lebih bijaksana dalam
menetapkan segala sesuatu.
Dan percayalah, dari setiap tetes peluh
dan air mata. Dalam lelah dan payah usaha, tak pernah ada yang
sia-sia. Meski kadang hasil tak sesuai harapan (kita), tapi yakin bahwa
tak ada yang sia-sia.
“Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka
Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu
itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang
ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah
kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah: 105)
“Sesungguhnya Allah
tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan
yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan
sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS.
Ar-Ra’d: 11)
Maka, mulai sekarang marilah jauhi keluh kesah,
karena mengeluh hanya akan membawa alam bawah sadar pada penderitaan.
Ia hanya akan menegaskan betapa sengsara dan tidak beruntungnya kita.
Ia hanya akan menyibukkan kita untuk masuk ke dalam khayalan “andai aku
jadi si A, jika aku ada pada posisi B, seumpama aku meraih kesuksesan
seperti si C, dan seterusnya.
Lelah, pasti tak akan pernah ada
ujungnya. Karena perlu kita ketahui, si A yang kita harapkan posisinya
pun ternyata sedang berkhayal untuk menjadi si D, Si E, atau bahkan
justru ia berharap menjadi KITA! (nah lho).
Mari bersama belajar
menerapkan rasa syukur, sebenar-benar syukur. Ia akan menghadirkan
positif feeling, ketenangan, kebahagian, serta energi untuk melakukan
tindakan nyata.
Ternyata, bahagia atau tidak itu adalah pilihan
ya?
Aku mau pilih bahagia ahhhh….
Kamu?
Wallahu’alam
Untuk
berita terbaru, ikuti PKS Grogol di dan
Facebook