pksgrogol.com – Jakarta. dakwatuna.com - “Kenyataan hari ini adalah mimpi kita kemarin, dan mimpi kita hari ini adalah kenyataan hari esok” (Hasan Al-Banna)
“Bermimpilah engkau setinggi langit” (Pepatah)
Setiap orang mempunyai area mimpi yang berbeda, karena setiap orang bebas untuk bermimpi, seperti burung yang terbang di angkasa, setiap orang dapat memilih ingin menjadi begini dan begitu, mau ini dan itu, yang intinya menggambarkan cerita sukses kehidupan, dan seluruh mimpi itu terangkum dalam jutaan keinginan kita. keinginan yang tak tahu dimana ujungnya waktu dan tempatnya.
Mimpi adalah suatu hal yang sangat urgent dalam kehidupan karena akan menunjukkan peta dan langkah kesuksesan kita. Mimpi memang membuat hidup jadi lebih indah karena keberhasilannya, namun banyaknya juga mimpi yang tak tergapai dan tak terbeli. Hanya orang mati sajalah yang tidak mempunyai keinginan dan mimpi.
Berani bermimpi adalah langkah awal untuk sukses, dan ketakutan kita untuk bermimpi awal dari kesalahan fatal dalam kehidupan. Selalu memperbaharui mimpi akan menjadikan hidup lebih bersemangat dan obsesif, meninggalkan dan melupakannya akan sebaliknya. Membatasi mimpi akan menjadikan kita terkungkung dalam sebuah kotak yang membuat gerak dan langkah kita menjadi terbatas.
Ada 5 hal, bagaimana kita mengelola mimpi-mimpi kehidupan kita :
1. Faktor mental
Mimpi itu sangat dekat kaitannya dengan khayalan dan pemikiran, olehnya faktor mental menjadi sangat berperan. Mimpi besar hanya bisa dilahirkan orang yang memiliki mental besar, orang memiliki mental langit yang dekat dengan Yang Maha Besar. Jangkauan mimpi dan berpikirnya akan jauh ke depan, menembus batas kehidupan setelahnya, ia akan menghasilkan karya-karya besar dan luar biasa dalam kehidupannya, sebaliknya orang yang takut kepada makhlukNya akan melahirkan mimpi yang kerdil, mimpi hanya tentang harta, tahta dan wanita, hanya mimpi sesaat dan sejauh mata memandang.
2. Reasonable
Mimpi itu memang harus masuk akal dan logika, i-reasonable mimpi akan hanya menjadi mission impossible kehidupan sebagaimana di film-film. Ada dua logika bagaimana kita merasionalkan mimpi, pertama: Logika Langit, Tuhan tahu apa yang terbaik untuk makhluk-Nya, logika langit adalah logika agama, inspirasi mimpi yang bersumber dari Wahyu dan sabda Nabi-Nya. Kedua; Logika Manusia, Tuhan tidak mendatangkan hujan emas dari langit, tapi mimpi itu harus logis dan dapat dikerjakan manusia, bukan sesuatu yang mengawang-awang.
3. Jelas
Banyak orang bermimpi, namun hanya sepintas lalu, samar-samar atau hanya setengah hati. Seyogianya mimpi itu haruslah jelas, plus minusnya, bagaimana gambaran detail mimpi itu, hipotesa mimpi dan rencana aksi harusnya suatu hal yang jelas dan tersusun dalam planning kehidupan. Kegagalan kita mendeclear, men-zoom dan memperjelas mimpi adalah kegagalan kehidupan kita.
4. Terkoneksi
Koneksi adalah sebahagian dari kesuksesan mimpi, terkadang ada suatu hal yang sebaiknya dikerjakan oleh bukan diri kita, tapi oleh yang lain. Kita boleh bermimpi dan berencana tapi Tuhan juga punya rencana, manusia yang lain juga punya keinginan dan rencana, tinggal bagaimana kita menyambungkan, mengkoneksikan dan menyesuaikan antara mimpi kita, rencana Tuhan dan keinginan manusia.
5. Sumber daya
Pengetahuan dan kepemilikan sumber daya memberikan pengaruh besar dalam mensukseskan mimpi. Sumber daya langit adalah sumber daya tak terbatas, “berdoalah (mintalah keinginanmu), Niscaya akan Aku kabulkan”. Di sisi yang lain, sebaiknya kita saatnya berfikir bagaimana mimpi kita dapat dibiayai orang lain, karena jika mengandalkan sumber pribadi, akan sangat terbatas. Ketiga sumber daya ini jika dimaksimalkan dan diintegrasikan akan sangat membantu suksesnya mimpi kita
Wallahu a’lam bishshawab.
Sumber: dakwatunacom
Tidak ada komentar :