pksgrogol.com – Jakarta. dakwatuna.com - Kita yakini Rasulullah sebagai sebaik-baiknya suri tauladan (uswatun hasanah), dari berbagai sisi kehidupan beliau. Sebagai seorang suami dan kepala rumah tangga, beliau adalah seorang suami dan ayah ideal. Sebagai seorang yang dititipi amanah, maka satu unsure yang membuat beliau di gelari al amin karena amanah itu dijaga dengan sangat baik. Sebagai penengah perselisihan, maka solusi dari beliau bukan saja mencegah perang saudara antar Quraisy, tapi juga menelurkan solusi yang menentramkan mereka semua.
Di antaranya ketika hajar aswad berpindah dari tempatnya, dan semua pihak merasa paling berhak dalam mengembalikan ke tempat semula.
Begitu pula sebagai pemimpin, beliau adalah sebaik baiknya pelayan umat, pandai berdiplomasi, dan dalam situasi khusus, sebagaimana nabi-nabi yang lain seperti Daud Alaihi Salam, beliau adalah sebaik baiknya pemimpin perang. Allahumma sholi wassalim wabaarik alaihi.
Satu episode perjuangan Rasulullah yang terkenal mengagetkan sahabat-sahabat beliau, yaitu Perjanjian Hudaibiyah. Dari mana hal ini kita pahami? Mari kita selami sekilas tentang perjanjian Hudaibiyah.
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus, dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak).” [QS. al Fath : 1-3]
Kebanyakan Mufassirin menyebutkan ayat ini berkaitan dengan Perjanjian Hudaibiyah. Dan memang ayat ini turun ketika Rombongan Rasulullah kembali ke madinah/tidak jadi menunaikan ibadah umrah.
Isi dari perjanjian ringkasnya :
- Nabi Muhammad meng-iyakan namanya didasari dengan nasab, bukan dengan status Rasul Allah.
- Basmalah sebagai sebuah etika risalah beliau juga ditolak oleh utusan Quraisy, dan Rasulullah mengalah.
- Disepakati gencatan senjata, tidak boleh saling menyerang antara kedua belah pihak selama 10 tahun
- Pihak Rasulullah harus kembali ke Madinah alias tidak boleh melaksanakan Umrah, tapi boleh umrah tahun depan.
- Bila ada pihak Quraisy yang menyeberang ke madinah (masuk Islam) tanpa persetujuan walinya , maka ia harus dikembalikan kepada Quraisy.
- Sebaliknya bila ada pihak Muhammad dari madinah yang menyeberang ke pihak Quraisy maka tidak akan di kembalikan ke madinah
- Tidak lupa kisah yang sangat dramatis dari Abu Jandal, orang pertama yang harus dikembalikan, saat itu pula harus dikembalikan ke pihak Quraisy.
Tekanan terkuat sebelum Hudaibiyah adalah perang Ahzab (jama’ dari hizb, artinya berbagai golongan berkumpul di pasukan ini). Kejadian ini juga dikenal dengan istilah perang Khandaq . Yaitu ketika Koalisi berbagai kabilah dan suku Arab dan Yahudi menyerang akan menghancurkan madinah sehancur-hancurnya dari dalam dan luar Madinah. Hal ini adalah koalisi yang sangat besar dan sangat emosional. Karena agama samawi pun (Yahudi) bergabung dengan penganut musyrik di mekah untuk memadamkan dakwah Tauhid. Terkumpul kabilah-kabilah besar selain Quraisy yang terbesar tentunya, yaitu Bani Ghathafan, Kinanah, Tihamah, suku-suku Arab badui, Musuh dalam selimut yang juga besar yaitu kalangan Yahudi madinah Bani Quraidzah dan dari luar Madinah Bani Nadhir. Tidak pula kita bisa remehkan orang-orang munafiq. Hitung-hitungan apapun yang digunakan maka hasil akhirnya adalah madinah hancur lebur. Menurut saya, Allah menyelamatkan kaum muslimin dari kejadian ini berupa : strategi Khandak, siasat adu domba kepada musuh, dan cuaca dingin & badai yang sangat kuat.
Kunci Rasulullah mengalahkan seluruh unsur agresor di perang Ahzab adalah perjanjian Hudaibiyah. Mengapa bisa dikatakan demikian? karena Quraisy adalah motor utama dari koalisi pasukan Ahzab, yang mungkin saja di kemudian hari melakukan hal yang sama. Perjanjian Hudaibiyah itu menjinakkan Quraisy dengan sedikit saja hal yang mereka anggap menguntungkan. Tapi memastikan Quraisy tidak akan ikut campur atas apa yang terjadi pada Agresor Ahzab lain yang menyerang Madinah.
Mari kita perhatikan apa yang dilakukan Rasulullah setelah pulang ke madinah setelah perjanjian Hudaibiyah dilakukan, Hal ini saya sebut sebagai dampak dari perjanjian Hudaibiyah, yaitu :
- Menaklukkan Bani Nadhir dari kalangan Yahudi. Dikenal dengan bentengnya yang kuat yaitu benteng Khaibar. Terhapuslah satu unsur kekuatan Ahzab
- Menaklukkan Banyak suku Badui dari berbagai kalangan.
- Memastikan Suku-suku badui yang tidak termasuk dalam koalisi Ahzab untuk tidak bersekutu dengan Quraisy, bahkan menjadi bagian dari sekutu umat Islam.
- Berkirim surat kepada raja-raja. Siapa pun sah-sah saja berkirim surat kepada raja. Tapi Rasulullah berkirim surat dalam posisi memiliki kekuatan politis dan dauli. Kalaulah mereka menolak ajakan Rasulullah, maka eksistensi keberadaannya sudah di akui.
- Dan yang tak kalah dahsyat adalah Perang Mu’tah. Pasukan sejumlah 3000 orang melawan 100.000. orang tentara Romawi. Tidak ada sejarahnya Pasukan romawi bisa dikalahkan atau dipukul mundur. Kita sendiri hanya bisa mendengar di kisah komik fiktif yang berjudul Asterix yang didukung ramuan obat kuat dukun panoramix dan si subur Obelix. Adapun di dunia nyata dipukul mundur oleh kaum muslimin. Sekalipun pada dasarnya tidak tuntas dikalahkan, tapi dipukul mundur. Sepulang dari Mu’tah, kabar menggemparkan ini sampai ke seantero jazirah Arab. Tidak sedikit kabilah dan penguasa yang berbondong masuk Islam karena menyimpulkan : “Tidak mungkin ada yang bisa mengalahkan rumawi, kecuali memang dibantu Allah. Dan tidak mungkin dibantu Allah kecuali Muhammad memang hamba dan utusannya”. Ada juga Kabilah-kabilah yang membuat perjanjian dan menjadi sekutu Umat Islam sekalipun mereka tetap dalam agamanya.
- Dan ditinggalah Quraisy sendiri, atau hanya dengan sedikit sekali sekutu. Kabilah terbesar yang menjadi semakin sendiri. dan sebesar apapun kabilah Quraisy sebelum Hudaibiyah, mereka tidak akan pernah berani mengirim surat dakwah kepada raja Najasy, Raja habasyah, Persia, dan Imperium terbesar Heraklius. Apalagi setelah Mereka hanya tinggal sendiri atau hanya memiliki sedikit sekutu saja.
Ya!.. Maha benar Allah yang mewahyukan kepada hamba-hambanya bahwasanya Kemenangan itu adalah perjanjian Hudaibiyah.
Allahu Akbar, Walillahilhamdu.
Wallahu a’lam..
Tidak ada komentar :