Bang Sani : Jakarta Modernitas dan Pembangunan Manusia
Posted by : pks / on : Rabu, 27 Juli 2011
Dan hingga kini, sisa-sisa kemegahan itu masih bisa kita saksikan dalam jejak kota tua dan bangunan tua peninggalan Belanda yang bertebaran di Jakarta. Memasuki periode pasca kemerdekaan di era Bung Karno, pembangunan simbol-simbol kemegahan Jakarta juga terus berlanjut. Monumen Nasional, Mesjid Istiqlal, dan Kawasan Senayan, kerap dibanggakan sebagai simbol keberhasilan atas capaian kemerdekaan. Orde Baru juga tidak ketinggalan. Presiden Soeharto dengan gelarnya sebagai Bapak Pembangunan, merancang Jakarta sebagai daerah yang sangat menarik bagi investor. Hasilnya, pemodal asing berduyun-duyun memadati Jakarta. Dan sempurnalah Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi negara, dimana 70% uang nasional beredar didalamnya. Bahkan era reformasi yang sering didengungkan sebagai antitesa Orde Baru juga tidak ingin kalah dalam 'memegahkan' ibukota. Supermall mewah, toko-toko cabang dari berbagai merek terkenal dunia, gedung-gedung pencakar langit, apartemen, superblock dan lainnya, seakan bertumbuh bak jamur di musim hujan.
Sesungguhnya, tidak ada yang salah dengan kemegahan Jakarta. Bukan pula hal yang tercela bila pembangunan fisik dan infrastruktur melaju dengan pesat di ibukota. Namun tantangan terbesar yang akan dihadapi oleh pembuat kebijakan di Jakarta adalah bagaimana mengelola perkembangan dan dinamika kota dengan segala beban berat yang ditanggung, plus tuntutan warganya yang sangat beragam. Dengan status sebagai kota berpenduduk terbesar, kompleksitas permasalahan kota yang berusia hampir lima abad ini, tentu membutuhkan penanganan yang serius dan kerja yang cerdas. Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana menciptakan keseimbangan pertumbuhan kota dan pembangunan manusia di dalamnya. Disamping tingginya pertumbuhan ekonomi dan pesatnya pembangunan fisik, Jakarta harus memiliki Indeks Pembangunan Manusia sebagaimana negara maju. Bukan hal yang berlebihan jika Indeks Gini Ratio di ibukota harus ditargetkan serendah mungkin. Sebab inilah yang menjadi indikator bahwa pesatnya pembangunan Jakarta dapat dinikmati oleh semua penduduk.
Bagaimanakah kita bisa menilai indikator kesejahteraan seperti indeks pembangunan manusia, indeks kualitas kesehatan dan indeks kualitas hidup. Tentu yang dimaksud bukanlah sekadar angka statistik semata. Secara riil, indikator ini bisa dicermati dari capaian pemenuhan kebutuhan dasar bagi semua penduduk. Kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan, jaminan sosial, perumahan dan sanitasi, haruslah telah terpenuhi dengan memadai.
Buku ini mencoba merefleksikan sisi yang perlu mendapat perhatian kita semua. Jakarta tidak hanya terbangun secara fisik (raga), namun juga kesejahteraan semua penduduknya. Keterlibatan saya sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta dalam proses penyusunan kebijakan, penyerapan aspirasi, serta pemantauan kondisi masyarakat, telah mengantarkan saya pada perenungan panjang tentang sisi Jakarta yang lain. Kesejahteraan penduduk adalah tanggungjawab kita semua, terlebih bagi para perancang kebijakan. Perjuangan menyejahterakan warga Jakarta harus menjadi kesungguhan dengan azas kesetaraan yang melingkari rasa kebersamaan bagi kesejahteraan untuk semua. Harapan Saya, melalui lahirnya gagasan dalam buku ini dibarengi dengan embrio Komunitas Lingkar Sejahtera Jakarta, akan memantapkan langkah segenap warga semakin giat bergegas dalam kesetaraan dan kebersamaan cita-cita menuju kesejahteraan. Dan tak lupa ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada keluarga tercinta, istri dan anak-anak saya, orang tua dan mertua yang telah mendukung enuh kerja dan pengabdian saya di DPRD DKI Jakarta, yang bersabar atas kesibukan saya sebagai wakil rakyat maupun kader partai. Terimakasih juga saya sampaikan kepada seluruh rekan dan kolega yang telah bekerja sama mendukung kerja saya selama ini dan tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Juga kepada para sesepuh, tokoh masyarakat, pakar, LSM dan peneliti yang telah banyak memberikan nasehat, sumbangan pemikiran, diskusi dan masukan kepada saya dalam menjalankan amanah sebagai wakil rakyat. Secara khusus saya mengucapkan terimakasih kepada Sdr. Selamat Nurdin dan Prof.Eko Prasodjo yang bersedia menyumbangkan gagasan pemikirannya dalam bentuk tulisan untuk memperkuat wacana dalam buku ini, Ustadz. Lutfi Hasan Ishaaq, MA atas kesediaannya memberikan pengantar untuk buku ini ditengah kesibukan beliau memimpin salah satu partai terbesar di negeri ini, dan kepada Lingkar Sejahtera Jakarta (LSJ) yang telah menghimpun pemikiran saya dan menerbitkannya dalam bentuk buku. Terakhir, buku ini merupakan persembahan saya untuk seluruh warga Jakarta yang terus mendambakan kesejahteraan. Semoga memberikan manfaat dan kesejahteraan itu dapat terwujud dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Ini Masih Partai Saya dan Mereka Masih Qiyadah Saya
Posted by : pks / on :
Di awal bulan Juli ini, namanya semakin masyhur dikalangan para akademisi setelah menyelesaikan disertasinya di kampus UI dan dinyatakan lulus dengan predikat Cumlaude. Sedikitnya ada 6 guru besar memuji karya Ilmiahnya, seperti Dr. Anies Baswedan, Francisia Phd, Dr. Iwan Gardono Sujatmiko, Dr. Meuthia Gani Rochman, Dr. Linda Damayanti, dan Lugina Setyawati Phd.
Dalam disertasinya Dr. Arief melakukan analisa terhadap Partai Islam terbesar di Indonesia yaitu PKS. Dengan mengambil judul: Antara Jemaah dan Partai Politik", Dinamika Habitus Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Dalam Arena Politik Indonesia Pasca Pemilu 2004.
Berbagai respon pun akhirnya berdatangan, mulai dari yang memberikan selamat sebagai sebuah karya Ilmiah yang memang patut di apresiasi, hingga ucapan selamat oleh pihak yang merasa Dr. Arief telah membantu untuk melakukan penghancuran terhadap diri PKS dengan pencitraan negatif terhadap Partai Dakwah ini.
Munculnya polemik respon inilah yang akhirnya membuat kebingung beliau, hingga akhirnya dengan penuh kesadaran yang tinggi, Dr Arief Munandar menegaskan kepada semua publik Indonesia bahwa tujuan utama dari pembuatan Disertasinya bukan untuk melakukan penghakiman terhadap PKS, bukan untuk membuat kesimpulan bahwa PKS saat ini benar atau salah. Dalam wall account Facebooknya pada Senin (18/7), Dr Arief Munandar bahkan menuliskan dalam bahas Inggris bahwa "this is still my party and they are still my qiyadah".
Munculnya pernyataan tegas ini sekaligus menepis anggapan dan fitnah yang dilakukan oleh beberapa pihak bahwa Dr.Arief Munandar meraih gelar Doktoralnya dengan segudang misi untuk menegatifkan citra PKS dimata publik. Loyalitas Dr.Arief Munandar tetap terhadap Qiyadahnya tak akan berubah dan bahkan akan terus memberikan kontribusi terbaiknya bagi kemajuan serta keberlangsungan PKS dimasa-masa yang akan datang.
Menikah, Keputusan Seumur Hidup
Posted by : pks / on :
Tahun terus berjalan, dan waktu itupun tiba. Maka kawan saya ini kembali bertemu, lalu saya Tanya, “Apakah antum sudah siap melamarnya?” Kawan saya ini menjawab, “Afwan ustadz, ternyata tabungan saya belum cukup”.
Lalu sambil guyon, saya Tanya kawan saya ini. “Antum ini, mau nabung atau mau nikah?” tanya saya. Ditanya seperti itu, kawan saya ini pun tersipu malu dengan rona wajah yang merah menahan malu? “Yah, maunya sih nikah donk ustadz. Masa nabung terus, nanti gak nikah-nikah,” jawabnya tersipu malu.
Menikah bukan hanya dibayangkan saja, tetapi pastinya akan terlintas dalam benak kita. Boleh saja kita merencanakan hidup ini, memikirkan mimpi-mimpi indah. Nah, persiapan menikah atau berkeluarga tidak hanya dimulai dari satu atau dua bulan sebelum acara resepsi berlangsung. Akan tetapi harus dirancang semaksimal dan sebaik mungkin.
Menikah adalah keputusan seumur hidup. Maka, sekali saja salah langkah, arah dan jalan, maka hidup anda akan berubah. Semakin dini persiapan kita, maka hal itu semakin bagus. Bila bisa diibaratkan dengan pertandingan tinju, maka ada atau tidak ada musuh anda harus melatih pukulan, jab, tangkisan, dan sebagainya.
Persiapan yang bisa dilakukan adalah mempersiapkan diri menerima orang lain, menerima kekurangan dan kelebihan orang lain yang nantinya akan menjadi pendamping kita. Ingat, calon pasangan kita nantinya adalah ‘mahkluk’ asing bagi anda, meskipun mungkin anda telah mengenalnya selama 10 tahun.
Pertama, dengan berkeluarga (baca; menikah) segala kebiasan buruk dan baik kita akan terlihat, dan anda akan tahu masa lalu pasangan, begitu pula sebaliknya dia akan tahun baik dan buruknya kita. Dan yang pasti anda harus menerima itu. Ingat, hidup pasangan anda tidak dimulai ketika dia bertemu anda. Banyak sisi gelap yang akan tersingkap dan anda harus menerima itu dengan segala konsekuensi yang ada.
Kedua, persiapan ketrampilan. Banyak loh yang panik, hanya gara-gara daging yang dimasak dan direbusnya selama 2 jam kok nggak empuk-empuk, atau bahkan bingung caranya benerin kran bocor. Mungkin dalam benak anda, anda bisa bilang ah…ntar aja deh, kan bisa sambil jalan betulinnya.
Padahal, kran bocorrr harus bisa diperbaiki segera, jika tidak rumah anda akan seperti kapal karam. Nah, mumpung belum punya rumah sendiri kenapa enggak belajar?? Pokoknya belajar semua ketrampilan yang ada, termasuk belajar menulis. Yang wanita bisa belajar manajemen, tata rias, atau keterampilan lainnya, dan sebagainya. Dan setelah itu praktekkan sekarang juga, sehingga nantinya anda sudah terbiasa. Ada yang bisa nambah informasi atau wejangan. Semoga keputusan baik anda untuk menikah, bisa menjadi pengalaman terbaik agar bisa membawa keluarga anda menjadi keluarga Sakinah, Mawaddah dan Warahmah.
Jika di dunia ini ada surga, maka surga itu adalah pernikahan yang bahagia. Rasulullah SAW berkata ‘Baiti Jannati”, Rumahku Surgaku. Kebahagiaan merupakan hal yang relatif. Tiap orang mempunyai ukuran berbeda-beda. Namun kebahagiaan hakiki dapat kita peroleh hanya dengan mengikuti petunjuk jalanNya.
Ingin memiliki rumah tangga yang bisa kita jadikan surga kita didunia? Ikutilah petunjuk Rasulullah SAW. “Lihat agamanya niscaya kalian akan mendapatkan semuanya”. Selamat menikmati, bagi anda yang ingin menikah dan selamat berbahagia untuk anda yang telah berkeluarga.
Oleh: Cepy Pramana
Curhat Seorang Kader Dakwah
Posted by : pks / on :
Kemudian ana tulis lagi pertanyaan di lembar buku catatan," Beruntungkah mereka karena mengenalku ?.
Ikhwatifillah, kita memang perlu bertanya, minimal pada diri sendiri. Apakah aku ini manusia yang menyusahkan orang lain atau menyenangkan orang lain?.
Allah Swt berfirman:
"Hai orang-orang beriman tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketaqwaan (QS. Al-Maidah(5) :2 )
Kita bukan hanya pintar minta tolong kepada orang lain tapi hendaknya pintar juga menolong sesama. Seperti firman Allah dalam Al-Qur'an Surah Al-Asr (Saling ingat mengingat dalam kebaikan dan saling ingat mengingat dalam kesabaran)
Kita tidak hanya pintar mengingatkan tapi jika diingatkan marah. Karena terlanjur merasa diri lebih pintar. Jika jadi sosok yang menyusahkan, maka tidak pantas dirindukan.
Jika jadi sosok yang menguntungkan(dalam makna luas), maka ia dicintai. Kumpulan Muslim yang banyak dicintai, akan mampu membuat perubahan besar.
Mulai sekarang tanyalah teman disebelahmu,"Beruntunglah kamu mengenalku?.
Perhubungan yang saling menguntungkan (Simbiosis Mutualisme), Insya Allah akan berkekalan. Apakah itu hubungan Suami-Isteri, tali persaudaraan atau pertemanan. Sebaliknya jika yang satu dapat untung dan yang lainnya dirugikan (Simbiosis Parasitisme), maka akan putus ditengah jalan.
Kita beradzam merekrut sebanyak-banyaknya kader dakwah, tapi terkadang kita lalai memelihara yang sudah ada. Untuk apa jika dapat dua lepas enam?.
Tulisan ini bukan ana sadur dari sumber lain, tapi ini Curhat ana kepada Antum. Karena Cinta pada gerakan dakwah ini. Allahu Akbar...!
Oleh: Antho Bandara ---
Batam, 18 Juli 2011
Gelisah dan Kerinduan
Posted by : pks / on :
Gelisahmu adalah bagian dari fitrah, dan tak ada sesuatupun di dunia ini yang tidak bersumber dari-Nya. Maka gelisah hanyalah sepotong episode dalam harimu, entah kau ingin ataupun tidak, kondisi itu tetap akan datang. Maka gelisahlah karena kita belum memulangkan gelisah kepada Allah, gelisahlah ketika jiwamu yang luka belum disembuhkan dengan meredam segala keinginan dunia, gelisahlah ketika amalan-amalan ibadahmu selalu kau tunda karena alasan yang tak berdasar. Gelisahlah, selagi Allah masih memberikan hati untuk berdzikir, memberikan lisanmu untuk membaca kalimat-kalimat-Nya, memberikan cahaya-Nya untuk sekedar kau pijaki menuju jalan lurus-Nya.
Jika gelisah adalah teman setia jiwamu, maka jangan lupa, bersamai ia dengan kerinduan. Peluk ia bersama kerinduanmu yang meletup untuk-Nya, kuatkan ia dengan muhasabah-muhasabah tanpa henti untuk mengenal-Nya. Eratkan gelisahmu bersama kenangan-kenangan Rasulullah, penuhi gelisahmu dengan kerinduan yang tak tertahankan karena mengingat manusia-manusia mulia. Mungkin akan lebih banyak tetesan air mata, akan lebih banyak sesenggukan yang terjadi, namun yakinlah, hatimu akan dibanjiri dengan ketenangan dan kelapangan karena gelisahmu telah engkau sempurnakan dengan kerinduanmu pada Allah.
Kerinduan adalah penghangat jiwa ketika ia beku. Kerinduan adalah tarian kenangan tentang kisah-kisah inspiratif yang menggetarkan dunia. Membayangkan hijrah umat Islam ke Habbasyah yang akhirnya memberikan kekuatan politik tersendiri untuk kemenangan Islam adalah kenikmatan, membayangkan Rasulullah yang shalat kemudian dituangkan kotoran unta di tubuhnya adalah keindahan, membayangkan kemarahan Fatimah azzahra kepada kaum Quraisy karena memperlakukan ayahnya semena-mena adalah kelapangan, mencintai dan merindui mereka adalah kebeningan, kebahagiaan, keharuan, dan keabadian. Cerita-cerita mereka adalah nyanyian rindu bagi orang-orang shalih. Mereka gelisah ketika tak ada rindu untuk-Nya, mereka gelisah ketika tak ada kata cinta untuk-Nya, mereka gelisah ketika jiwa-jiwa mereka belum terpaut dengan perjuangan Rasul-Nya.
Jangan pernah lupa, bahwa Allah selalu bersama dengan mereka yang bertaqwa, Allah akan selalu bersama dengan mereka yang bertaubat ketika salah, Allah akan selalu bersama dengan orang-orang yang bekerja untuk peradaban, Allah akan selalu bersama dengan orang-orang yang selalu bergantung kepada-Nya. Maka janganlah gelisah membuatmu semakin risau tentang dunia. Karena Allah yang menggenggam dunia, DIA berhak membolak-balikkan hatimu, DIA berhak untuk sekedar membiarkanmu sendiri dan terasing. Allah berkuasa atas segalanya. Janganlah gelisah, karena kerinduanmu pada-Nya akan mengantarkanmu pada kelapangan yang tak berkesudahan.
Oleh: Yusuf Al Bahi
Awal Ramadhan Kemungkinan Bersamaan
Posted by : pks / on :
“Potensi untuk sama besar. Insya Allah kita berdoa 31 Juli nanti cuaca cerah,”ujar Suryadharma usai mengesahkan Yayasan Pendidikan Khairul Imam, di Medan, Sumatera Utara, Ahad (24/7). Suryadharma mengaku akan menggelar sidang itsbat pada akhir Juli, pukul 19.30 WIB usai melihat rukyat pada sore hari.
Selain berharap cuaca cerah, Suryadharma mengharapkan agar semua peralatan yang dibutuhkan untuk melihat rukyat bisa berjalan dengan baik. “Semua alat yang dibutuhkan baik canggih dan tradisional bisa melihat dengan baik,”ungkapnya.
Hanya, jika perhitungan rukyat tidak sama dengan hisab yang telah dilakukan, Ketua umum PPP ini pun mengungkapkan hal tersebut bukanlah masalah besar. Menurutnya, bangsa Indonesia sudah berpengalaman dalam merayakan Idul Fitri pada tanggal berbeda. Selama itu, tuturnya, tidak ada permasalahan dengan perbedaan tersebut. (Stevy Maradona/Syalaby Ichsan/RoL)
DPP KNPI Minta PKS Aktif Perangi “Politik Uang”
Posted by : pks / on :
Dalam siaran persnya di Jakarta, Minggu, Doli menyatakan, DPP KNPI sangat peduli dan punya kepentingan untuk mempertahankan keberadaan partai politik dan mendorong agar menjadi partai politik yang kuat, sehat, dan kredibel. Karena prasyarat utama tegaknya demokrasi adalah tegaknya partai politik sebagai pilarnya.
“Sayangnya pencitraan partai politik itu, justru dirusak oleh oknum-oknum partai politik itu sendiri saat ini. Yang sangat memprihatinkan adalah bahwa ternyata yang dapat meruntuhkan bangunan konsolidasi demokrasi adalah politik uang,” katanya.
Doli dalam sambutannya menyatakan, ‘politik uang’ nampak menjadi ‘wabah nasional’. Oleh karena itu sebagai partai politik Islam, PKS harus menjadi kekuatan di garda terdepan melawan terjadi praktik-praktik politik uang itu.
“Kita semua, termasuk KNPI akan ikut mendukung untuk dilakukannya verifikasi terhadap partai politik, ormas, dan lembaga apapun dari wabah itu, apabila kita ingin menyelamatkan demokrasi dan masa depan Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, Luthfi mengatakan, di dalam event-event politik di dalam PKS, pihaknya telah berhasil menekan tidak terjadinya praktik politik uang.
“Alhamdulillah di setiap momentum Muktamar dan pemilihan pimpinan partai, kami mempunyai mekanisme yang baik dan terhindar dari politik uang. Namun apa yg menjadi mekanisme dan tradisi kami, belum tentu bisa diterapkan pada organisasi lain,” ujarnya.
Luthfi juga mengajak KNPI juga serius terhadap masalah-masalah berkembangnya radikalisme, narkoba, dan berbagai penyakit sosial lainnya yang juga semakin marak akhir-akhir ini. “KNPI harus juga peduli dengan masalah yang ada di lingkungannya, yaitu pemuda dan berbagai problematikanya,” kata Luthfi Hasan Ishaaq.
Namun, Ahmad Doli menanggapi bahwa politik uang di Indonesia diduga bukan hanya dapat terjadi di dalam internal partai politik atau ormas. Tetapi akan dapat bertransformasi di dalam hubungan antar partai politik, partai politik dan masyarakat, partai politik dan institusi negara, antar institusi negara, institusi negara dan masyarakat, bahkan antar sesama masyarakat.
“Dan itulah yang menghiasi wajah demokrasi kita setiap waktu di pemberitaan kita. Oleh karena itu kita perlu serius dan benar-benar punya komitmen yang tinggi untuk melawan itu semua,” demikian Ahmad Doli Kurnia. (Ruslan Burhani/Ant)
Ini Julukan ku, Apa Julukan mu??
Posted by : pks / on : Selasa, 26 Juli 2011
Julukan itu diberikan oleh Gandung, karena menurut amatannya, Jazuli yang awalnya tidak diperhitungkan, bisa menyodok menjadi kandidat kuat. Jadi, dari "Si Kuda Hitam", julukan untuk kandidat yang tidak diperhitungkan, Jazuli bisa menyalip menjadi Kuda Liar yang mengalahkan kandidat lainnya.
Cukup unik cara pengamat dan masyarakat Banten menjuluki Jazuli. Imas Eva Wijayanti, Ketua Bidang Litbang Pusat Data dan Laboratorium Kabupaten Pandeglang, menjuluki Jazuli dengan "Si Kancil Putih".
Julukan ini diberi karena sangat mungkin Jazuli menjadi pasangan yang memenangkan Pilgub, meskipun awalnya tidak diperhitungkan.
"Jazuli Juwaini yang dikenal si kancil putih memang mampu mendongkak popularitas secara cepat. Popularitas Jazuli yang semula paling buncit naik secara fantastis melewati Wahidin. Bahkan elektabilitasnya kian bulan meningkat hampir imbang dengan Atut dan Wahidin.
Kecenderungan tren Jazuli naik secara fantastis. Dari berbagai surveri popularitas dan elektabiltas Jazuli naik secara fantastis bahkan melampaui Wahidin Halim," tulis Imas Eva Wijayanti di Kabar Banten.
Bahkan, Imas juga menjuluki Jazuli sebagai "Gajah yang Siap Tanding". "Sepertinya, Jazuli yang semula menjadi kuda hitam akan menjadi gajah yang siap tanding. Setidaknya selain jaringan, ia memiliki track record yang jujur dan bersih, dikenal baik di kalangan media, diterima di kalangan akademisi, pengusaha, jawara, pemuda dan ulama," tambah Imas dalam tulisannya itu.
Jazuli memang dikenal sangat familiar di masyarakat Banten. Sosoknya sangat merakyat. Jika ia dijuluki dengan berbagai julukan tersebut, itu karena posisinya yang merakyat. Mungkin Jazuli bukan tokoh yang elite dan tidak diperhitungkan dalam Pilgub Banten. Tapi fakta menunjukkan bahwa kini "Si Kancil Putih", "Si Kuda Liar", "Si Kuda Hitam", atau "Si Gajah" ini membuat kejutan dengan melejit ke atas.
Ukhty...Aku Rindu Jilbab Panjangmu
Posted by : pks / on :
Begitu damai, tenang, dan merasa nyaman didekatmu, ditambah sunggingan senyum dan salam disaat setiap kali bersua.
Aku juga tak pernah tau sebelumnya mengapa engEngkau kenakan jilbab lebar berkibar, tapi jujur saat itu memandangmu begitu damai, dan hati ini pun terhentak ingin rasanya bisa sepertimu, hmm,..
Meski kudengar tak sedikit orang yang mencibir dengan gaya busanamu yang tak up to date saat itu, …seperti karung beras berjalanlah, seperti kue lemperlah..dan segala gelaran-gelaran buruk lainnya.
Seiring waktu berjalan, dan Engkau tetap istiqomah dalam balutan jilbabmu yang panjang menjuntai, tak sekedar menutup dada bahkan lebih sehingga model bajumupun tak terlihat (tapi memang saat itu model gamis sangat simple)
Alhamdulillah atas kuasa Allah jua, banyak kalangan mulai menggemari trend jilbab itu, dari artis hingga pejabat, model jilbabpun semakin berkembang. Senyum penuh kesyukuran pasti menghampiri seluruh jilbaber sepertimu yang sekian tahun berjibaku memperjuangkan kebebesan berjilbab. Dan kini……..jilbab pun menasional, bahkan aturan sekolah ada yang mewajibkan siswinya wajib mengenakan jilbab dihari tertentu, meski itu sekolah negeri biasa.
Engkau tentu masih ingat…..betapa perjuangan "melegalkan" jilbab kala itu dipenuhi uraian airmata, kesedihan, intimidasi, "pengucilan" dan berbagai rintangan lainnya. Ada diantara kita yang harus melawan peraturan tidak boleh berjilbab ketika belajar disekolah negeri, dan bahkan ada yang harus pindah sekolah untuk mempertahankan jilbabnya.
Dan masih sangat jelas terngiang pula perjuangan foto berjilbab kala itu mengharuskan Engkau keluar jam pelajaran untuk diintimidasi pihak sekolah karena bersikukuh mempertahankan jilbab agar tetap bertengger dalam foto ijazahmu. Ya karena Engkau yakin itulah izzahmu, perintah Allah yang tak boleh dilanggar karena Engkau takut akan adzabNya yang pedih. Bukan takut akan cacian manusia, yang didengungkan akan menghalangi aktivitasmu kelak dalam dunia kerja, hhh..
Dan kini waktu berlalu, sudah bukan syaithan namanya jikalau tidak menghalangi langkah manusia dalam kebenaran, tipu dayanya begitu halus, ya kan ukhty..?
Segala macam cara mereka gunakan untuk bisa melucuti pakaian takwa itu, tentu engkau pernah mendengar kisah Adam AS dan Hawa yang terpedaya oleh bujukan iblis sehingga memakan buah terlarang yang pada akhirnya melucuti pakaian dan tampaklah auratnya beginilah dalam Al Quran dikisahkan agar kita manusia terutama muslimah bisa mengambil hikmahnya.
Iblis senantiasa berfikir untuk merubah kehidupan Adam dan Hawa kepada jalan yang sesat dan berusaha mengeluarkan mereka dari syurga, firman Allah dalam surat Thaahaa (20):17:
"Maka kami berkata, 'Hai Adam, sesungguhnya ini(iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari syurga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka"
Dan kemudian iblis menggoda Adam agar memakan buah dari pohon terlarang, kemudian Allah SWT murka dan mengeluarkan mereka dari surgaNya. Seperti dikisahkan dalam surat Thaahaa 120, iblis berkata kepada Adam "Maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?"
Kemudian setelah itu iblis berkata "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal dalam syurga." Dan dia(syetan) bersumpah kepada keduanya, 'sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua'"(Al A'raaf (7):20-21)
Dan juga dalam Qs Thaahaa (20): 120-123 : "Kemudian syetan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata, hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa? Maka keduanya memakan dari pohon itu lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupi dengan daun-daun(yang ada di) syurga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. Allah berfirman, 'turunlah kamu berdua dari syurga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh sebagian yang lain'".
Begitulah kisah Adam yang ditipudaya Iblis dengan tipuan yang halus, tidaklah mereka mengatakan tipuan dengan hal yang menakutkan tapi dengan hal yang menggiurkan,..
Saat ini mode telah begitu menguasai dunia dengan dalih ini kan jilbab Islami,..kita tetap dapat gaul, meski berjilbab, janganlah jilbab panjang-panjang nanti masyarakat takut dan kita dicap teroris atau istri teroris?..
Atau jilbab itu bisalah panjang tapi sedikit dikasih peniti juntai diatas kepala nih kan manis, begitu kata sebagian mereka, atau ada lagi yang mengakali dibelah sampingnya biar tak ketinggalan mode dan terlihat jadoel, atau sering iklan-iklan itu mengusikmu, jilbab paris semriwing yang murah meriah, padahal seharusnya harus ditambahkan kain untuk mendobel kerudung itu..
Ukhty pasti masih tersimpan rapi dicatatanmu atau bahkan ingatanmu kriteria-kriteria jilbab syar'ie itu kan?.. kemana jilbab-jilbab panjang nan tebal yang dulu itu? Dulu begitu hikmat kita mengikuti kajian tentang surah An Nuur dan Al Ahzab bahkan tak jarang dari kita berurai airmata karena malu dan takut pada Allah belum bisa bersegera memenuhi perintah Allah tentang berpakaian yang sesuai syari'at itu seperti wanita-wanita Anshar yang bersegera merobek gorden rumah mereka untuk dijadikan jilbab ketika ayat tentang hijab turun sehingga dikisahkan wanita-wanita Anshar keluar dan seakan-akan di atas kepala mereka bertengger burung gagak hitam karena pakaian yang mereka kenakan.
Ukhty yakinkan perintah Allah tidak pernah berubah dan cocok sepanjang zaman dan seharusnyalah zaman itu yang mengikuti Al Qur an bukan sebaliknya dalam surat Al Ahzab :59 dituliskan "Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin:'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. 'yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Dan juga dalam QS An Nuur 31 …"Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya,.."
Perintah Allah begitu jelas tak perlu ditawar agar muslimah itu menutupkan kain kudung ke dada, dan tentunya arti dada disini tidak serta merta hanya bagian dada tetapi area selingkaran dengan dada yaitu punggung lengan dan juga dibawahnya, karena perbuatan demikian lebih menutup aurat dan menjaga kemuliaan.
Ukhty masihkah Engkau ingat dalam banyak materi kajian bahwa sebagai seorang muslim harus pintar dalam hal ini berarti harus berilmu, sehingga muslimah itu harus smart bahasa kerennya, tidak asal ikut-ikutan tanpa tahu itu sesuai syari'at atau tidak. Jadi itulah yang dahulu senantiasa menjadi prinsip kita untuk senantiasa mengaji meski sesibuk apapun kita karena itulah kekuatan ruhiah yang akan mensuplai semangat kinerja kita apapun posisinya
Lantas disini tiada salahnya kita mengkaji ulang tentang cara smart kita berpakaian, tak apalah dulu teori sudah diluar kepala namun sekarang kita ulang lagi semoga ilmu tentang jilbab syar'ie ini kian barokah. Kembali kita lihat catatan tentang hadits nabi, Beliau bersabda: "Pada akhir ummatku nanti akan muncul para wanita yang berpakaian namun hakikatnya telanjang. Diatas kepala mereka terdapat sesuatu seperti punuk unta. Laknatlah mereka! Sesungguhnya mereka wanita-wanita terlaknat. Mereka tidak akan masuk syurga dan tidak akan mencium aromanya, padahal aroma syurga itu dapat tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian (HR Thabrani, dalam al-Mu'jamus Shaghiir(hlm.232), dari hadits ibnu 'Amr, dengan sanad shahih).
Ibnu Abdil Barr berkata : "Yang dimaksud oleh Nabi SAW dalam hadits ini adalah wanita-wanita yang memakai pakaian tipis, yaitu pakaian yang dapat menampakkan bentuk(lekuk) tubuh dan tidak bersifat menutupi. Oleh karenanya para wanita tersebut dikatakan berpakaian namun pada hakikatnya telanjang"Dinukil oleh as-Suyuthi dalam Tanwiirul Hawaalik(III/103).
Ukhty, telah sampaikah pula sebuah riwayat dari Ummu 'Alqamah bin Abu 'Alqamah, ia berkata :"Aku melihat Hafshah binti 'Abdurrahman bin Abu Bakar masuk menemui 'Aisyah. Ketika itu, Hafshah sedang memakai khimar berbahan tipis sehingga keningnya terlihat. 'Aisyah lantas merobek khimar itu, seraya berkata : Tahukah kamu apa yang Allah turunkan dalam surat An Nuur?' Kemudian, 'Aisyah minta diambilkan khimar(yang tebal), lalu ia memakaikannya kepada Hafshah."(Diriwayatkan oleh Ibnu Sa'ad (VIII/46)
Begitulah ukhty kisah para shahabiyah yang begitu semangat dan senantiasa patuh terhadap aturan syari'at dan bagi kita bukankah tak ada ruginya ketika mencontoh keimanan mereka, karena sebaik-baik generasi adalah yang terdekat dengan Rasulullah kemudian sesudahnya, dan seterusnya.
Muslimah harus cerdas begitu juga dalam mengikuti perkembangan mode harus bisa mensiasati dan pandai memilah saat membeli pakaian pun dalam berbisnis pakaian muslimah. Ukhty bukankah telah sampai kepada kita kajian tentang syarat-syarat jilbab syar'ie :
Menutup seluruh badan selain bagian yang dikecualikan(muka dan telapak tangan)
Tidak dijadikan perhiasan
Jilbab itu harus tebal tidak tipis
Jilbab harus longgar, tidak ketat
Tidak dibubuhi parfum atau minyak wangi
Tidak menyerupai pakaian laki-laki
Tidak menyerupai pakaian wanita-wanita kafir
Tidak berupa pakaian Syuhrah(sensasi) baik itu terlalu mewah karena mahal ataupun terlalu murahan yang dipakai untuk menunjukkan sikap zuhud dan dilakukan atas dasar riya'
Semua itu agar kita tetap berpakaian sesuai dengan aturan yang telah diturunkan dalam Al Quran, sehingga ridlo Allah senantiasa ada bersama kita. Namun demikian semua kembali kepada muslimah itu sendiri karena kehidupan didunia ini adalah pilihan baik atau fujjar. Allah berfirman dalam QS Al Baqarah 256 :" Tak ada paksaan dalam agama, Telah jelas yang lurus dari yang sesat. Maka barangsiapa mengingkari taghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada simpul yang kuat, yang tidak akan putus. Dan Allah Maha mendengar lagi Mengetahui".
Ukhty aku yakin kalian adalah muslimah cerdas yang tak berhenti mencari ilmu sampai disini sehingga kita senantiasa mencari ilmu itu lagi, lagi dan lagi agar keimanan itu selalu dekat dengan kita.
Ukhty bisa langsung membaca buku-buku muslimah terkait jilbab seperti Kriteria Busana Muslimah karya Syeikh Nashirudin Al Albani, Tipe Wanita Muslimah karya syeikh Hasan Al Bana, Wanita Pilihan di sisi Para Nabi dan Rasul karya Abdussalam Abu Ala', Majelis Wanita karya Prof Dr. Falih bin Muhammad bin Falih Ash-Shughayyir, Kewajiban Wanita Muslimah karya Ummu Amru Binti Ibrahim Badawi, dan kitab-kitab lain masih banyak lagi yang tidak bisa aku sebutkan satu-satu.
Juga jangan pernah jauh dari teman-teman shalihah yang senantiasa duduk dan berdzikir dalam majelis Ilmu. Nabi bersabda "Suatu Engkaum yang duduk-duduk bersama dan dzikir bersama niscaya para malaikat akan mengelilingi mereka, rahmat melimpah kepada mereka, turun ketenangan terhadap mereka, dan Allah menyebut mereka kepada yang berada disisiNya"(HR Muslim). Dan juga sabda Nabi SAW "Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya dengan ilmu tersebut jalan menuju syurga"(HR Muslim).
Ukhty, semoga kita senantiasa istiqomah dalam jilbab syar'ie dan senantiasa meningkatkan kualitas diri dengan tak bosan menuntut ilmu(dienul Islam).
Dan tak lagi aku katakan.."Ukhty aku rindu jilbab panjangmu", karena aku kini lega, tersenyum dan kembali bisa memandangmu dalam balutan jilbab syar'ie, Engkau kian teduh dan berjalan malu-malu seperti sedia kala aku bersua denganmu..
*Rawasari dipertengahan malam yang larut 210611
Oleh: Anindya Sugiyarto
Twitter Heboh Gara-Gara #blamethemuslims Buatan Muslimah
Posted by : pks / on :
Namun dibalik hashtag tersebut, ternyata yang memulai adalah seorang muslimah bernama Sanum Ghafoor dengan akun twitter @strange_sanum.
Ia memulai hashtag #blamethemuslims dengan maksud sarkasme. Ia melihat bagaimana dunia internasional saat ini dengan mudah menyalahkan masalah-masalah terorisme dan keamanan pada kaum Muslim.
“Saya memulai tren #blamethemuslims untuk menggarisbawahi bagaimana menggelikannya semua orang menyalahkan kaum Muslim atas segala masalah di dunia,” kata Sanum.
Ia memberi contoh pada peristiwa serangan di Norwegia. Sanum menulis di twitternya: “Teroris di Norwegia faktanya adalah pemeluk Kriste? Tapi lihat bagaimana reaksi awal semua orang? #blamethemuslims.”
Contoh lainnya yang ia ajukan adalah pada Mei lalu ketika sebuah bom meledak di Kings Cross Station London. Pada akhirnya tentara asal Irlandia Utara yang tergabung dalam IRA yang meledakkan bom tersebut. Namun reaksi awal warga London adalah menyalahkan kaum Muslim.
Sanum menulis dalam twitternya: “Saya seorang muslim, saya muslimah, saya memulai #blamethemuslims, saya tidak membenci kaum Muslim!”
Sanum juga melihat betapa banyak pengguna twitter dari Indonesia salah mengartikan sarkasmenya. Ia mengatakan, “Kelihatannya seluruh Indonesia membenci diriku. Yah.. Ini berarti Indonesia akan aku coret dari daftar negara yang akan aku kunjungi saat liburan.”
Sanum mengatakan, sebelum pengguna twitter berkomentar menghujat dirinya atau #blamethemuslims, ada baiknya mereka membaca dulu akun twitter Sanum untuk mengerti masalah sebenarnya. (Stevy Maradona/Twitter/RoL)
MUI: Vaksin Imunisasi Halal dan Baik
Posted by : pks / on :
Menurut Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Maruf Amin, ijtihad sangat diperlukan untuk menjawab semua permasalahan umat dan bangsa.
“Antara lain, dalam menentukan sesuatu yang halal. Dan meskipun yang halal jelas, banyak juga ditemukan yang samar-samar ataumutyasabihat. Yang samar-samar ini harus dihindari, agar tidak jatuh kepada yang haram,” kata Maruf Amin dalam rangka peringatan Hari Anak Nasional serta seminar dan lokakarya nasional sosialisasi “Vaksin Imunisasi Halal dan Baik” di kantor MUI, Jalan Proklamasi, Jakarta (Sabtu, 23/7).
Dalam kesempatan ini Maruf juga mengatakan bahwa vaksin imunisasi itu halal dan baik.
Acara ini terselenggara atar kerjasama Majelis Ulama Indonesia dengan Dirjen P2 PL Kementerian Kesehatan RI dan PT Bio Farma. Selain Maruf Amin, hadir dalam acara Dirjen P2PL Tjandra Yoga Aditama, Wakil Sekjen MUI Amirsyah Tambunan, Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia Sudjatmiko, dan Direktur P2PL Kementerian Kasehatan Andi Muhadir.
Menurut Direktur Bio Farma, Iskandar, Indonesia mempunyai potensi besar dalam menghasilkan vaksin nomor satu di dunia. Saat ini Bio Farma telah meneliti dan berusaha menghasilkan vaksin halal melalui campuran hewan dan tumbuhan (recombain) untuk mengganti tripsin.
“Kedepan kami berkomitmen dan bertanggung jawab untuk menghasilkan 100 persen halal. Saat ini Bio Farma telah mempunyai jaringan luas secara internasioal,” kata Iskandar.
Sementara Sudjatmiko mengatakan bahwa imunisasi mutlak diperlukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Begitu juga pemberian air susu ibu (ASI) pada bayi selama dua tahun sangat penting.
“Begitu juga dengan vaksinasi diharapkan menumbuhkan kekebalan tubuh manusia,” kata Sudjatmiko.
Sementara itu, Amirsyah Tambunan mengatakan bahwa inti ajaran Islam adalah merealisasikan kemaslahatan (jalb al-mashlahah) dan mencegah terjadinya kemudaratan (daf’u al-madlarrah). Dengan demikian Islam sangat mendorong umatnya untuk senantiasa menjaga kesehatan. Menjaga kesehatan dapat dilakukan pada dua fase. Yaitu melakukan upaya preventif, agar tidak terkena penyakit dan berobat manakala sakit agar diperoleh kesehatan kembali.
“Disinilah pentingnya vaksinasi untuk menumbuhkan kekebalan tubuh manusia, sehingga terhindar dari penyakit,” tegas Amirsyah. (yan/Zul Hidayat Siregar/RMOL)
Ta’kid Tarbawi Untuk Para Murabbi
Posted by : pks / on : Minggu, 24 Juli 2011
Oleh: Syeikh Jum’ah Amin Abdul Aziz, Naib Mursyid Am Ikhwanul Muslimin
Saya sangat senang bertemu dengan ikhwah di negara yang bagus ini untuk pertama kalinya. Dengan izin Allah hari ini di sini saya bersama kalian. Allah menjadikan pertemuan ini kebahagiaan bagi saya karena kalian adalah penerus dakwah yang penuh berkah ini dari sisi alamiyahnya dan dengan kesatuan pemahaman yang utuh.
Ada titipan dari Mursyid Am untuk kalian. Beliau menyampaikan salam dengan penuh dengan kebahagiaan dan kebanggaan terhadap kalian. Walaupun kami tidak mengerti bahasa kalian, namun hati punya bahasa lain saat bertemu. Tangan berjabat dan segenap perasaan cinta memenuhi hati saat bertemu. Saya memohon kepada Allah swt. agar melanggengkan rasa cinta ini dan menyatukan kita dalam cinta kepadaNya.
Pemahaman Yang Jelas
Saya sangat menjaga dan menta’kid kebersamaan ikhwah dalam satu fikrah dan harakah. Kita semua bertemu dalam cinta kepada Allah, bersatu dalam dakwah. Di sini pemahaman perlu mendapat perhatian, perlu kita perdalam, dan agar jelas bagi kita bagai terangnya matahari di siang bolong.
Al-Fahmu sebagaimana yang kalian ketahui –dan sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Banna sebanyak 20 dasar (ushul isyrin)– bisa bertambah, tapi tidak berkurang. Jika jelas persepsinya, benarlah gerakannya.
Al-Banna berkata, dakwah ini perlu pemahaman yang detail. Beliau adalah pribadi berpengaruh dan pembangun. Saya bersama kalian dalam persepsi pertama, sebagaimana dijelaskan oleh Roghib Asfahani bahwa tugas kita adalah memakmurkan alam, menjadi khalifah di muka bumi, dan beribadah kepada Allah dengan manhaj dan syariahNya.
Tiga perkara itu harus jelas, karena itu merupakan tujuan pencintaan manusia. Agar jalannya jelas, dan amal kalian adalah untuk merealisasikan tiga hal itu. Tugas ini dinamakan Al-Qur’an sebagai amanah.
إِنَّا عَرَضْنَا الأمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الإنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولا
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”. (Al-Ahzab:72)
Dari ayat ini kita tahu bahwa mihwar pertama seorang hamba adalah merealisasikan ketakwaan dalam dirinya. Hal ini harus menjadi perhatian setiap murabbi. Jika benar di sini, benar pula akhirnya. Jika salah, maka akan salah dan tersesat. Setelah takwa, husnul khuluq. Bai’at antar kalian dan Allah dibangun di atas akhlak, hubungan antara kalian dengan Allah.
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالإنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka, bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar”. (At-Taubah:111)
Maka berbahagialah dengan bai’at kalian. Siapakah mereka yang mendapat kemenangan ini?
التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدُونَ الآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّهِ وَبَشِّرِ
الْمُؤْمِنِينَ
“Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang berpuasa, yang ruku’, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah; dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu”. (At-Taubah:112)
Mereka yang memiliki delapan sifat di ayat itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Dan, itulah jatidiri kita.
Perang Identitas
Ayat itu membawa berita gembira ini bagi kita bahwa masa depan adalah milik manusia yang membawa risalah. Sebab, tarbiyah dengan metode dan sarana-sarananya adalah solusi perubahan. Tarbiyah adalah asas perubahan. Apalagi kita tahu betul bahwa hakikat pertikaian antara kita dan musuh kita sebenarnya bukan perang antar negara. Tapi, perang jatidiri dan identitas.
Musuh-musuh kita tahu benar jika jatidiri kita mucul, maka kita akan menang. Dan itu yang kita lakukan: mentarbiyah dan memperbaiki umat. Oleh karena itu, musuh-musuh kita berusaha agar jatidiri kita itu tidak muncul. Saya tegaskan tentang hal ini agar murabbi tahu tugas pentingnya. Umat akan bangkit bersama kalian ketika kalian mampu mengendalikan kenikmatan dunia dengan akhlak. Akhlak jika hilang, umat akan hilang.
Al-Qur’an bercerita tentang kisah para nabi, mulai dari Nabi Nuh a.s. hingga Nabi Muhammad saw. Telah banyak umat dibinasakan oleh Allah swt. Lihat surat At-Thalaq dan hadits Nabi tentang “ghutsa’”. Umat bagaikan buih ketika terkena wahan.
Tahukah kalian arti hubud dunya dan karahiyatul maut di hadits itu? Meninggalkan jihad!
Jika kita cinta dunia, kita akan tinggalkan jihad, lalu kita jadi buih lautan: umat tanpa kepribadian, tanpa jatidiri, tanpa akhlak. Jadi, hakikat perang antara al-haq dan al-bathil –bagi orang yang berpikir– adalah perang identitas, perang jatidiri. Musuh-musuh kalian tidak menginginkan ada sekelompok orang yang memiliki jatidiri seperti dalam Surat Al-Ahzab ayat 23.
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلا
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak mengubah (janjinya)”. (Al-Ahzab:23)
Saya sampaikan ini agar murabbi tahu tugas dan perannya bagi alam semesta. Jadi, tugasnya bukan sekadar mennyelenggarakan liqa’ usrah lalu selesai. Tugas dan peran kalian ini perkara yang lebih agung dari itu semua.
Itulah tugas kita dalam tarbiyah. Lihat tiga ayat di awal surah Al-Ahzab. Di situ Allah berbicara kepada kalian tentang manhaj gerakan kalian.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ اتَّقِ اللَّهَ وَلا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَالْمُنَافِقِينَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا (١)وَاتَّبِعْ مَا يُوحَى إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا (٢)وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلا (٣)
“Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan ikutilah apa yang diwahyukan Tuhan kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan bertawakkallah kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara”. (Al-Ahzab:1-3)
Allah menegaskan tentang jatidiri kalian: kepribadian takwa, istiqamah, jangan mengikuti hawa nafsu. Itulah kepribadian unggul, kepribadian yang mengikuti apa yang diturunkan Allah. Konsep yang jelas tentang kepribadian unggul, harakah yang penuh indhibath, dan tawakal. Itulah langkah pertama seorang murabbi dalam berdakwah. Sebab, semua itu akan memberi pengaruh, bahkan terhadap perang itu sendiri.
Perhatikan ketegaran Gaza. Penduduknya tidak punya senjata sebagaimana musuh. Tapi, apa yg terjadi? Kota ini tegar. Para murabbi di sana melakukan pembauran kepibadian rabbani yang mereka miliki kepada penduduk.
Ada pertemuan di Kongres Amerika Serikat. Mereka membicarakan Ikhwan di Mesir dan Arab. Mereka mewaspadai naiknya Ikhwan dan warna kepribadiannya di pentas nasional dan internasional. Mereka katakan, harus ada upaya memasukkan Ikhwanul Muslimin ke dalam (stigma) kekerasan. Maka, mereka membuat makar dengan menggunakan istilah dengan makna tertentu untuk mempengaruhi masyarakat (stigmatisasi). Misalnya, menyebut orang taat dengan istilah mutasaddid (ekstremis). Mereka tidak menghendaki agama ini teguh di muka bumi.
Ketahuilah oleh kalian, risalah Islam adalah risalah tarbiyah sebelum tasyri; sebelum tanzhim. Ash-shilaah qabla al-Ishlaah, al-qudwah qabla al-da’wah, at-ta’liif qabla al-takliif. Agar risalah ini terealisasi, kalian harus berinteraksi kepada umat dengan hati dan jiwa. Bukan jasad. Agar hati umat ini bergantung hanya kepada Allah. Hati yang jika diberi nikmat, bersyukur. Jika diuji, sabar. Jika berdosa, istighfar.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka, dan hanya kepada Allah lah mereka bertawakkal”. (Al-Anfal:2)
Mereka itulah orang-orang yang benar dalam takwa. Mereka berinterakasi dengan manusia dengan jiwanya yang sempurna. Tentu mereka akan berjaya. Kalau kalian mengikuti hawa nafsu, pasti hancur. Wa qad khaaba man dassaahaa. Maka merugilah orang-orang yang mengotori jiwanya. Kalian harus mengerahkan upaya agar sampai kepada hati yang taat kepada Allah. Kalian gerakkan. Jika hati bersih, tidak mengenal dunia dan tidak bergantung kepada dunia. Jika hati tersambung kepada Allah, kalian akan mengatakan bahwa kehidupan ini begitu panjang. Sebab, hati kalian bergantung hanya kepada ridha Allah dan ingin segera bertemu denganNya.
Ada seorang sahabat diberi ghanimah oleh Rasulullah saw.. Ia berkata, “Aku tidak membai’at engkau untuk ini, ya Rasulullah.” Padahal, ghanimah itu adalah haknya.
Lalu untuk apa ia berjihad? Agar terkena anak panah dari sini ke sini. Sahabat ini menunjuk beberapa bagian tubuhnya. Kata Rasulullah saw., “Kalau kamu jujur kepada Allah, Dia akan membenarkanmu.” Setelah itu, sahabat itu meninggal dengan kondisi seperti yang diinginkannya. Saat jasadnya diperlihatkan, Rasulullah bertanya, “Diakah itu?” “Ya, Rasulullah.” Rasulullah saw. bersabda, “Ia jujur kepada Allah, maka Allah membenarkannya.” Hati seperti yang dimiliki sahabat itu, tidak akan merasakan beratnya beban. Bahkan, selalu bersegera menuju kebaikan.
Risalah Islam adalah risalah tarbiyah yang berinteraksi dengan jiwa dan hati. Hati yang seperti itulah yang nanti akan berbicara saat seorang murabbi berinteraksi dengan binaanya. Kalian harus banyak sujud. Mata kalian berair, menangis di hadapan Allah. Jika hati kalian dekat dengan Allah, semua yang sulit menjadi mudah. Pikiran kalian akan dibimbing Allah. Jika kalian duduk di hadapan Allah, Allah akan beri cahaya dan menunjukkan jalan kalian.
Ini saya sampaikan agar murabbi menyadari kedudukannya. Saat Ibrahim berdoa,
رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”. (Al-Baqarah:129)
Ayat ini berbeda susunannya dengan pengabulan doa itu sendiri.
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الأمِّيِّينَ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (Al-Jumu’ah:2)
Allah swt. menunjukkan bahwa susunan tersebut adalah sesuatu yang rabbani dan penting. Allah swt. menginginkan Rasulullah saw. merasakan urutan itu: membacakan ayat (tilawah), membersihkan hati (tazkiyah), lalu mengajarkan kitab dan hikmah.
Jika suatu jamaah melaksanakan manhaj tarbiyah ala Nabi Muhammad saw. itu, maka akan kuat. Renungkan oleh kalian! Al-Qur’an turun pertama kali dengan lafaz tabriyyah.
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (١)خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (٢)اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ (٣)الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (٤)عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (٥)
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan; Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam; Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Al-Alaq:1-5)
Suatu bacaan yang membangun dan mentarbiyah; yang menambah keimanan, mengajarkan rambu-rambuNya agar kalian berjalan dengan petunjuk dan kejelasan. Lalu turun perintah di surah Al-Muzzammil agar kalian menjalin kedekatan dengan Allah. Setelah kalian melakukan persiapan yang bersifat manusiawi dan kedekatan dengan Allah, yang tadinya kalian berhadapan dengan musuh, kini musuh-musuh kalian akan menghadapi dengan Allah langsung. Kalian tidak membunuh mereka, tapi Allah yang membunuh mereka.
فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ قَتَلَهُمْ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ رَمَى وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلاءً حَسَنًا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. (Al-Anfal:17)
Setelah kepribadian rabbani terbentuk, mulailah bergerak. Allah menurunkan surat Al-Mudatstsir.
Imam Al-Banna berkata,
كُوْنُوْا عُبَّادًا قَبْلَ أَنْ تَكُوْنُوْا قَوَّادًا تَصِلُوْا بِالْعِبَادَةِ إِلَى أَحْسَنِ قِيَادَة
“Jadilah kalian ahli ibadah sebelum memimpin. Niscaya dengan ibadah, kalian akan sampai pada kepemimpinan terbaik.”
Kata-kata beliau berasal dari cahaya Allah. Dalam Risalah Ila Ayyi Syain Nad’un-nas bagian “Min Aina Nabda’”, beliau menulis, “Kekuatan jiwa untuk membangun umat: keinginan kuat, komitmen, pengorbanan, pemahaman….” Seperti itulah saya belajar di madrasah Al-Banna sejak kecil. Dan dengan izin Allah, saya menjadi ahli ibadah, lalu saya bisa tsabat walaupun ditangkap dan dipenjara. Saya bertahan.
Kata-kata Imam Al-Banna jangan dibaca, tapi dipelajari. Karena dalam risalah-risalahnya, beliau menjelaskan pemahaman (al-fahmu) dan pandangan (at-tashawur). Beliau berbicara tentang rukun bai’at yang penting. Walaupun itu bernuansa personal, tapi ada sifat jama’ah, sebab jama’ah ada karena ada pribadi-pribadi. Ini saya sampaikan agar kalian, para murabbi, memahami tugas yang harus kalian laksanakan.
Jamaah mengumpulkan orang-orang yang beribadah kepada Allah dan yang memiliki alkhlak. Jama’ah mengantarkan mereka kepada surga. Kita harus bangga bergabung dalam jama’ah ini, yang mengantarkan kita kepada keridhaan Allah dan kemenangan yang lain yang kita sukai.
Tarbiyah Agenda Prioritas
Alhamdulillah, ketika kami keluar dari penjara, yang kami jadikan agenda prioritas (aulawiyat) adalah tarbiyah. Karena tarbiyahlah yang mampu membangun kesadaran tukang sihir Fir’aun dari kekafiran menjadi beriman, lalu mau dan mampu melakukan pengorbanan untuk kebenaran. Itulah kesuksesan seorang murabbi: ketika dia dan madh’unya bisa berkomitmen terhadap dakwah dan jama’ah.
Karena itu, penting bagi kalian agar merasakan pentingnya tarbiyah. Sebab, sebuah jama’ah yang tidak menjadikan tarbiyah di depan matanya, bisa jadi akan berubah menjadi partai politik yang penuh intrik, dan berorientasi pada kekuasaan saja. Agar baik, ulama membuat ukuran jamaah yang lengkap, baik pemahaman dan harakahnya (penerapannya), yaitu nilai-nilai aqidah dan fikrah harus diperhatikan.
Dalam hal Al-Fahmu, kalian harus punya pemahaman atas empat hal ini: 1) Konsepsi tentang adalah (adil dan objektif), tidak melenceng atau condong pada sesuatu yang bathil; 2) Konsepsi tentang syumul tashawwur dan tidak juz’i; 3) Konsepsi tentang asas fikrah dan aqidah, serta dari mana titik tolaknya: apakah hasil pemikiran manusia atau wahyu rabbani; 4) Konsepsi tentang cara pandangan terhadap manusia dan alam semesta.
Sementara dalam hal keanggota jamaah, kalian harus melihat a’dha (anggota) secara keseluruhan. Bukan individu tertentu. Sejauh mana akhlak mereka? Apakah takwin akalnya beres? Dalam diskusi dan dialog, sejauh mana aplikasi dari apa yang mereka dakwahkan? Bisa jadi, ada qiyadah lalu kelakuannya tidak benar, maka ini bisa merusak citra dakwah. Bagaimana sikap jama’ah atau anggotanya terhadap orang lain, atau bagaimana pandangan orang lain terhadap mereka? Apakah mereka dikenal baik dan jujur? Ingatlah, Rasulullah saw. diberi gelar Al-Amin selama 40 tahun oleh masyarakat jahiliyah Quraisy sebelum Rasulullah menyampaikan kepada mereka bahwa beliau ditugaskan oleh Allah swt. sebagai nabi dan rasul. Maka, mustahil setelah diangkat menjadi nabi dan rasul tidak amin lagi. Kejujuran, konsistensi, dan hubungan baik dengan masyarakat, semua itu menegaskan kebaikan sebuah jamaah.
Kalian juga harus bisa menjawab apakah dakwah ini dakwah yang tsabit, tidak hanya terbatas di waktu tertentu saja? Apakah nilai-nilai dakwah kalian abadi, tidak mati seiring wafatnya kalian?
Apakah dalam dakwah kalian mengedepankan hujjah dan tidak memaksa? Apakah setelah menjelaskan lalu memberi kebebasan?
Itulah poin-poin penting. Seorang murabbi wajib mengecek apakah manhaj yang diikuti adalah manhaj yang baik, tidak mengikuti hawa nafsu, tapi mengikuti syariat? Juga harus dimastikan tidak ada kelemahan fatal pada dirinya dan diri mutarabbinya yang bisa merusak shaf atau jama’ah secara umum. Kalau ada, segera didiskusikan dengan pihak yang berwenang sehingga dapat segera diselesaikan.
Cek juga struktur tanzhim, apakah shafnya rabbani dan mengorbit di sekitar qiyadah secara solid dan tidak banyak debat dalam masalah cabang? Dengan begitu perpecahan dapat dihindari. Alhamdulillah, jama’ah kita masih terjaga. Sementara jamaah lain tidak mampu mengatasi masalaah ini, karena tidak memperhatikan apa yang telah saya sebutkan tadi.
Para murabbi harus punya visi yang jelas, di atas apa dan untuk apa ia mentarbiyah. Kalian sebagai murabbi harus yakin dengan kejelasan visi. Perhatikan ikatan ukhuwah. Karena, syariah tidak akan tegak tanpa ukhuwwah –karena itu, ikatan ukhuwah saya namakan rukun syariah dalam buku saya–. Masyarakat Islam yang tidak merealiasikan ukhuwaah tidak akan bisa menerapkan syariah dengan benar. Ukhuwah menenangkan hati dan mengkokohkan kedudukan. Abdullah bin Umar berkata, “Jika saya lakukan semua bentuk ibadah tanpa henti, tapi tidak mencintai saudara seiman, tak ada manfaat dari ibadah saya itu.”
Ibnu Taimiyah menyebut ukhuwah sebagai bagian dari akad dalam Islam. Bahkan, dalam hadits tujuh golongan yang dinaungi Allah di Padang Mahsyar salah satunya adalah “dua orang bersaudara karena Allah”.
Dan, usrah dibuat untuk merealisasikan rukun ukhuwah. Dimana di dalam usrah masing-masing ikhwah menjadi cermin bagi yang lain. Karena, sebaik-baik orang adalah ketika kalian melihatnya ia meningatkan kalian kepada Allah. Usrah bukan untuk mencapai ilmu. Karena, kalau kita baca buku di rumah berjam-jam, ilmu yang kita peroleh lebih banyak daripada yang kita dapat di tatsqif usrah. Imam Al-Banna menjelaskan tujuan jama’ah di dalam Risalah Muktamar Khamis.
إن غاية الإخوان تنحصر في تكوين جيل جديد من المؤمنين بتعاليم الإسلام الصحيح يعمل علي صبغ الأمة بالصبغة الإسلامية الكاملة في كل مظاهر حياتها: صبغة الله ومن أحسن من الله صبغة
Kita ingin mentarbiyah generasi rabbani dengan shibghah Allah, lalu dengan shibghah Allah itu mereka memberi pengaruh positif kepada masyarakat. Mengubah perilaku-perilaku rusak masyarakat dan membentuk mereka menjadi para penolong-penolong (anshar) dakwah. Ada orang yang di dalam pikirannya hanya politik praktis saja, tanpa memperhatikan ukhuwah. Tentu bukan untuk itu kita berdakwah. Sebab, dengan menerapkan ukhuwahlah, kita bisa melewati rintangan dan merealisasikan tujuan. Bagi kita, pemerintahan hanyalah sarana, hanya tujuan antara saja. Sebab, tamkin dari Allah tujuannya adalah untuk ibadah.
الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الأرْضِ أَقَامُوا الصَّلاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الأمُورِ
“(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan”. (Al-Hajj: 41)
Saya selalu menegaskan bahwa betapa beratnya tugas murabbi itu. Tapi, akan ringan jika ikhlas. Seorang murabbi harus punya merasakan masuliyyah seolah-olah hanya dialah satu-satunya penanggung jawab tugas itu. Perasaan itu seperti yang Allah sebutkan di dalam surat Al-Kahfi.
فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَى آثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا
“Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, Sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur’an)”. (Al-Kahfi:6)
Murabbi harus selalu berpikir bagaimana mewujudkan apa-apa yang telah saya sebutkan di atas. Tapi ingatlah, Imam Banna pernah berkata, “Allah tidak akan menghisab hasil kerja kalian. Tapi, Dia menghisab usaha dan cara kalian beramal.”
Ketahuilah bahwa setelah semua usaha optimal, Allah lah yang tahu di mana Dia meletakkan risalah-Nya.”
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ
Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (As-Syura:13)
Iqamatuddin tidak melalui revolusi. Tapi, melalui pembentukan jil (generasi) Islami, lalu pembentukan opini umum. Kami tidak pernah menentang kekuasaan, tapi kami tidak menyetujui cara pencapaiannya yang tidak benar, sebab kita punya manhaj dan tarbiyah.
Evaluasi Kadar Keimanan Kader
Murabbi selalu berusaha mengokohkan iman yang ada di dalam jamaah. Seperti itulah yang dilakukan Abu Bakar. Ia selalu memeriksa pasukan dengan mengecek keimanan mereka. Sejauh mana ketaatan mereka kepada Allah. Karena, saat kalian dan musuh sama-sama maksiat, maka kemenangan bagi yang lebih kuat persenjataannya dan lebih banyak jumlahnya. Karena itu, Umar bin Khaththab berkata, “Yang paling aku takuti adalah dosa kalian daripada musuh kalian.” Begitu juga Abdullah bin Rawahah. Ia berkata, “Amal shalih lah yang akan mengalahkan musuh kalian.” Dengan mental seperti inilah mereka tsabat dan menang. Karena itu, hal ini harus menjadi perhatian setiap murabbi. Ikhlas adalah kata kunci mewujudkan keberhasilan. Kalau Allah sudah cinta, semua menjadi gampang.
Perhatikan juga kekuatan ikatan tanzhim (قوة الرباط التنظيمي) setelah kekuatan iman قوة الرباط الإيماني. Urutan ini penting. Kekuatan tanzhim asasnya bukan manjemen dan aturan, tetapi ukhuwah, tsiqah kepada qiyadah, dan tha’ah. Murabbi harus merasa sebagai penjaga dakwah (حارس للدعوة), menghargai semua lawaih (aturan, AD/ART) jamaah. Istilah mursyid, naib, masul, qism dan lain-lain, itu hanyalah untuk pembagian kerja. Bukan kemuliaan. Semua orang sama bagaikan gerigi sisir. Bisa jadi ada orang yang kusut masai jika ia bersumpah dengan nama Allah, Allah swt. mengabulkan sumpahnya. Semua kita akan dihisab dan mendapat catatan amal masing-masing. Baik atau buruknya kubur kita, kita lah yang menyiapkannya.
Pesan Kepada Murabbi
Dewasa ini kita hidup di masyarakat materialisitis. Tentu ini tantangan yang tidak mudah untuk tetap menjaga orientasi dakwah kita. Dan itulah tugas murabbi. Mereka penjaga dakwah. Yang menjaga fikrah jama’ah ini agar tidak salah, keliru, dan menyimpang. Kalian para murabbi harus menjaga uslub dakwah dengan hikmah dan mauizah hasanah. Kalian menjaga jama’ah agar tidak lemah. Kalian mewarisi semangat “sampaikan dariku, walau satu ayat” yang diwasiatkan Rasulullah saw.
Jadi, tugas kalian, para murabbi, adalah mewariskan dakwah ini dengan segala tsabatnya kepada generasi sesudah kalian. Dan ingatlah, nasihat wajib bagi yang menasihati dan tidak wajib bagi yang dinasihati. Jangan sampai kalian merahasiakan nasihat yang kalian berikan kepada orang lain.
Titik tolak kita dalam tarbiyah adalah ibadah. Bukan budaya. Pemahaman terhadap la ilaha illallah hadharah kita adalah hadharah hari akhir. Hadharah kita adalah ketika kalian bertemu dengan Tuhan kalian. Semua gerakan kita harus untuk beribadah kepada Allah. Harus kalian bedakan antara tajammu’ (kerumunan) dan jama’ah (perkumpulan). Jama’ah adalah salah satu tsawabit kita. Kita tidak bisa mentarbiyah dengan baik tanpa usrah. Ini adalah tsawabit. kelemahan naqib tidak membuat kita melemahkan jama’ah. Kita harus kuatkan naqib.
Tarbiyah imaniyah adalah wahana dimana kita mentarbiyah kita. Ada banyak tarbiyah, model, kegiatan: ada siyasiyyah, ijtimaiyah, istishadiyah. Tapi, yang utama adalah tarbiyah imaniyah. Inilah titik tolak kita.
Rasulullah saw. bersabda, atas diri kalian, isteri kalian punya hak, jasad kalian punya hak. Masing-masing punya hak. Hendaknya kalian memenuhi hak-hak tersebut secara proposional. Tidak berlebihan dan tidak mengurangi. Harus tawazun. Tidak hanya fokus pada sisi tertentu saja. Bahkan, tidak boleh berkutat pada diri sendiri. Harus bergaul dengan orang lain. Itu tugas kalian: bergaul dengan masyarakat dengan akhlak mulia kalian. Jangan berkumpul hanya dengan sesama ikhwah saja. Saat pemilu di Mesir, semua kader mengetuk pintu rumah masyarakat. Sehingga disebut “tahun ketuk pintu”.
Berdakwah juga bukan hanya kepada sesama muslim, bahkan ashalah dakwah adalah kepada non-muslimin. Rasulullah saw. pun bergaul dengan orang-orang musyrik. Ikhwah punya program kursus bahasa Arab untuk orang asing non-muslim. Kita berdakwah kepada non-muslim agar syubuhat tentang Islam dapat kita hilangkan. Kami katakan kepada mereka, “Dengarlah dari kami, jangan dengar tentang kami (dari orang lain).” Itulah keterbukaan yang kami lakukan kepada semua komponen masyarakat. Hasilnya, Rafiq Habid, seorang Kristen Koptik membela dan membantu ikhwah di Mesir. Karena jasanya, ia kini diangkat jadi Ketua Dua di Partai Kebebasan dan Keadilan yang kami dirikan.
Landasan kita dalam keterbukaan dan kebebasan adalah perkataan Imam Al-Banna, kam minnaa wa laisuu fiinaa wa kam fiinaa wa laisuu minna, berapa banyak orang bersama kita tapi mereka bukan bagian dari kita, dan berapa banyak orang bagian dari kita tapi mereka tidak bersama kita.
Saya katakan bahwa definisi tarbiyah adalah menyampaikan sesuatu menuju pada kesempurnaan, dan memindahkan generasi lama menuju generasi selanjutnya. Dengan demikian ada kesinambungan dalam tarbiyah.
Dan ingatlah, tarbiyah dengan kekuatan dan kekerasan tidak memberikan pengaruh. Kita melakukan dengan kelembutan. Seorang murabbi harus mampu menggerakkan akal dan jasadnya untuk dapat mengubah dirinya secara akhlaqi. Ingat, dalam tarbiyah kalian menyampaikan ajaran akhlaq dan adab.
Tapi, para murabbi juga harus menyampaikan tabiyah secara gamblang, bahwa ada tanggung jawab individual. Oleh karena itu sebagai murabbi, kalian harus dapat menumbuhkan tanggung jawab kepada setiap madh’u kalian dengan wasail wijdaniyah dan memberi arahan pelaksanaan kewajiban menuju kecintaan menunaikan kewajiban.
Yang terakhir, manfaatkan waktu semaksimal mungkin karena waktu merupakan kesempatan yang sangat berharga. Kami ingin seorang murabbi memiliki perasaan izzah bahwa ia sedang melaksanaan sunnah nabi. Itulah yang membedakan antara tabriyah menurut Ikhwanul Muslimin dan jamaah lainnya. Tarbiyah pada jamaah lainnya hanya mengedepankan tranformasi ilmu, sementara jamaah Ikhwanul Muslimin memperhatikan perbaikan individu, baik secara perilaku, akhlak, dan ruhi.
Jadi, point penting yang harus kalian garis bawahi adalah tarbiyah menurut jama’ah kita adalah membentuk orang, tidak hanya menjadi sosok yang shalih, namun juga menjadi sosok yang muslih.
Kami Tidak Menulis Buku, Tapi Kami Mencetak Manusia
Posted by : pks / on :
Lontaran jawaban yang mengatakan “Kami Tidak Mencetak Buku, Tapi Kami Mencetak Manusia”, menurut hemat saya pribadi bukanlah satu bentuk penolakan atau ketidaksetujuan beliau tentang karya mencetak buku dan kitab. Saya yakin beliau bangga terhadap penerusnya yang telah menghasilkan ribuan buku, seperti Syekh Yusuf Qaradhawi, Jumu’ah Al-Amin, Musthafa Masyhur, dll. Tapi beliau hanya ingin menekankan, ada satu pekerjaan besar kita, yang sesungguhnya lebih besar daripada amal menghasilkan karya tulisan, yaitu amal “menulis” manusia, amal mencetak manusia.
Jika kita perhatikan dakwah semenjak zaman Rasulullah, salah satu inti penting dari dakwah adalah pertambahan jumlah kader dan pendukung dakwah, dan kita tidak bisa menafikan ini. Yang saya pahami salah satu parameter keberhasilan dakwah adalah bertambahnya jumlah orang yang menerima dan dibina di jalan dakwah. Lihatlah bagaimana pertumbuhan dakwah Rasulullah, satu orang beliau di awal risalah kenabian, menjadi 124.000 orang pada saat haji Wada’. Kita bisa menghitung rataan pertumbuhan kader dakwah yang dibangun Rasulullah dari tiap perjalanan waktunya.
Pekerjaan dakwah ini tak bisa berhenti pada tahapan , menyampaikan saja, tapi ia harus dilanjutkan sampai membentuk manusia, dan seterusnya. Kerja dakwah ini tak bisa hanya berhenti sampai di titik mengajarkan bagaimana cara shalat yang benar, tapi harus berlanjut bagaimana agar shalat ini benar-benar integrated dalam kehidupan manusia. Kerja dakwah kita tak boleh berhenti sampai mengajarkan cara membaca Al-Qur’an yang benar saja, tapi harus terus berlanjut sampai Al-Qur’an benar-benar menjadi pedoman tiap langkahnya.
Kerja dakwah tak bisa cukup sampai hanya menyampaikan satu sisi Islam saja, ibadahkah, fiqihkah, tapi ia harus terus berlanjut agar orang benar-benar paham Islam secara komprehensif.
Satu pekerjaan besar yang harus dilakukan seorang kader dakwah, yang menurut saya adalah harga mati, ialah membina dan “menulis” manusia, mentarbiyah manusia. untuk menghasilkan kader-kader baru yang tangguh dan mumpuni. Menghasilkan kader-kader dakwah baru yang benar-benar paham Islam secara komprehensif. Pekerjaan membina manusia bagi seorang kader dakwah, adalah satu hal niscaya yang ia harus lakukan , jika ia memahami dan meneladani dakwah Rasulullah dan orang-orang shalih sebelumnya. harusnya tak ada lagi kalimat yang terlontar dari seorang kader dakwah “saya tidak mau pegang mentoring” atau “saya malas pegang mentoring” atau “saya belum sanggup meng-handle kelompok mentoring”.
Tentu kita harus pula memahami membina manusia dalam kerangka dan lingkup seperti apa. Jika kita simak Firman Allah dalam QS As-Syu’raa : 214 “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat” dan firman Allah dalam QS At-tahrim : 6 “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…”. Membina manusia haruslah kita mulai dari lingkungan terdekat kita, mentarbiyah diri sendiri dengan tarbiyah dzatiyah, mentarbiyah keluarga, dan terus pada lingkungan yang lebih luas. Jangan sampai tarbiyah yang kita lakukan sudah melebar ke mana-mana, tapi kita melupakan tarbiyah pada keluarga.
Dan pada akhirnya kita bisa bayangkan bagaimana luar biasanya kondisi masyarakat sekian waktu yang akan datang, jika semua kader dakwah memahami esensi “menulis” manusia ini.
Terakhir saya mengingatkan bagi diri saya pribadi dan untuk kita semua, mulai dan lanjutkanlah pekerjaan kita “menulis” manusia, pekerjaan mentarbiyah manusia agar dakwah dan Islam ini benar-benar membumi menjadi rahmatal lil ‘alamiin. Jangan lagi ada di antara kita yang masuk golongan kaum “qaa’idiin”, yang duduk-duduk saja, jangan sampai kita hanya melihat dan menyaksikan saudara-saudara kita menunaikan tugasnya menulis manusia, tapi kita diam saja, jangan sampai title “pengangguran harakah” tersemat indah di pundak kita. MARI MEMBINA
Semoga Allah selalu merahmati kita dengan iman dan keistiqamahan.
Wallahu’alam bis shawab
-hamasah-