Uang (edisi-4) Oleh : M. Anis Matta, Lc

PKS di masa yang akan datang tidak bisa mengendalikan kehidupan ini
semuanya kalau hanya berkuasa di Negara tetapi tidak menguasai
pasar.  Tidak  mungkin.  Sekarang  ini  kita  akan  menemukan  secara
individu, banyak individu yang lebih kaya dari Negara. Oleh karena itu
gabungan  dari  beberapa  individu  justru  dapat  dengan  mudah
mengintervensi Negara dan memiskinkan Negara. Kalau kita hanya
masuk  ke  dewan,  padahal  dewan  itu  hanyalah  bagian  kecil  dalam
panggung Negara, masih ada eksekutif masih ada yudikatif. Kita hanya
punya sedikit di dewan itu, dan di dewan itu masih sedikit pula. Kita
lihat daerah kekuasaan kita, dakwah ini ke depan hanya bisa menekan,
menguasai,  mengendalikan  situasi  kalau  kita  punya  orang  yang
terdistribusi  secara  merata,  memimpin  Negara,  memimpin  civil
society, dan memimpin pasar. Baru kita akan digjaya sebagai sebuah
gerakan dakwah.

Ketiga, bagaimana kita memulai membangun kehidupan financial kita.
Pertama,  perbaiki  ide  kita  tentang  uang.  Ide  itu  adalah  wilayah
kemungkinan, “space of possibility”. Semua yang menjadi mungkin
dalam  ide  kita  pasti  akan  menjadi  mungkin  dalam  realita.  Ide  itu
adalah  tempat  penciptaan  pertama  sedangkan  realitas  itu  adalah
tempat penciptaan kedua. Jadi tidak ada realitas yang terjadi dalam
kehidupan ini tanpa sebelumnya tercipta pertama kali dalam ide-ide
kita.  Sebelum  pesawat  terbang  itu  di  ciptakan  yang  pertama  kali
dahulu adalah ide bagaimana manusia dapat terbang seperti burung.
Jadi  begitu  sesuatu  jadi  mungkin  dalam  ide  kita,  ia  bisa  menjadi
mungkin dalam kenyataan.

Sekarang  perbaikilah  ide-ide  kita  tentang  uang.  Belajarlah  utuk mempunyai  mimpi  besar  tentang  uang.  Belajarlah  untuk  membuat daftar  rencana,  Insya  Allah  ketika  saya  meninggal  nanti  saya mewariskan sekian banyak uang. Buatlah step ide ini luas. Karena kalau space of possibility kita ini luas maka space of reality kita jadi luas. Kalau kita lihat mobil, belajarlah mempunyai selera yang bagus.Supaya  ide-  ide  ini  tumbuh  dengan  baik  kita  perlu  dari  sekarang membaca sebuah buku tentang uang.

Bacalah buku diantaranya The Millionaire Mind, ada dua buku yang ditulis oleh penulis yang sama karena ini adalah risetnya. Selanjutnya The Millionare Dead. Ini adalah penelitian yang dilakukan terhadap cara berpikir orang- orang kaya yang  ada  di  Amerika.  Kemudian  buku  One  Minute  Millionaire (Bagaimana  menjadi  Milliuner  dalam  1  menit)  dan  ini  juga  punya website, kita bisa masuk websitenya, mereka punya psikotest kalau kita ingin mengetahui apakah kita punya talenta jadi orang kaya atau tidak. Alamat websitenya www.oneminutemillionaire.com.

Buku yang ketiga adalah semua buku Robert T. Kiyosaki. Yang ke-4 ini buku lama tapi termasuk buku- buku awal yang dibaca orang tentang uang yaitu buku yang ditulis oleh Napoleon Hill, Think and Grow Rich, Berfikir dan menjadi Kaya. Buku terakhir ini adalah buku yang sangat lama karena diterbitkan pada tahun 80-an dan ditulis tahun 70-an, tapi menurut saya, saya rasa masih relevan untuk dibaca. Ini buku- buku
dasar  semuanya  bagi  pemula.  Dan  saya  rasa  penting  juga  untuk mendapatkan landasan syar’i yang bagus tentang hal ini apabila kita baca juga buku yang ditulis oleh syeikh Yusuf Qordlowi tentang nilai-
nilai moral dalam ekonomi Islam.

Perbaiki dahulu ide kita tentang uang, perbaiki tsaqafah tentang uang dan  mulailah  mempunyai  mimpi  besar  untuk  menjadi  orang  kaya, supaya  kita  Insya  Allah  naik  derajatnya  dari  amil  zakat  menjadi muzakki. Supaya kita datang kepada orang jangan lagi bawa proposal, itu yang benar. Sering-seringlah ke tempat-tempat mewah, jalan-jalan saja untuk memperbaiki selera.

Saya  punya  1  halaqah  yang  terdiri  dari  anak-  anak  LIPIA.  Mereka datangnya dari kampung, dari pesantren semuanya. Saya tahu mereka membawa  background,  di  backmind-nya  itu  ada  psikologi  orang
kampung yang tidak pernah bermimpi menjadi orang kaya. Saya Tanya kamu nanti setelah selesai dari LIPIA mau kemana? Mereka bilang Insya Allah kita mau pulang ke kampung mengajar ma’had, mengajar bahasa Arab. Suatu hari saya ajak mereka, hari ini tidak liqa’, tetapi saya tunggu kalian di Hotel Mulia. Saya ada di suatu tempat dan mereka tidak melihat saya. Saya suruh mereka berdiri di lobby. Mereka datang pakai ransel karena mahasiswa datang pakai ransel, diperiksa lama  oleh  security,  karena  penampilannya  sebagai  orang  miskin dicurigai membawa bom. Saya lihat dari atas. Itu masalah strata, kalau antum datang pakai jas dan dasi tidak ada yang periksa antum di situ, karena yang datang pakai ransel tampang kumuh. Kemudian mereka bertanya dimana antum ustadz, saya bilang antum tunggu saja disitu. Saya  dekat  mereka  tapi  mereka  tidak  bisa  melihat,  saya  hanya memperhatikan apa yang mereka lakukan. Kira- kira 2 jam mereka
saya suruh di situ, mondar-mandir di lobby. Minggu depan saya Tanya apa yang antum lihat disana. Orang lalu lalang, jawab mereka. Saya Tanya, pertama, apakah ada satu orang yang lalu lalang yang antum lihat yang mukanya jelek, dia bilang tidak ada. Semuanya ganteng semuanya cantik-cantik. Jadi ada korelasi antara wajah dan kekayaan. Makin kaya seseorang makin baik wajahnya. Kedua, ada tidak yang memakai pakaian yang tidak rapi kecuali antum. Dia bilang tidak ada, semuanya rapi. Jadi dengan latihan seperti ini pikirannya sedikit  mulai  terbuka.  Karena  ia  membawa  bibit  dalam  pikirannya untuk menjadi orang miskin. Sekarang Alhamdulillah, mereka bertiga sekarang ini sedang kuliah di UI ambil S2 Ekonomi Islam.

Ikhwah sekalian
Jadi kita perbaiki insting kita. Pertama kali kita perbaiki tsaqafah kita. Jadi hadirkan buku-buku itu ke dalam rumah dan mulai dari sekarang anak-anak kita juga mulai di ajari tentang uang. Ikutilah kursus-kursus
tentang entrepreneurship supaya kita dapat memperbaiki dulu citra kita  tentang  uang.  Kedua,  menyiapkan  diri  untuk  menjadi  kaya. Orang- orang kaya yang bijak itu mempunyai nasehat yang bagus, mereka mengatakan “sebelum anda menjadi kaya latihanlah terlebih dahulu menjadi kaya”. Hiduplah dengan hidup gaya orang kaya. Orang kaya itu optimis. Bagi orang kaya biasanya tidak ada yang susah. Bagi mereka semuanya mungkin, karena itu mereka selalu optimis. Jadi yang harus dihilangkan dari kita adalah pesimis. Saya punya seorang teman sekarang jadi kaya, dia datang ke Jakarta hanya sebagai pelatih karate dan tidak ada duitnya, tapi supaya tidak ketahuan oleh istrinya bahwa dia tidak punya pekerjaan, setiap habis sholat subuh dia pergi lari untuk olahraga, setelah itu dia memakai pakaian rapi lalu keluar rumah. Dia juga tidak tahu mau kemana yang penting keluar rumah. Istrinya tidak tahu kalau dia tidak punya pekerjaan. Nanti di jalan baru ditentukan siapa yang dia temui hari ini.

Langkah pertama perbaiki dahulu sirkulasi darah kita, olahraga dulu, supaya  wajah  segar,  makan  yang  banyak.  Banyaklah  makan  yang enak, daging. Sering- seringlah makan yang enak. Menurut Utsman bin
Affan  makanan  paling  enak  itu  adalah  kambing  muda.  Setiap  hari mereka  makan  kambing  muda.  Makan  yang  enak,  olah  raga  yang bagus supaya wajah kita berseri. Syeikh Muhammad Al-Ghozali dalam
kitab  Jaddid  Hayataka  mengatakan  kenapa  orang-orang  Barat  itu pipinya  merah,  karena  sirkulasi  darahnya  bagus,  gizinya  bagus.

Sedangkan kita orang- orang Timur kalau ketemu itu auranya pesimis, tidak ada harapan. Biasakanlah kalau orang ketemu kita ada harapan yang terlihat, makanya kalau pilih warna baju pilihlah yang cerah- cerah. Ibnu Taimiyah mengatakan ada hubungan antara madzhab dan batin  kita,  pakaian  apa  yang  kita  pakai  itu  mempengaruhi  kondisi kejiwaan kita. Jangan pakai pakaian orang tua. Ada anak umur 25 tahun pakaiannya pakaian orang tua, bagaimana nanti kalau umurnya 50 tahun pakaiannya seperti apa. Tampillah sebagai anak muda. Cukur rambut yang bagus, cukur kumis yang rapi janggut dirapikan. Rapi, supaya  kita  kelihatan  ada  optimisme. Belajarlah sedikit latihan menatap supaya sorotan mata kita kuat, perlu sedikit latihan menatap

Misalnya di pagi hari atau sore hari menjelang matahari terbenam, antum tatap matahari dan tidak berkedip matanya. Kalau bisa antum bertahan 1 menit itu bagus. Latihan saja sendiri. Di dalam kamar ambil lilin, matikan lampu, antum tatap lilin dan matanya tidak berkedip dan tidak berarir. Nanti kalau sudah terbiasa pandangan matanya kuat. Jadi kalau  olahraga  teratur,  sirkulasi  udara  bagus,  pikiran  jadi  segar, tsaqafah kita bertambah mulai memakai pakaian yang cerah-cerah. Makanya Rasulullah itu senangnya memakai baju putih. Jangan pakai yang  gelap-gelap  atau  warna  yang  tidak  menunjukkan  semangat hidup. Jangan juga berpenampilan seperti orang tua.

Sekadar untuk menunjukkan kita ini kelompok orang-orang shaleh kita pakai baju taqwa, itu pakaian orang Cina. Pakailah baju yang segar agar dapat menunjukkan bahwa kita ada semangat. Walaupun anda sudah  berumur  pun  tetap  pakai  pakaian  yang  muda,  jangan berpenampilan tua. Artinya kita harus merendahkan diri, sebab uban tanpa diundang dia akan datang. Jadi tidak perlu menua-nuakan diri dengan sekadar tampil kelihatan dewasa, tua, bijak. Tampillah sebagai anak muda yang gesit dan optimis. Ketiga, bergaullah dengan orang- orang kaya, perbanyak teman-teman antum dari kalangan tersebut. Ini tidak bertentangan dengan hadits yang mengatakan bahwa bab rezeki lihatlah  kepada  yang  dibawah  dan  jangan  lihat  yang  ada  di  atas. Antum tidak sedang tamak ke hartanya, tetapi antum sedang belajar kepada mereka.

Dahulu saya suka ceramah di kalangan orang- orang kaya. Waktu saya ceramah di rumahnya Abu Rizal Bakrie yang saat itu sedang berduit- duitnya, saya duduk dalam 1 karpet, ketika krismon pada waktu itu,
sekretarisnya bilang pada waktu itu, tahu tidak berapa harga karpet ini. Saya bilang saya tidak tahu, saya pikir sajadah biasa. Dia bilang karpet  itu  harganya  100  ribu  Dollar.  Karpet  kecil  harganya  1,6  M. Waktu saya selesai ceramah dikasih amplop, amplopnya tipis. Saya bilang sama sekretarisnya. Ini amplop kembalikan kepada dia. Bilang sama beliau saya cuma ingin berkawan dengan dia. Dia belajar agama sama saya, saya belajar dunia sama dia. Kalau saya terima ini, nanti saya dianggap ustadz dan dia tidak dengar kata- kata saya. Saya mau bersahabat dengan dia. Jangan kasih saya amplop lain kali. Supaya kita bergaul. Setiap kali saya datang ke kelompok yang pengusaha kaya itu saya selalu menolak, saya tidak terima ini saya ingin bergaul dengan bapak, saya ingin jadi  teman.  Alhamdulillah dari situ saya banyak teman dari kelompok orang- orang kaya, dan kalau datang, kita belajar. Saya bertanya sama mereka kenapa begini, bagaimana
caranya, bertanya kita belajar. Memang di jurusan saya dia belajar dari saya kalau ada yang perlu dido’akan panggil saya, bisa. Tapi kan saya tidak punya ilmu bikin duit sebelumnya, saya perlu belajar dari orang yang ahli. Jadi dalam bab itu saya murid, dalam bab saya dia murid.

Jangan karena kita sering ceramah, terus semua orang kita anggap murid dalam segala aspek. Saya bergaul dengan orang-orang kaya dan saya belajar dengan mereka. Saya belajar bagaimana caranya bikin
duit, bagaimana caranya bikin perusahaan sama-sama dan saya tidak malu. Bergaul dengan mereka itu dari sekarang. Jangan tamak pada hartanya tetapi ambil ilmunya. Jangan minder bergaul dengan orang kaya seperti itu.

Awal lahirnya reformasi, setelah kalah dalam pemilu 1999, kita Poros Tengah kumpul di rumahnya Fuad Bawazir. Semua orang diam, ada Amin Rais, Yusril, semuanya diam karena malu. Karenanya kita semua
kalah, tadinya sombong semua. Pak Amin Rais mengatakan sebelum Pemilu “Nanti Golkar kita lipat-lipat, kita tekuk-tekuk, kita kuburkan di masa lalu”. Tidak tahunya Golkar masih di nomor 2. Partainya Pak Amin  rendah  perolehan  suaranya.  Suara  umat  Islam  rendah.  Jadi berkumpullah orang- orang kalah ini semua dalam 2 hari. Waktu itu Pak  Amin  sedang  dikejar-kejar  terus  oleh  Dubes  Amerika  untuk membuat pernyataan bahwa pemenang pemilu legislatif yang paling layak jadi Presiden, tapi Pak Amin menghindar. Jadi saya datang ke rumah Pak Fuad Bawazier. Saya bilang Pak Fuad, saya ini bukan orang politik, saya ini ustadz. Yang saya pelajari dalam syariat kita ini kalau kita sedang kalah seperti ini jalan keluarnya adalah i’tikaf, kita belajar banyak  istighfar,  tilawah  dan  seterusnya.  Jauhi  dulu  wartawan, mungkin dosa-dosa kita banyak sehingga kita kalah. Dia bilang bener juga  ya.  Cuma  kalau  kita  i’tikaf  di  Indonesia  tetap  saja  diketahui wartawan. Kalau begitu kita umrah. Antum ikut ya dari PKS umrah. 4 orang dari PAN, dari PKS sekitar 3 orang. 4 orang ini naik bisnis first class, sedang kita dikasih ekonomi. Yang beli tiket dia soalnya. Mau diprotes bagaimana. Kita cuma dihargai begini, terima apa adanya dahulu. Tapi waktu itu dengan lugu datang menghadap Pak Fuad. Saya bilang Pak Fuad berapa harga tiket first class. Dia bilang pokoknya 2
kali lipat harga ekonomi. Jadi kalau tiket ekonomi pada waktu itu 1000 Dollar harga first class itu sekitar 2000 Dollar. Kenapa kita tidak sama- sama saja di kelas ekonomi, dan selisihnya kita infaqkan untuk orang
miskin. Ini kan masyarakat kita lagi susah. Dia ketawa dia bilang ya akhi, nanti ana infaq lagi insya Allah untuk orang faqir, tapi ana tolong dong di first class tidak mungkin ana turun di kelas bawah.

Kita  tidak  tahu  apa  nilai  yang  berkembang  pada  orang  kaya, kenyamanan itu adalah nilai pada mereka. Mereka menghemat energi, tenaga. Dan, angka besar pada kita itu angka kecil bagi mereka. Uang 1 Milyar 2 Milyar itu uang jajan. Kalau kita, belum tentu punya tabungan sampai mati seperti itu. Itu masalah cita rasa. Cita rasa pada orang kaya itu berbeda. Ini yang kita pelajari, yang dianggap besar oleh mereka adalah ini. Dengan begitu kita menjiplak sedikit emosinya. Karena dalam pergaulan itu, kalau kita bergaul dengan seseorang itu, kalau bukan api dia parfum. Kalau dia parfum dia menyebarkan wangi, kalau dia api menyebarkan panas. Orang jahat itu api, kalau antum dekat-dekat akan menyebarkan panas. Orang baik itu parfum, kalau antum  dekat-dekat  setidak-tidaknya  bau  badan  kita  tertutupi  oleh parfum tersebut. Jadi ikut-ikut karena kita perbaiki selera. Jadi kalau antum punya waktu kosong jalan-jalanlah ke mall, lihat-lihat orang kaya  tidak  usah  belanja,  lihat-lihat  saja  dulu,  memperbaiki  selera. Datanglah ke showroom mobil, datang ke pameran mobil. Lihat-lihat, pegang-pegang.  Rajinlah  berdo’a.  Bergaullah  dengan  orang  kaya.

Selain  itu,  rajinlah  berinfaq  walaupun  kita  miskin.  Gunanya  apa? Supaya antum tetap menganggap uang itu kecil dan supaya tidak ada angka besar dalam fikiran kita. Misalnya kita punya 10 juta, infaqkan.
Supaya antum meneguhkan, mesti ada yang lebih besar dari ini. Jadi angka   itu   terus   bertambah   di   kepala   kita,   walaupun   dalam kenyataannya  belum.  Tetapi  dengan  berinfaq  seperti  itu,  kita
memperbaiki cita rasa kita tentang angka. Bukan sekedar dapat pahala tetapi efek tarbawi-nya bagi kita akan bertambah terus.

Kita belum pernah merasakan bagaimana menginfaqkan mobil, sekali waktu kita berusaha untuk menginfaqkan mobil. Begitu antum punya uang sedikit terus berinfaq, terus seperti itu kita latih sampai menjaga
jarak.  Kita  membuat  sirkulasi  jadi  bagus.  Kelima  adalah  mulailah melakukan bisnis real. Terjun ke dalam bisnis secara langsung. Karena Rasulullah  SAW  mengatakan 9  per 10  rezeki  itu  ada  dalam  hal perdagangan. Saya juga ingin menasehati ikhwah-ikhwah yang sudah jadi anggota DPR dan DPRD, jangan mengandalkan mata pencaharian dari gaji DPR dan DPRD. Itu bahaya. Sebab belum tentu kader-kader di Riau  ini  nanti  masih  menginginkan  Pak  Khairul  untuk  periode selanjutnya. Belum tentu juga juga jama’ah menunjuk kita lagi sebagai anggota dewan, padahal gaya hidup sudah berubah. Anak-anak kita kalau kenalan dengan orang, bapak saya anggota dewan padahal itu hanya sirkulasi. Jadi setiap kali kita mendapatkan pendapatan dari gaji karena  pekerjaan  seperti  ini,  kita  harus  hati-hati  itu  bahaya.  Jadi pendapatan paling bagus itu tetap dari bisnis.

Oleh karena itu, mulai sekarang itu belajarlah terjun ke dunia bisnis. Jatuh bangun waktu bisnis tidak ada masalah, terus saja belajar. Tidak ada juga orang langsung jadi kaya. Yang antum perlu terus berbisnis.
Begitu juga dengan para ustadz, teruslah bisnis. Begitu juga dengan seluruh  pengurus  DPW-DPD  dan  seterusnya.  Teruslah  berbisnis. Lakukan  bisnis  sendiri  sekecil-kecilnya.  Tidak  boleh  tidak.  Itulah
sumber rezeki yang sebenarnya. Kalau antum mau kaya sumbernya adalah dagang. Rezeki itu datangnya dari 20 pintu, 19 pintu datangnya dari  pedagang  dan  hanya 1  pintu  untuk  yang  bekerja  dengan keterampilan tangannya, yaitu professional. Misalnya akuntan itukan professional, pekerja pintar, tapi kalau sumber rezekinya satu makanya uangnya terbatas. DPR juga begitu sumbernya satu, yakni gaji bulanan itu hanya 5 tahun. Itu pun kalau tidak di PAW sebelumnya. Jadi kalau saya  ketemu  dengan  ikhwah  dari  dewan,  hati-hati  jangan  sampai mengandalkan mata pencaharian dari situ.

Selain itu potongan dari DPP, DPW, DPD juga besar. Untuk ma’isyah sendiri kita harus cari sumber lain. Waktu kita terjun ke bisnis, kita pasti gagal. Gagal pertama, gagal kedua, gagal ketiga, gagal keempat
tapi teruslah jangan pernah putus asa. Saya punya partner bisnis. Dia mulai bisnis umur 16 tahun, semua jenis pekerjaan sudah dia lakukan. Pada  suatu  waktu  dia  mempunyai 38  perusahaan  tapi  dari 38 perusahaan ini hanya 6 yang menghasilkan uang. Kita lihat berapa ruginya. Jadi seringkali kita salah pandang terhadap orang kaya. Kita pikir tangan dingin semua yang disentuh jadi uang. Ternyata tidak juga. Jadi hal-hal seperti itu harus kita hadapi secara wajar jangan shock kalau rugi. Jangan berfikir dengan berdagang antum akan cepat kaya, yang menentukan antum cepat berhasil dalam dagang itu adalah secepat apa antum belajar. Cara belajar itu ada dua: baca buku atau sekolah atau bergaul dengan orang- orang sukses, nanti kalau sudah baca buku sudah bergaul dengan orang sukses masih gagal juga. Teruslah berdagang, teruslah bergaul, teruslah seperti itu karena setiap orang tidak tahu kapan saatnya dia ketemu dengan
momentum lompatannya.
TAMAT

Sumber:  http://pengusahapks.wordpress.com/2011/05/31/uang-edisi-4/

Posted by: pksgrogol.com

Related News

Tidak ada komentar :

Leave a Reply