pksgrogol.com – Jakarta. “ Yah, aku boleh nanya nda?” tanya
seorang anak pada ayahnya. Saat itu mereka baru saja sholat Ashar di
mushola salah satu tempat wisata.
Sang Ayah tersenyum.
Ada yang tak biasa dengan putrinya. “ Kamu itu lho! Beli jajan nda
pakai ijin Ayah dulu, giliran nanya pakai minta ijin segala. Mau tanya
apa?”
“ Tapi Ayah janji, nda boleh marah ya?” sang bocah berusaha
mensejajarkan langkahnya.
“ Insha Allah. Ayo, mau tanya apa?”
“ Ayah kalau nolong orang suka pilih-pilih, ya?” tanya sang
anak, ragu-ragu.
Sang ayah menghentikan langkahnya, terkejut. “ Maksudnya?”
“ Iya, suka mbeda-bedain! “ jawab sang anak santai. “
Buktinya tadi waktu ada ibu-ibu mau pinjam mukena, Ayah nyuruh aku
sholat dulu, baru meminjamkan mukenaku.”
“ Oh, itu! “
“ Tadi siang, waktu aku antri di kamar mandi, Ayah minta aku
ngalah, memberikan antrianku pada mbak-mbak yang pakai baju biru.
Mentang-mentang dia lebih muda dan cantik ya, Yah?”
“ Astaghfirulloh! Bukan begitu, anakku!”
“ Lalu?”
“ Begini. Ayah menyuruhmu mengalah saat antri di depan kamar
mandi karena Ayah melihat orang itu sudah sangat kepayahan menahan
sakit perutnya. Ayah tidak memperhatikan usia ataupun wajahnya, tapi
Ayah bisa merasakan kecemasannya. Sejak datang, ia sudah memegangi
perutnya. Ayah khawatir, jika kamu tidak memberikan antrianmu, dia tak
bisa lagi menahan. Kalau itu sampai terjadi, apa kamu tega? Sementara
kamu masih bisa menahan untuk berkemih. “
“ Ibu-ibu yang di mushola? Apa tidak lebih baik jika aku
meminjamkan mukena padanya dulu. Pahalaku kan jadi berlipat ganda!”
“ Anakku, jika aku menyuruhmu sholat dulu baru meminjamkan
mukenamu, sungguh bukan karena yang meminjam adalah seorang ibu-ibu.
Bukan! Bukan itu. Ketahuilah, anakku. Sama-sama menolong, tapi untuk
urusan dunia berbeda dengan urusan akhirat, atau ibadah. Untuk urusan
dunia, kita dianjurkan mengutamakan kepentingan orang lain, kepentingan
umum bahkan di atas kepentingan pribadi. Tapi untuk urusan ibadah,
jika tidak bisa dilakukan bersama-sama, karena tidak membawa mukena
seperti yang terjadi pada ibu tadi misalnya, tunaikan kewajiban sendiri
dulu, baru orang lain.”
“ Kok, begitu?”
“ Begini, seumpama kamu diberi pilihan, siapakah yang akan
memasuki pintu syurga pertama kali, apakah kamu akan memberikan
kesempatan itu pada orang lain?”
“ Tidak! Aku dulu”
“ Nah, begitulah gambarannya. Ini bukan akal-akalan Ayah, ini
yang Rosululloh contohkan. Untuk urusan ibadah, jika tidak bisa
bersama-sama, kita utamakan diri sendiri dulu. Bukan egois, bukan pula
tidak peduli dengan orang lain, tapi agar kita selalu bersegera
melakukan kebaikan ( ibadah ). Bisa dimengerti?”
Sang anak hanya mengangguk.
“ Masih menuduh Ayah pilih-pilih? “
Sang anak hanya menggeleng, tersipu malu.
“ Untuk urusan dunia, kau boleh menunda keperluanmu, tapi
untuk urusan ibadah, jangan tunda waktumu!”
Tidak ada komentar :