Luthfi Hasan Ishak : Kemenangan Pilkada adalah Kemenangan Dakwah

PKS sudah dinobatkan sebagai partai dakwah dan seluruh kader PKS profesi utamanya adalah juru dakwah sebelum menyandang profesi-profesi yang lain. “Nahnu du’at qobla kulli syai “. Maka indikator keberhasilan dikembalikan kepada indikator dakwah. Capaian politik adalah satu di antara sedikit indikator keberhasilan sehingga kita harus kembali mengukur kinerja kita dengan ukuran da’wi.
Dan yang sudah sama-sama kita pahami, PKS adalah partai kader. Kaderisasi kita difokuskan untuk mensetup dan mendesain kader yang islamis. Sosok yang kalau dalam bahasa arab disebutkan: “Qur’anun yamsyi ‘alal ardh”. Qur’an yg berjalan di muka bumi.
Tadi sudah diingatkan soal “innashholaati wan nusuki wa mahyaya wamamati lililahi robbil alamin”. Ibadah menjadi tujuan kita bersama.

Saudaraku,
Sosok seperti apa yang diharapkan pada para kader. Syakhsiyah islamiyah dan syakhsiyah da’wiyah dimanapun mereka berada. Karena jumlah penduduk Indonesia yang tersebar di lebih dari 6000 pulau dari 17 ribu pulau di Indonesia. Tidak mungkin di backup oleh satu atau dua juru dakwah saja. Hari demi hari kita harus memproduk kader dakwah ke seluruh penjuru Indonesia. Dan yang memiliki semangat seperti itu adalah “anashirut taghyir”, mereka yang bisa membawa perubahan. Sehingga yang kita dahulukan adalah objek dakwah “anashirut taghyir” yang bisa membawa panji perubahan ke depan.
Kita sedang punya program nasional yang disebut validasi keanggotaan dan kader-kader. Untuk memastikan mereka masih menjalankan seluruh agenda dakwah. baik dia aktivis di DPRa ataupun anggota dewan. Kita validasi seluruh kontribusi mereka dalam agenda dakwah. Program nasrul fikroh kita tanya, rekrut kita tanya, sosial kita tanya. Seluruh aktivitas kita tanya.
Termasuk di rumah tangga. Mungkin kita harus memberi profil yang jelas, apa peran suami dan apa peran istri untuk mengantarkan pasangannya dan keturunannya menjadi aktivis dakwah ini. Bukan hanya soal kemapanan rumah tangga memberi fasilitas dan sarana rumah tangga. Tapi apa yang sudah diberikan istri agar suami menjadi “waj alna lil muttaqiina imaama”. Para umahat memfasilitasi suami agar menjadi penjaga dakwah yang tak berlama-lama di rumah.
Tadi saya mendapatkan cerita-cerita bahwa ikhwah Lampung saat masa ta’sis beberapa daerah (contoh, Palembang,not.) para aktivisnya dari Lampung. Sekarang saya berharap kader di Lampung termasuk para umahat di Lampung bisa mengcover Indonesia secara keseluruhan.
Kita berharap dakwah kita ke depan bisa makin kokoh dan eksis di masyarakat. Dengan memastikan kader yang diorbitkan di lini manapun adalah juru dakwah sebelum profesi lainnya. Banyak kader luar Lampung sekolah, bekerja di Lampung. Setelah berada di Lampung mereka bisa kembali ke kampungnya masing-masing. Siklus distribusi kader jangan sampai kalah.
Qudwah kita sudah jelas. Setelah hari-hari Rasulullah wafat, distribusi SDM yang sudah dibina Rasulullah SAW, ada yang meninggal di Rusia, ada yang meninggal di Eropa, ada yang kuburannya di Afrika Selatan. Hingga Asia Selatan. Dan penyebaran ini adalah indikasi keberhasilan dakwah.
Saya rasa ke depan dengan kualitas kader-kader di Lampung ini tidak hanya bisa menjawab pertanyaan Rasulullah kepada sahabat yang diutus ke Madinah (Yatsrib).” Ya Rasulullah, tidak satupun rumah di Yatsrib melainkan sudah dikumandangkan Laa ilaa illaLLah Muhammadur Rasulullah.”
Pertanyaan ke depan ada berapa dusun, ada berapa kelurahan, yang tiada satupun yang tidak ada tarbiyah dan halaqoh di sana.


Fasilitas Dakwah Terbaik
Definisi soal fasilitas dakwah jangan diukur dari selera dan tradisi masyarakat kita. Negara kita terlalu lama dijajah. Banyak juga juru dakwah kita era awal yang datang dari kalangan tasawuf dan sufi. Yang paling laku: kesabaraan, qonaah, sabar terhadap kondisi. Itu semua bagus . Tapi bukan berarti kesabaran dan qonaah menjadikan kita tak boleh bangkit mendapatkan apa yang harusnya kita ambil sebagai sarana dakwah.
Contoh ketika bercerita tentang Rasulullah saw. Untuk “coverage area” di wilayahnya, seluruh sahabat memiliki kendaraan istimewa. Siapa bilang ontanya rasulullah (onta “qoswa” bukan onta terbaik di jamannya. Dan saya yakin belum ada kader di Lampung ini yang memiliki kendaraan terbaik dengan kemampuan jangkau berbagai medan, dengan membawa beban yang begitu banyak.
Rasulullah pernah punya seeekor kuda yang kecepatannya tak bisa dikalahkan
oleh kuda para sahabat hingga akhirnya kuda tsb setelah tua bisa dikalahkan oleh seorang baduy. Hingga salah seorang sahabat marah. “Bagaimana mungkin ente bisa ngalahin kuda Rasulullah.” Rasulullah melerai pertikaian itu dengan mengatakan ,“Tidak ada yang bisa menjadikan sesuatu lebih baik melainkan Allah yang menjadikan itu baik baginya.”
Saat ini onta terbaik harganya $5juta, separoh “reward”nya Dulmatin dari AS, $10 juta. Kuda terbaik saat ini 2 juta poundsterling setara 30 miliar. Dalam sebuah kamp peperangan, Rasulullah tiba-tiba sudah datang mengendarai kuda tanpa pelana dan tanpa sais, mengejutkan pasukan muslim di situ. Serta sahabat yang tiba belakangan. Sedemikian hebatnya baik penunggangnya maupun yang ditungganginya untuk memproteksi dakwah dari berbagai ancaman.
Selain onta dan kuda, Rasulullah juga punya keledai. Namun demikian keledai Rasulullah ini biasa dipakai untuk sehari-harinya. Ke pasar, semacam itu. Mungkin bisa dianalogikan: keledai ini motor. Mobilnya adalah kuda.
Pedang dan baju besi Rasulullah juga yang terbaik. Besinya tak bisa dikalahkan musuh-musuhnya. Walau semua serba terbaik, tapi beberapa kali datang ke Aisyah, “Apakah ada yang bisa dimakan hari ini?” Dijawab “Tidak ada ya Rasulullah.” “Kalau begitu , saya puasa.” Jadi pulang tak ada makanan, puasa. Tidak serta merta memarahi istri, seperti kebanyakan orang Lampung. Ada perfect dalam hal performa tapi tetap bersahaja di rumah tangga.
Jika bulan Ramadan dandan Rasulullah perlente. Pakai baju bagus, dengan minyak wangi terbaik. Beginilah qudwah yang kita teladani. Bukan harus sepanjang waktu bersahaja. Tapi harus menyesuaikan dengan mihwar dakwah kita. Hingga dengan performa dakwah kita orang bisa tsiqoh dan desain yang kita arahkan bisa didengar.
Benar, orang yang sombong tidak boleh masuk surga, walau hanya sekecil biji sawi, sekecil atom. Ada sahabat yang bangkit,”Ya Rasulullah, di antara kita ada yang senang memakai pakaian yang bagus-bagus (hasanan)” – dalam terminologi kita sekarang pakaian “branded”. Seperti ada sepatu seharga Rp19 juta. Padahal yang pakai sepatu itu kalau ngantuk bisa tumbang juga.
Jawaban Rasulullah sungguh mencengangkan. “Allah indah dan suka kepada yang indah-indah.” Jadi tidak dilarang berperforma seperti itu. Sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia. Antum pakai pakaian lecek sekalipun tapi selalu merendahkan orang lain, maka sombonglah itu.
Bukan termasuk golonganku yang tidak menghargai orang yang lebih tua. Sesungguhnya orang yang paling dekat dengan Allah adalah yang memiliki pengetahuan, yang paling utama adalah orang yang bertakwa. Bukan dari golongan saya orang-orang yang tidak menyayangi yang lebih muda.
Jadi ada definisi-definisi siapa-siapa orang yang kita hormati, siapa yang kita sayangi. Rasulullah sudah mendefinisikan secara meluas. Begitu pula definisi sombong.
Jadi walau pakai motor butut tapi tidak hormat pada orangtua , tidak menghargai orang yang berilmu dan tidak menghargai orang yang bertakwa, maka dia bukan golongan Rasulullah.
Termasuk masalah penampilan kader kita di publik. Kita akan mengantarkan seluruh kader kita ke seluruh relung, seluruh pilar masyarakat agar memastikan dakwah kita diterima seluruh kalangan. Pada saat itu dia akan berinteraksi dengan seluruh level masyarakat. “Khotibunnas ala qudri uqulihim”. Bicara sesuai dengan bahasa mereka. Ajak bicara orang sesuai dengan tradisi dan adat budaya mereka.
Jadi tampilan kita tidak bisa diukur dengan tampilan standar orang melayu atau priyayi atau standar-standar yang umumnya ada di masyarakat. Rasulullah menyuruh kita berinteraksi sesuai dengan orang yang kita hadapi sehingga kita akan menyaksikan performa kader yang berbeda-beda.

Hujjah yang Tajam
Kita baru saja menyelesaikan kasus Century. Dan produk DPR yang semata hanya mengangkat kebobrokan ini ke ranah hukum. Agar para penegak hukum yang menentukan kadar kesalahan mereka serta apa vonis mereka nanti.
Antum tahu BI adalah institusi yang “untouchable”. Baru bisa diaudit oleh DPR tapi harus dengan konsensus mayoritas. Kita harus tetap mengangkat kekurangan serta siapa yang bertanggungjawab atas kebobrokan itu.
PKS adalah motor dari pansus Century. Ada sejumlah ketidakwajaran dari “abuse
of power” untuk melanggar hukum. Nah, produk ini sudah dihantar ke ranah hukum. Kita tunggu apa yang akan dilakukan pemerintah. Ditunggu statemen presiden apakah dia berpihak ke DPR atau eksekutif ?
Kadang kita harus berkata kasar sesuai dengan siapa yang kita hadapi dan dengan maksud apa. Saya perlu mengungkapkan ini agar antum tidak terkaget-kaget . Mungkin perlu bicara dengan standar Lampung, atau lain waktu dengan standar harokah islamiyah. Suatu saat Ust. Muzammil Yusuf atau Ust. Abdul Hakim harus berkata
lantang untuk membongkar korupsi. Insya Allah.
Musa harus bicara “qowlan layyina” kepada Firaun, karena ada hubungan khusus Musa dengan Firaun. Musa pernah hidup di istana dengan APBD atau APBF (anggaran belanja Firaun). Islam melarang “nukronul jamiil”, mengingkari jasa atau kebaikan apapun agama atau kelakuan orang itu. “Ihtirom” harus tetap diberikan.
Tapi kepada orangtua kandung, hanya dengan “body language” yang menyakiti sudah dilarang. Tak usah dengan kata-kata. Berkata “qowlan maysuura” kepada saudara-saudara ortu kita.
Tapi kepada orang-orang yang memiliki “soddu an sabilillah”, Rasulullah katakan: ucapkan “Qowlan baliigho”, kata-kata yang tajam yang bisa menjatuhkan argumentasi mereka, walaupun di depan publik.
Kholid bin Walid ketika mengepung makkah (fathu makkah), salah satu opsi yang ditawarkan *taslim aslam*, masuklah islam maka kalian dilindungi. Tapi tawaran ini tetap tidak disambut. Kata Kholid, orang ini sampai kepalanya pisah dari badan, belum akan menerima islam. Itu salah satu bahasa di antara sahabat. Mungkin akan ada anggota dewan kita dari Lampung yang akan bicara seperti itu nantinya.
Ketahuilah kontekstual kalimat tersebut. Banyak yang tak dipahami kader apa yang ada di tivi itu. Kalimat kita harus datang dengan hujjah. Kalau hujjah yang dialogis sebagaimana yang kita pakai selama ini ga kena, harus pake hujjah yang tajam.

Barter Bukan Tipe Dan Karakter PKS
Century berakhir sebagaimana yang antum ketahui. Fase kita hanya mengantarkan ke ranah hukum agar ditindaklanjuti penegak hukum. Jika kader kita di pansus dicampuri orang lain agar tidak menjalankan sebagaimana yang seharusnya, kita membentuk tim pengawas.
Kita harus membangun “clean & good governance”. Itu kesepakatan kita dengan
SBY. Kalau dikatakan kita mengkhianati, justru kita sedang melaksanakan amanat politik. Kalau dikatakan berkhianat, kemana aja kalian ini? Apakah sudah baca kontrak politik PKS dengan SBY?
Sehingga kita sama sekali tidak mengkhianati walau kepada orang yang berkhianat kepada kita. Umar bin Khotob katakan, “Kita tidak suka menipu tapi jangan kira penipu bisa ngibulin saya.”
Misbachun adalah kader politik, bisa dibedakan dengan kader dakwah. Daerah Misbachun, Pasuruan, Jawa Timur adalah daerah mayoritas PKB. Dia pengusaha
yang sudah berbisnis sejak lama. LC itu terjadi 2008 sebelum menjadi caleg PKS. Terjadi lambat bayar tahun 2009. Kita tak bertanggungjawab terhadap masa lalu seseorang sebagaimana kita harus membedakan masalah pribadi dengan organisasi.
Bukankah kita juga biasanya berusaha menyelesaikan masalah kita sendiri terlebih dulu. Baru dibantu sahabat-sahabat terdekat. Kalau tak selesai, baru struktur turun. Ternyata sudah selesai.
Ada pertanyaan, apa ini barter? Barter bukan tipe dan karakter PKS. Memang mereka sedang memberi serangan balasan. Dari soal pajak, suap, pelanggaran hukum. PKS tak tersentuh. Lalu nikah siri muncul sebagai sebuah isu. Sangkanya PKS. Padahal pelaku nikah siri yang banyak dari partai lain. Jadi umahat tak usah khawatir ada yang nikah siri.

Kemenangan Pilkada Kemenangan Dakwah
“Kami jadikan setiap nabi musuh yang menghadang jalannya.” Setiap tokoh dan setiap figur akan dimunculkan orang untuk mencari kesalahannya. Orang yang paling terhormat di komunitas PKS adalah yang paling pandai, paling banyak menemukan kebaikan-kebaikan orang lain. Kebaikan-kebaikan itulah yang kita kapitalisasi untuk kebaikan dirinya sendiri maupun lingkungannya.
Kebaikan-kebaikan akan menepis keburukan-keburukan. Jadi jangan memulai berinteraksi dengan orang melalui sisi buruknya. Gali kebaikannya, agar kebaikannya semakin dominan di lingkungannya.
Termasuk apakah dia kepala daerah atau calon kepala daerah. Kita sendiri tahu tak ada satupun dari kita yang tak punya pelanggaran syar’i besar ataupun kecil.
Dari sekian calon kepala daerah kita menemukan sisi-sisi positif. Apalagi sudah ada stempel kolektif secara struktural. Tinggallah kita menangkan. Tradisi kita : “faiza azzamta fatawakkal ‘alaLLahu”. sudah diputuskan: berazzam, membulatkan tekad apa yang diputuskan mas’ulin kita. Sehari-hari yang kita ucapkan “Qulillahumma mimman tasya” dst. Kekuasaan itu hanya dari Allah.
Ada pertanyaan, apa iya kita bisa menang? Soliditas shof dan ukhuwah kita sudah jadi buah bibir di semua kalangan. Parpol yang sangat solid dan bisa diandalkan imana-mana. Kalau PKS sudah turun, jarang ada yang bisa menandingi.
“Jangan sampai kalian bersengketa lagi. Jangan berselisih lagi. Kalau itu kalian lakukan maka itulah yang membuat kalian gagal.”
Semangat perjuangan kita sebagaimana Rasulullah katakan “Sesungguhnya Allah
memberi pertolongan karena kalian memperjuangkan kepentingan duafa di negeri-negeri kalian.” Kita berjuang untuk “ishlahul hukumah, ishlahul mujtama”. Bukan cuma binaul usroh wal muslimah.
Masyarakat sangat diwarnai prilaku dan kelakuan pejabatnya. Iya kalau pejabat kelakuannya sinergi dengan kebaikan. Tapi kalau yang maju adalah yang menghadang jalan dakwah, melakukan kerusakan …

Jadi Kemenangan di Pilkada adalah Kemenangan Dakwah.
Ini harus dipastikan dengan kontrak politik. Kezoliman tak akan selesai jika
kesejahteraan tak dikedepankan. Malaysia, paling dekat dengan antum. Kriminalitas ternyata sangat erat kaitannya dengan desain rumah. Blok dapur dan blok kamar tidur tak disekat. Anak-anak lebih betah di jalanan. Mengganggu orang di jalanan.
Tapi desain rumah RSSS standar PAS + UMNO di Malaysia: tiga kamar, satu ruang keluarga, satu ruang tamu. Satu kamar untuk ortu. Satu kamar untuk anak perempuan. Satu kamar untuk anak laki-laki.
Jadi persoalan utama: kesejahteraan, kesejahteraan, kesejahteraan.

Tempo kurang dari 10 tahun, para sahabat yang hijrah ke Madinah, awalnya disubsidi para anshor, sebagian bahkan ditawari istri. Biaya walimahnya ditanggung. Biaya hidupnya ditanggung. Dulu para sahabat tidak mendefinisikan pernikahan sebagai cinta. Cinta itu abstrak.
Tanggungjawablah yang melandasi pernikahan. Dengan semangat tanggungjawab itulah kemudian menumbuhkan cinta. Bukan dibalik. Ada kader menyatakan ingin bercerai dari
istrinya. Alasannya tidak cinta. Anak antum berapa? 6. Antum ga cinta tapi anak enam, kemana aja antum?
Dalam jangka 10 tahun, para sahabat muhajirin sudah mengembalikan bantuan-bantuan para sahabat anshar. Jadi hanya tempo 2 periode pemerintahan kita sekarang. Kesejahteraan para sahabat yang tadinya dibantu sudah pulih. Bukan cuma pulih, bahkan bisa mengembalikan bantuan yang diberikan sahabat anshor.

Jangan pisahkan dunia bisnis, dunia dakwah, dst. Harus “integrated” dalam kehidupan kader dakwah.
Kesejahteraan adalah agenda yang harus kita perjuangkan dalam pilkada. Kesejahteraan itu untuk mem”backup” keimanan. Di antaranya ada masalah ilmu,
artinya persoalan pendidikan, kesehatan, dan peluang membuka lapangan kerja
sebanyak-banyaknya.
Islam tak bisa dilaksanakan dengan baik tanpa faktor-faktor tsb. Islam juga ditandai maraknya sektor riil, bukan hanya dengan banyaknya masjid atau majelis taklim. Baca buku: Visi peradaban komprehensif dalam islam. Bergeraklah dari sana.
Apa yang kita perjuangkan akan mendapat pertolongan dari Allah SWT.Yang kedua, “Kalian akan ditolong Allah sepanjang kalian memperjuangkan hak-hak orang-orang yang lemah.”
Tiga, kita pastikan seluruh ikhwan dan akhwat kita adalah orang-orang sholihin dan solihat dengan segenap agenda tarbawi yang menyertainya. Tinggallah yang kita pikirkan, setelah menang kita akan melakukan apa. Sambil menyiapkan kemenangan, pikirkan apa yang harus dilakukan setelah mendapat kemenangan.
Orang-orang yang sudah dimenangkan, mereka menegakkan ibadah dan kalimat
Allah dan “‘aataw zakaat”. Menunaikan zakat. Umar bin Abdul Azis telah mengentaskan seluruh mustahiqin pada era pemerintahannya.
Dalam urusan aqidah ada muslim, mukmin, munafiq, kafir. Tapi kalau soal ekonomi cuma dua: mustahiq dan muzakki.
Nishob lampung berapa? Rp3juta. Siapa saja di sini yang penghasilannya lebih dari Rp 3juta? Kalau saya tanya siapa penghasilannya kurang dari Rp 3 juta, saya yakin pasti banyak.
Berarti Umar bin Abdul Aziz dulu, dalam tempo kurang dari dua tahun, tidak ada satupun warganya menjadi mustahik. Semua menjadi muzakki. Artinya “upgrading” tingkat kesejahteraan sangat tinggi. Aktivitas bisnis, jawabannya: pasar, pasar, pasar.
Begitu kita menang, harus ada indikator yang jelas tak ada lagi yang jadi mustahik. Khususnya kader PKS. Khususnya kader PKS. Mustahik itu bahasa lainnya adalah dhoif. Kata Rasulullah: “Jangan meninggalkan keturunan yang dhoif.”
Bahasa koran Republika pluralnya menjadi dhuafa. Itu bahasa ekonomi, tapi bahasa perjuangan , dhuafa adalah mustadh’afin, fil ardhi ,orang-orang yang tertindas di muka bumi. Jadi kalau kita ingin menang dalam skala provinsi, asia pasifik dst, income minimal kita minimal Rp 3juta.
Jadi tak semata-mata melihat kemenangan dari masjidnya saja. Ini salah satu indikator “iqomatus sholat” . Tapi juga harus “itauz zakat”. Bisa bayar zakat karena kesejahteraannya.
Apakah tidak boleh kader-kader PKS menjadi orang kaya? (Gemuruh …) Sepuluh orang yang dipastikan masuk surga, 9 dari 10 orang itu semuanya konglomerat. Sampai-sampai di kolong tempat tidur mereka disimpan batangan emas simpanan mereka. Silakan baca di Bukhori Muslim. Jadi yang dimaksud “fid dunya hasanah wa fil akhirooti hasanah”, betul-betul wujud pada para sahabat.

Jadi apa boleh aktivis gerakan Islam menjadi konglomerat?
Kader harus punya KP sendiri-sendiri. Apa itu KP? (Kemampuan Produksi). Bisnis batubara, perantara/broker batubara itu ‘fee’nya setengah dolar per metrik ton. Sedangkan transaksi batubara itu bukan satu dua metrik ton, biasanya satu kapal. 20ribu ton. Upah ‘broker’nya aja jadi berapa? 10 ribu dolar. Kalikan Rp 9 ribu. Rp 90 000.000.
Itu baru ‘broker’. Bagaimana kalau bisnis sendiri? Bumi langit ini padahal diperuntukkan untuk orang-orang soleh. Ini salah siapa? Salahnya orang-orang soleh yang ga mau bersentuhan dengan kekuasaan. Ga mau “islahul mujtama dan islhaul hukumah”.
Rasulullah bercerita dialog antara Allah dengan malaikat. Hadits qudsi. Suatu hari Allah menyuruh menghancurkan sebuah negeri. Tapi kata malaikat di negeri itu masih ada orang-orang soleh. Kata Allah, “Mulailah (penghancuran) itu dari dia.”
Antum orang soleh tapi mendiamkan pengelolaan kekayaan alam di tangan
orang-orang tak soleh. Siap-siaplah antum menjadi target operasi penghancuran Allah.
Nashrul fikroh, nasrud dakwah, rekruitmen tak boleh berhenti. Rumahtangga islami. Jangan pernah berhenti. Jadilah ‘hafiidzun aliim’. Kader yang berpengetahuan/profesional dan dapat dipercaya.
Soal calon bupati yang wanita. Jangan tanya ke orang lain. Lihat saja pendampingnya sudah Mufti yang Lc dan MA pula. Apakah akan merubah’tawajjuh’, orientasi Islam kita? Tidak akan merubah orientasi kita. Secara struktural kita tak memperkarakan. Yang sudah mutafaq alayh adalah persoalan perempuan sebagai pemimpin negara.
“Al Umm madrosatun”. Ibu adalah guru besar. Pertanyaan lain ke ikhwah, fasilitas dan sarana apa saja yang sudah disiapkan para suami agar istrinya bisa menjadi guru besar dan pencetak generasi. Salah satu ciri seorang pemimpin: jarang di rumah. Kalau sering di rumah jadi pemimpin rumah tangga saja. Serta ciri yang lain anggota keluarga tak ada ketergantungan dengan sang pemimpin. Karena manajemen rumah tangga sudah dibangun dan sudah selesai. Jangan sampai anaknya batuk lalu ditelpon. Abi lagi liqo. Memangnya kalau ada abi batuknya hilang?

Situasikan ini Khususnya Menjelang Pilkada.
Bisnis harusnya “built in” dalam diri kita. Waktu ahli hadits verifikasi hadits harus keliling, mereka ga mengajukan proposal tapi berangkat bawa dagangan. Pulang bawa dagangan lagi. Bagaimana wajihah dakwah ketika ada kegiatan tak serta merta merapat ke bendahara bawa proposal.
Kata Rasulullah, sebaik-baik pekerjaan adalah pekerjaan ibunya Musa. Ia menyusui di kampungnya, tapi diberi gaji istana. Bukan gaji istana, tapi gaji kampung. Syaikh Hasan al Banna juga mengatakan bahwa aktivis dakwah harus punya diversifikasi maisyah. Jangan puas dari satu sumber penghasilan.Walaupun penghasilan tetap sudah besar. Konsep ini agaknya cocok untuk para umahat.
Infak Ust. Abdul Hakim saja Rp20juta. Baru infaknya. Ust. Muzammil lebih besar lagi (yang disebut mesem-mesem …). Karena gerakan Islam itu kadang-kadang memukul, kadang dipukul. Jadi koalisi kita ini adalah takwim bagi para menteri kita
Aktivitas bisnis berbeda dengan aktivitas akademis. Bisnis ga boleh ada prestise dan idealisme. Yang ada peluang. “Opportunity” harus diambil, yang penting halal.
Dianjurkan memiliki “baitul wasi” (rumah yang luas) dan kendaraan yang nyaman. Dikatakan nyaman kalau kita naik kendaraan itu, badan ga pegel.

* Disarikan dari pidato Presiden PKS, Luthfie Hasan Ishaq di depan kader PKS Lampung.
** Sumber: eramuslim

Posted by: pksgrogol.com 

Related News

Tidak ada komentar :

Leave a Reply