DPC PKS Grogol Petamburan: Tabligh Akbar Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW
Posted by : pks / on : Kamis, 30 Juni 2011
Luthfi Hasan Ishak : Kemenangan Pilkada adalah Kemenangan Dakwah
Posted by : pks / on : Selasa, 07 Juni 2011
Dan yang sudah sama-sama kita pahami, PKS adalah partai kader. Kaderisasi kita difokuskan untuk mensetup dan mendesain kader yang islamis. Sosok yang kalau dalam bahasa arab disebutkan: “Qur’anun yamsyi ‘alal ardh”. Qur’an yg berjalan di muka bumi.
Tadi sudah diingatkan soal “innashholaati wan nusuki wa mahyaya wamamati lililahi robbil alamin”. Ibadah menjadi tujuan kita bersama.
Saudaraku,
Sosok seperti apa yang diharapkan pada para kader. Syakhsiyah islamiyah dan syakhsiyah da’wiyah dimanapun mereka berada. Karena jumlah penduduk Indonesia yang tersebar di lebih dari 6000 pulau dari 17 ribu pulau di Indonesia. Tidak mungkin di backup oleh satu atau dua juru dakwah saja. Hari demi hari kita harus memproduk kader dakwah ke seluruh penjuru Indonesia. Dan yang memiliki semangat seperti itu adalah “anashirut taghyir”, mereka yang bisa membawa perubahan. Sehingga yang kita dahulukan adalah objek dakwah “anashirut taghyir” yang bisa membawa panji perubahan ke depan.
Kita sedang punya program nasional yang disebut validasi keanggotaan dan kader-kader. Untuk memastikan mereka masih menjalankan seluruh agenda dakwah. baik dia aktivis di DPRa ataupun anggota dewan. Kita validasi seluruh kontribusi mereka dalam agenda dakwah. Program nasrul fikroh kita tanya, rekrut kita tanya, sosial kita tanya. Seluruh aktivitas kita tanya.
Termasuk di rumah tangga. Mungkin kita harus memberi profil yang jelas, apa peran suami dan apa peran istri untuk mengantarkan pasangannya dan keturunannya menjadi aktivis dakwah ini. Bukan hanya soal kemapanan rumah tangga memberi fasilitas dan sarana rumah tangga. Tapi apa yang sudah diberikan istri agar suami menjadi “waj alna lil muttaqiina imaama”. Para umahat memfasilitasi suami agar menjadi penjaga dakwah yang tak berlama-lama di rumah.
Tadi saya mendapatkan cerita-cerita bahwa ikhwah Lampung saat masa ta’sis beberapa daerah (contoh, Palembang,not.) para aktivisnya dari Lampung. Sekarang saya berharap kader di Lampung termasuk para umahat di Lampung bisa mengcover Indonesia secara keseluruhan.
Kita berharap dakwah kita ke depan bisa makin kokoh dan eksis di masyarakat. Dengan memastikan kader yang diorbitkan di lini manapun adalah juru dakwah sebelum profesi lainnya. Banyak kader luar Lampung sekolah, bekerja di Lampung. Setelah berada di Lampung mereka bisa kembali ke kampungnya masing-masing. Siklus distribusi kader jangan sampai kalah.
Qudwah kita sudah jelas. Setelah hari-hari Rasulullah wafat, distribusi SDM yang sudah dibina Rasulullah SAW, ada yang meninggal di Rusia, ada yang meninggal di Eropa, ada yang kuburannya di Afrika Selatan. Hingga Asia Selatan. Dan penyebaran ini adalah indikasi keberhasilan dakwah.
Saya rasa ke depan dengan kualitas kader-kader di Lampung ini tidak hanya bisa menjawab pertanyaan Rasulullah kepada sahabat yang diutus ke Madinah (Yatsrib).” Ya Rasulullah, tidak satupun rumah di Yatsrib melainkan sudah dikumandangkan Laa ilaa illaLLah Muhammadur Rasulullah.”
Pertanyaan ke depan ada berapa dusun, ada berapa kelurahan, yang tiada satupun yang tidak ada tarbiyah dan halaqoh di sana.
Fasilitas Dakwah Terbaik
Definisi soal fasilitas dakwah jangan diukur dari selera dan tradisi masyarakat kita. Negara kita terlalu lama dijajah. Banyak juga juru dakwah kita era awal yang datang dari kalangan tasawuf dan sufi. Yang paling laku: kesabaraan, qonaah, sabar terhadap kondisi. Itu semua bagus . Tapi bukan berarti kesabaran dan qonaah menjadikan kita tak boleh bangkit mendapatkan apa yang harusnya kita ambil sebagai sarana dakwah.
Contoh ketika bercerita tentang Rasulullah saw. Untuk “coverage area” di wilayahnya, seluruh sahabat memiliki kendaraan istimewa. Siapa bilang ontanya rasulullah (onta “qoswa” bukan onta terbaik di jamannya. Dan saya yakin belum ada kader di Lampung ini yang memiliki kendaraan terbaik dengan kemampuan jangkau berbagai medan, dengan membawa beban yang begitu banyak.
Rasulullah pernah punya seeekor kuda yang kecepatannya tak bisa dikalahkan
oleh kuda para sahabat hingga akhirnya kuda tsb setelah tua bisa dikalahkan oleh seorang baduy. Hingga salah seorang sahabat marah. “Bagaimana mungkin ente bisa ngalahin kuda Rasulullah.” Rasulullah melerai pertikaian itu dengan mengatakan ,“Tidak ada yang bisa menjadikan sesuatu lebih baik melainkan Allah yang menjadikan itu baik baginya.”
Saat ini onta terbaik harganya $5juta, separoh “reward”nya Dulmatin dari AS, $10 juta. Kuda terbaik saat ini 2 juta poundsterling setara 30 miliar. Dalam sebuah kamp peperangan, Rasulullah tiba-tiba sudah datang mengendarai kuda tanpa pelana dan tanpa sais, mengejutkan pasukan muslim di situ. Serta sahabat yang tiba belakangan. Sedemikian hebatnya baik penunggangnya maupun yang ditungganginya untuk memproteksi dakwah dari berbagai ancaman.
Selain onta dan kuda, Rasulullah juga punya keledai. Namun demikian keledai Rasulullah ini biasa dipakai untuk sehari-harinya. Ke pasar, semacam itu. Mungkin bisa dianalogikan: keledai ini motor. Mobilnya adalah kuda.
Pedang dan baju besi Rasulullah juga yang terbaik. Besinya tak bisa dikalahkan musuh-musuhnya. Walau semua serba terbaik, tapi beberapa kali datang ke Aisyah, “Apakah ada yang bisa dimakan hari ini?” Dijawab “Tidak ada ya Rasulullah.” “Kalau begitu , saya puasa.” Jadi pulang tak ada makanan, puasa. Tidak serta merta memarahi istri, seperti kebanyakan orang Lampung. Ada perfect dalam hal performa tapi tetap bersahaja di rumah tangga.
Jika bulan Ramadan dandan Rasulullah perlente. Pakai baju bagus, dengan minyak wangi terbaik. Beginilah qudwah yang kita teladani. Bukan harus sepanjang waktu bersahaja. Tapi harus menyesuaikan dengan mihwar dakwah kita. Hingga dengan performa dakwah kita orang bisa tsiqoh dan desain yang kita arahkan bisa didengar.
Benar, orang yang sombong tidak boleh masuk surga, walau hanya sekecil biji sawi, sekecil atom. Ada sahabat yang bangkit,”Ya Rasulullah, di antara kita ada yang senang memakai pakaian yang bagus-bagus (hasanan)” – dalam terminologi kita sekarang pakaian “branded”. Seperti ada sepatu seharga Rp19 juta. Padahal yang pakai sepatu itu kalau ngantuk bisa tumbang juga.
Jawaban Rasulullah sungguh mencengangkan. “Allah indah dan suka kepada yang indah-indah.” Jadi tidak dilarang berperforma seperti itu. Sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia. Antum pakai pakaian lecek sekalipun tapi selalu merendahkan orang lain, maka sombonglah itu.
Bukan termasuk golonganku yang tidak menghargai orang yang lebih tua. Sesungguhnya orang yang paling dekat dengan Allah adalah yang memiliki pengetahuan, yang paling utama adalah orang yang bertakwa. Bukan dari golongan saya orang-orang yang tidak menyayangi yang lebih muda.
Jadi ada definisi-definisi siapa-siapa orang yang kita hormati, siapa yang kita sayangi. Rasulullah sudah mendefinisikan secara meluas. Begitu pula definisi sombong.
Jadi walau pakai motor butut tapi tidak hormat pada orangtua , tidak menghargai orang yang berilmu dan tidak menghargai orang yang bertakwa, maka dia bukan golongan Rasulullah.
Termasuk masalah penampilan kader kita di publik. Kita akan mengantarkan seluruh kader kita ke seluruh relung, seluruh pilar masyarakat agar memastikan dakwah kita diterima seluruh kalangan. Pada saat itu dia akan berinteraksi dengan seluruh level masyarakat. “Khotibunnas ala qudri uqulihim”. Bicara sesuai dengan bahasa mereka. Ajak bicara orang sesuai dengan tradisi dan adat budaya mereka.
Jadi tampilan kita tidak bisa diukur dengan tampilan standar orang melayu atau priyayi atau standar-standar yang umumnya ada di masyarakat. Rasulullah menyuruh kita berinteraksi sesuai dengan orang yang kita hadapi sehingga kita akan menyaksikan performa kader yang berbeda-beda.
Hujjah yang Tajam
Kita baru saja menyelesaikan kasus Century. Dan produk DPR yang semata hanya mengangkat kebobrokan ini ke ranah hukum. Agar para penegak hukum yang menentukan kadar kesalahan mereka serta apa vonis mereka nanti.
Antum tahu BI adalah institusi yang “untouchable”. Baru bisa diaudit oleh DPR tapi harus dengan konsensus mayoritas. Kita harus tetap mengangkat kekurangan serta siapa yang bertanggungjawab atas kebobrokan itu.
PKS adalah motor dari pansus Century. Ada sejumlah ketidakwajaran dari “abuse
of power” untuk melanggar hukum. Nah, produk ini sudah dihantar ke ranah hukum. Kita tunggu apa yang akan dilakukan pemerintah. Ditunggu statemen presiden apakah dia berpihak ke DPR atau eksekutif ?
Kadang kita harus berkata kasar sesuai dengan siapa yang kita hadapi dan dengan maksud apa. Saya perlu mengungkapkan ini agar antum tidak terkaget-kaget . Mungkin perlu bicara dengan standar Lampung, atau lain waktu dengan standar harokah islamiyah. Suatu saat Ust. Muzammil Yusuf atau Ust. Abdul Hakim harus berkata
lantang untuk membongkar korupsi. Insya Allah.
Musa harus bicara “qowlan layyina” kepada Firaun, karena ada hubungan khusus Musa dengan Firaun. Musa pernah hidup di istana dengan APBD atau APBF (anggaran belanja Firaun). Islam melarang “nukronul jamiil”, mengingkari jasa atau kebaikan apapun agama atau kelakuan orang itu. “Ihtirom” harus tetap diberikan.
Tapi kepada orangtua kandung, hanya dengan “body language” yang menyakiti sudah dilarang. Tak usah dengan kata-kata. Berkata “qowlan maysuura” kepada saudara-saudara ortu kita.
Tapi kepada orang-orang yang memiliki “soddu an sabilillah”, Rasulullah katakan: ucapkan “Qowlan baliigho”, kata-kata yang tajam yang bisa menjatuhkan argumentasi mereka, walaupun di depan publik.
Kholid bin Walid ketika mengepung makkah (fathu makkah), salah satu opsi yang ditawarkan *taslim aslam*, masuklah islam maka kalian dilindungi. Tapi tawaran ini tetap tidak disambut. Kata Kholid, orang ini sampai kepalanya pisah dari badan, belum akan menerima islam. Itu salah satu bahasa di antara sahabat. Mungkin akan ada anggota dewan kita dari Lampung yang akan bicara seperti itu nantinya.
Ketahuilah kontekstual kalimat tersebut. Banyak yang tak dipahami kader apa yang ada di tivi itu. Kalimat kita harus datang dengan hujjah. Kalau hujjah yang dialogis sebagaimana yang kita pakai selama ini ga kena, harus pake hujjah yang tajam.
Barter Bukan Tipe Dan Karakter PKS
Century berakhir sebagaimana yang antum ketahui. Fase kita hanya mengantarkan ke ranah hukum agar ditindaklanjuti penegak hukum. Jika kader kita di pansus dicampuri orang lain agar tidak menjalankan sebagaimana yang seharusnya, kita membentuk tim pengawas.
Kita harus membangun “clean & good governance”. Itu kesepakatan kita dengan
SBY. Kalau dikatakan kita mengkhianati, justru kita sedang melaksanakan amanat politik. Kalau dikatakan berkhianat, kemana aja kalian ini? Apakah sudah baca kontrak politik PKS dengan SBY?
Sehingga kita sama sekali tidak mengkhianati walau kepada orang yang berkhianat kepada kita. Umar bin Khotob katakan, “Kita tidak suka menipu tapi jangan kira penipu bisa ngibulin saya.”
Misbachun adalah kader politik, bisa dibedakan dengan kader dakwah. Daerah Misbachun, Pasuruan, Jawa Timur adalah daerah mayoritas PKB. Dia pengusaha
yang sudah berbisnis sejak lama. LC itu terjadi 2008 sebelum menjadi caleg PKS. Terjadi lambat bayar tahun 2009. Kita tak bertanggungjawab terhadap masa lalu seseorang sebagaimana kita harus membedakan masalah pribadi dengan organisasi.
Bukankah kita juga biasanya berusaha menyelesaikan masalah kita sendiri terlebih dulu. Baru dibantu sahabat-sahabat terdekat. Kalau tak selesai, baru struktur turun. Ternyata sudah selesai.
Ada pertanyaan, apa ini barter? Barter bukan tipe dan karakter PKS. Memang mereka sedang memberi serangan balasan. Dari soal pajak, suap, pelanggaran hukum. PKS tak tersentuh. Lalu nikah siri muncul sebagai sebuah isu. Sangkanya PKS. Padahal pelaku nikah siri yang banyak dari partai lain. Jadi umahat tak usah khawatir ada yang nikah siri.
Kemenangan Pilkada Kemenangan Dakwah
“Kami jadikan setiap nabi musuh yang menghadang jalannya.” Setiap tokoh dan setiap figur akan dimunculkan orang untuk mencari kesalahannya. Orang yang paling terhormat di komunitas PKS adalah yang paling pandai, paling banyak menemukan kebaikan-kebaikan orang lain. Kebaikan-kebaikan itulah yang kita kapitalisasi untuk kebaikan dirinya sendiri maupun lingkungannya.
Kebaikan-kebaikan akan menepis keburukan-keburukan. Jadi jangan memulai berinteraksi dengan orang melalui sisi buruknya. Gali kebaikannya, agar kebaikannya semakin dominan di lingkungannya.
Termasuk apakah dia kepala daerah atau calon kepala daerah. Kita sendiri tahu tak ada satupun dari kita yang tak punya pelanggaran syar’i besar ataupun kecil.
Dari sekian calon kepala daerah kita menemukan sisi-sisi positif. Apalagi sudah ada stempel kolektif secara struktural. Tinggallah kita menangkan. Tradisi kita : “faiza azzamta fatawakkal ‘alaLLahu”. sudah diputuskan: berazzam, membulatkan tekad apa yang diputuskan mas’ulin kita. Sehari-hari yang kita ucapkan “Qulillahumma mimman tasya” dst. Kekuasaan itu hanya dari Allah.
Ada pertanyaan, apa iya kita bisa menang? Soliditas shof dan ukhuwah kita sudah jadi buah bibir di semua kalangan. Parpol yang sangat solid dan bisa diandalkan imana-mana. Kalau PKS sudah turun, jarang ada yang bisa menandingi.
“Jangan sampai kalian bersengketa lagi. Jangan berselisih lagi. Kalau itu kalian lakukan maka itulah yang membuat kalian gagal.”
Semangat perjuangan kita sebagaimana Rasulullah katakan “Sesungguhnya Allah
memberi pertolongan karena kalian memperjuangkan kepentingan duafa di negeri-negeri kalian.” Kita berjuang untuk “ishlahul hukumah, ishlahul mujtama”. Bukan cuma binaul usroh wal muslimah.
Masyarakat sangat diwarnai prilaku dan kelakuan pejabatnya. Iya kalau pejabat kelakuannya sinergi dengan kebaikan. Tapi kalau yang maju adalah yang menghadang jalan dakwah, melakukan kerusakan …
Jadi Kemenangan di Pilkada adalah Kemenangan Dakwah.
Ini harus dipastikan dengan kontrak politik. Kezoliman tak akan selesai jika
kesejahteraan tak dikedepankan. Malaysia, paling dekat dengan antum. Kriminalitas ternyata sangat erat kaitannya dengan desain rumah. Blok dapur dan blok kamar tidur tak disekat. Anak-anak lebih betah di jalanan. Mengganggu orang di jalanan.
Tapi desain rumah RSSS standar PAS + UMNO di Malaysia: tiga kamar, satu ruang keluarga, satu ruang tamu. Satu kamar untuk ortu. Satu kamar untuk anak perempuan. Satu kamar untuk anak laki-laki.
Jadi persoalan utama: kesejahteraan, kesejahteraan, kesejahteraan.
Tempo kurang dari 10 tahun, para sahabat yang hijrah ke Madinah, awalnya disubsidi para anshor, sebagian bahkan ditawari istri. Biaya walimahnya ditanggung. Biaya hidupnya ditanggung. Dulu para sahabat tidak mendefinisikan pernikahan sebagai cinta. Cinta itu abstrak.
Tanggungjawablah yang melandasi pernikahan. Dengan semangat tanggungjawab itulah kemudian menumbuhkan cinta. Bukan dibalik. Ada kader menyatakan ingin bercerai dari
istrinya. Alasannya tidak cinta. Anak antum berapa? 6. Antum ga cinta tapi anak enam, kemana aja antum?
Dalam jangka 10 tahun, para sahabat muhajirin sudah mengembalikan bantuan-bantuan para sahabat anshar. Jadi hanya tempo 2 periode pemerintahan kita sekarang. Kesejahteraan para sahabat yang tadinya dibantu sudah pulih. Bukan cuma pulih, bahkan bisa mengembalikan bantuan yang diberikan sahabat anshor.
Jangan pisahkan dunia bisnis, dunia dakwah, dst. Harus “integrated” dalam kehidupan kader dakwah.
Kesejahteraan adalah agenda yang harus kita perjuangkan dalam pilkada. Kesejahteraan itu untuk mem”backup” keimanan. Di antaranya ada masalah ilmu,
artinya persoalan pendidikan, kesehatan, dan peluang membuka lapangan kerja
sebanyak-banyaknya.
Islam tak bisa dilaksanakan dengan baik tanpa faktor-faktor tsb. Islam juga ditandai maraknya sektor riil, bukan hanya dengan banyaknya masjid atau majelis taklim. Baca buku: Visi peradaban komprehensif dalam islam. Bergeraklah dari sana.
Apa yang kita perjuangkan akan mendapat pertolongan dari Allah SWT.Yang kedua, “Kalian akan ditolong Allah sepanjang kalian memperjuangkan hak-hak orang-orang yang lemah.”
Tiga, kita pastikan seluruh ikhwan dan akhwat kita adalah orang-orang sholihin dan solihat dengan segenap agenda tarbawi yang menyertainya. Tinggallah yang kita pikirkan, setelah menang kita akan melakukan apa. Sambil menyiapkan kemenangan, pikirkan apa yang harus dilakukan setelah mendapat kemenangan.
Orang-orang yang sudah dimenangkan, mereka menegakkan ibadah dan kalimat
Allah dan “‘aataw zakaat”. Menunaikan zakat. Umar bin Abdul Azis telah mengentaskan seluruh mustahiqin pada era pemerintahannya.
Dalam urusan aqidah ada muslim, mukmin, munafiq, kafir. Tapi kalau soal ekonomi cuma dua: mustahiq dan muzakki.
Nishob lampung berapa? Rp3juta. Siapa saja di sini yang penghasilannya lebih dari Rp 3juta? Kalau saya tanya siapa penghasilannya kurang dari Rp 3 juta, saya yakin pasti banyak.
Berarti Umar bin Abdul Aziz dulu, dalam tempo kurang dari dua tahun, tidak ada satupun warganya menjadi mustahik. Semua menjadi muzakki. Artinya “upgrading” tingkat kesejahteraan sangat tinggi. Aktivitas bisnis, jawabannya: pasar, pasar, pasar.
Begitu kita menang, harus ada indikator yang jelas tak ada lagi yang jadi mustahik. Khususnya kader PKS. Khususnya kader PKS. Mustahik itu bahasa lainnya adalah dhoif. Kata Rasulullah: “Jangan meninggalkan keturunan yang dhoif.”
Bahasa koran Republika pluralnya menjadi dhuafa. Itu bahasa ekonomi, tapi bahasa perjuangan , dhuafa adalah mustadh’afin, fil ardhi ,orang-orang yang tertindas di muka bumi. Jadi kalau kita ingin menang dalam skala provinsi, asia pasifik dst, income minimal kita minimal Rp 3juta.
Jadi tak semata-mata melihat kemenangan dari masjidnya saja. Ini salah satu indikator “iqomatus sholat” . Tapi juga harus “itauz zakat”. Bisa bayar zakat karena kesejahteraannya.
Apakah tidak boleh kader-kader PKS menjadi orang kaya? (Gemuruh …) Sepuluh orang yang dipastikan masuk surga, 9 dari 10 orang itu semuanya konglomerat. Sampai-sampai di kolong tempat tidur mereka disimpan batangan emas simpanan mereka. Silakan baca di Bukhori Muslim. Jadi yang dimaksud “fid dunya hasanah wa fil akhirooti hasanah”, betul-betul wujud pada para sahabat.
Jadi apa boleh aktivis gerakan Islam menjadi konglomerat?
Kader harus punya KP sendiri-sendiri. Apa itu KP? (Kemampuan Produksi). Bisnis batubara, perantara/broker batubara itu ‘fee’nya setengah dolar per metrik ton. Sedangkan transaksi batubara itu bukan satu dua metrik ton, biasanya satu kapal. 20ribu ton. Upah ‘broker’nya aja jadi berapa? 10 ribu dolar. Kalikan Rp 9 ribu. Rp 90 000.000.
Itu baru ‘broker’. Bagaimana kalau bisnis sendiri? Bumi langit ini padahal diperuntukkan untuk orang-orang soleh. Ini salah siapa? Salahnya orang-orang soleh yang ga mau bersentuhan dengan kekuasaan. Ga mau “islahul mujtama dan islhaul hukumah”.
Rasulullah bercerita dialog antara Allah dengan malaikat. Hadits qudsi. Suatu hari Allah menyuruh menghancurkan sebuah negeri. Tapi kata malaikat di negeri itu masih ada orang-orang soleh. Kata Allah, “Mulailah (penghancuran) itu dari dia.”
Antum orang soleh tapi mendiamkan pengelolaan kekayaan alam di tangan
orang-orang tak soleh. Siap-siaplah antum menjadi target operasi penghancuran Allah.
Nashrul fikroh, nasrud dakwah, rekruitmen tak boleh berhenti. Rumahtangga islami. Jangan pernah berhenti. Jadilah ‘hafiidzun aliim’. Kader yang berpengetahuan/profesional dan dapat dipercaya.
Soal calon bupati yang wanita. Jangan tanya ke orang lain. Lihat saja pendampingnya sudah Mufti yang Lc dan MA pula. Apakah akan merubah’tawajjuh’, orientasi Islam kita? Tidak akan merubah orientasi kita. Secara struktural kita tak memperkarakan. Yang sudah mutafaq alayh adalah persoalan perempuan sebagai pemimpin negara.
“Al Umm madrosatun”. Ibu adalah guru besar. Pertanyaan lain ke ikhwah, fasilitas dan sarana apa saja yang sudah disiapkan para suami agar istrinya bisa menjadi guru besar dan pencetak generasi. Salah satu ciri seorang pemimpin: jarang di rumah. Kalau sering di rumah jadi pemimpin rumah tangga saja. Serta ciri yang lain anggota keluarga tak ada ketergantungan dengan sang pemimpin. Karena manajemen rumah tangga sudah dibangun dan sudah selesai. Jangan sampai anaknya batuk lalu ditelpon. Abi lagi liqo. Memangnya kalau ada abi batuknya hilang?
Situasikan ini Khususnya Menjelang Pilkada.
Bisnis harusnya “built in” dalam diri kita. Waktu ahli hadits verifikasi hadits harus keliling, mereka ga mengajukan proposal tapi berangkat bawa dagangan. Pulang bawa dagangan lagi. Bagaimana wajihah dakwah ketika ada kegiatan tak serta merta merapat ke bendahara bawa proposal.
Kata Rasulullah, sebaik-baik pekerjaan adalah pekerjaan ibunya Musa. Ia menyusui di kampungnya, tapi diberi gaji istana. Bukan gaji istana, tapi gaji kampung. Syaikh Hasan al Banna juga mengatakan bahwa aktivis dakwah harus punya diversifikasi maisyah. Jangan puas dari satu sumber penghasilan.Walaupun penghasilan tetap sudah besar. Konsep ini agaknya cocok untuk para umahat.
Infak Ust. Abdul Hakim saja Rp20juta. Baru infaknya. Ust. Muzammil lebih besar lagi (yang disebut mesem-mesem …). Karena gerakan Islam itu kadang-kadang memukul, kadang dipukul. Jadi koalisi kita ini adalah takwim bagi para menteri kita
Aktivitas bisnis berbeda dengan aktivitas akademis. Bisnis ga boleh ada prestise dan idealisme. Yang ada peluang. “Opportunity” harus diambil, yang penting halal.
Dianjurkan memiliki “baitul wasi” (rumah yang luas) dan kendaraan yang nyaman. Dikatakan nyaman kalau kita naik kendaraan itu, badan ga pegel.
* Disarikan dari pidato Presiden PKS, Luthfie Hasan Ishaq di depan kader PKS Lampung.
** Sumber: eramuslim
Posted by: pksgrogol.com
Uang (edisi-4) Oleh : M. Anis Matta, Lc
Posted by : pks / on : Senin, 06 Juni 2011
semuanya kalau hanya berkuasa di Negara tetapi tidak menguasai
pasar. Tidak mungkin. Sekarang ini kita akan menemukan secara
individu, banyak individu yang lebih kaya dari Negara. Oleh karena itu
gabungan dari beberapa individu justru dapat dengan mudah
mengintervensi Negara dan memiskinkan Negara. Kalau kita hanya
masuk ke dewan, padahal dewan itu hanyalah bagian kecil dalam
panggung Negara, masih ada eksekutif masih ada yudikatif. Kita hanya
punya sedikit di dewan itu, dan di dewan itu masih sedikit pula. Kita
lihat daerah kekuasaan kita, dakwah ini ke depan hanya bisa menekan,
menguasai, mengendalikan situasi kalau kita punya orang yang
terdistribusi secara merata, memimpin Negara, memimpin civil
society, dan memimpin pasar. Baru kita akan digjaya sebagai sebuah
gerakan dakwah.
Ketiga, bagaimana kita memulai membangun kehidupan financial kita.
Pertama, perbaiki ide kita tentang uang. Ide itu adalah wilayah
kemungkinan, “space of possibility”. Semua yang menjadi mungkin
dalam ide kita pasti akan menjadi mungkin dalam realita. Ide itu
adalah tempat penciptaan pertama sedangkan realitas itu adalah
tempat penciptaan kedua. Jadi tidak ada realitas yang terjadi dalam
kehidupan ini tanpa sebelumnya tercipta pertama kali dalam ide-ide
kita. Sebelum pesawat terbang itu di ciptakan yang pertama kali
dahulu adalah ide bagaimana manusia dapat terbang seperti burung.
Jadi begitu sesuatu jadi mungkin dalam ide kita, ia bisa menjadi
mungkin dalam kenyataan.
Sekarang perbaikilah ide-ide kita tentang uang. Belajarlah utuk mempunyai mimpi besar tentang uang. Belajarlah untuk membuat daftar rencana, Insya Allah ketika saya meninggal nanti saya mewariskan sekian banyak uang. Buatlah step ide ini luas. Karena kalau space of possibility kita ini luas maka space of reality kita jadi luas. Kalau kita lihat mobil, belajarlah mempunyai selera yang bagus.Supaya ide- ide ini tumbuh dengan baik kita perlu dari sekarang membaca sebuah buku tentang uang.
Bacalah buku diantaranya The Millionaire Mind, ada dua buku yang ditulis oleh penulis yang sama karena ini adalah risetnya. Selanjutnya The Millionare Dead. Ini adalah penelitian yang dilakukan terhadap cara berpikir orang- orang kaya yang ada di Amerika. Kemudian buku One Minute Millionaire (Bagaimana menjadi Milliuner dalam 1 menit) dan ini juga punya website, kita bisa masuk websitenya, mereka punya psikotest kalau kita ingin mengetahui apakah kita punya talenta jadi orang kaya atau tidak. Alamat websitenya www.oneminutemillionaire.com.
dasar semuanya bagi pemula. Dan saya rasa penting juga untuk mendapatkan landasan syar’i yang bagus tentang hal ini apabila kita baca juga buku yang ditulis oleh syeikh Yusuf Qordlowi tentang nilai-
nilai moral dalam ekonomi Islam.
Perbaiki dahulu ide kita tentang uang, perbaiki tsaqafah tentang uang dan mulailah mempunyai mimpi besar untuk menjadi orang kaya, supaya kita Insya Allah naik derajatnya dari amil zakat menjadi muzakki. Supaya kita datang kepada orang jangan lagi bawa proposal, itu yang benar. Sering-seringlah ke tempat-tempat mewah, jalan-jalan saja untuk memperbaiki selera.
Saya punya 1 halaqah yang terdiri dari anak- anak LIPIA. Mereka datangnya dari kampung, dari pesantren semuanya. Saya tahu mereka membawa background, di backmind-nya itu ada psikologi orang
kampung yang tidak pernah bermimpi menjadi orang kaya. Saya Tanya kamu nanti setelah selesai dari LIPIA mau kemana? Mereka bilang Insya Allah kita mau pulang ke kampung mengajar ma’had, mengajar bahasa Arab. Suatu hari saya ajak mereka, hari ini tidak liqa’, tetapi saya tunggu kalian di Hotel Mulia. Saya ada di suatu tempat dan mereka tidak melihat saya. Saya suruh mereka berdiri di lobby. Mereka datang pakai ransel karena mahasiswa datang pakai ransel, diperiksa lama oleh security, karena penampilannya sebagai orang miskin dicurigai membawa bom. Saya lihat dari atas. Itu masalah strata, kalau antum datang pakai jas dan dasi tidak ada yang periksa antum di situ, karena yang datang pakai ransel tampang kumuh. Kemudian mereka bertanya dimana antum ustadz, saya bilang antum tunggu saja disitu. Saya dekat mereka tapi mereka tidak bisa melihat, saya hanya memperhatikan apa yang mereka lakukan. Kira- kira 2 jam mereka
saya suruh di situ, mondar-mandir di lobby. Minggu depan saya Tanya apa yang antum lihat disana. Orang lalu lalang, jawab mereka. Saya Tanya, pertama, apakah ada satu orang yang lalu lalang yang antum lihat yang mukanya jelek, dia bilang tidak ada. Semuanya ganteng semuanya cantik-cantik. Jadi ada korelasi antara wajah dan kekayaan. Makin kaya seseorang makin baik wajahnya. Kedua, ada tidak yang memakai pakaian yang tidak rapi kecuali antum. Dia bilang tidak ada, semuanya rapi. Jadi dengan latihan seperti ini pikirannya sedikit mulai terbuka. Karena ia membawa bibit dalam pikirannya untuk menjadi orang miskin. Sekarang Alhamdulillah, mereka bertiga sekarang ini sedang kuliah di UI ambil S2 Ekonomi Islam.
Jadi kita perbaiki insting kita. Pertama kali kita perbaiki tsaqafah kita. Jadi hadirkan buku-buku itu ke dalam rumah dan mulai dari sekarang anak-anak kita juga mulai di ajari tentang uang. Ikutilah kursus-kursus
tentang entrepreneurship supaya kita dapat memperbaiki dulu citra kita tentang uang. Kedua, menyiapkan diri untuk menjadi kaya. Orang- orang kaya yang bijak itu mempunyai nasehat yang bagus, mereka mengatakan “sebelum anda menjadi kaya latihanlah terlebih dahulu menjadi kaya”. Hiduplah dengan hidup gaya orang kaya. Orang kaya itu optimis. Bagi orang kaya biasanya tidak ada yang susah. Bagi mereka semuanya mungkin, karena itu mereka selalu optimis. Jadi yang harus dihilangkan dari kita adalah pesimis. Saya punya seorang teman sekarang jadi kaya, dia datang ke Jakarta hanya sebagai pelatih karate dan tidak ada duitnya, tapi supaya tidak ketahuan oleh istrinya bahwa dia tidak punya pekerjaan, setiap habis sholat subuh dia pergi lari untuk olahraga, setelah itu dia memakai pakaian rapi lalu keluar rumah. Dia juga tidak tahu mau kemana yang penting keluar rumah. Istrinya tidak tahu kalau dia tidak punya pekerjaan. Nanti di jalan baru ditentukan siapa yang dia temui hari ini.
Langkah pertama perbaiki dahulu sirkulasi darah kita, olahraga dulu, supaya wajah segar, makan yang banyak. Banyaklah makan yang enak, daging. Sering- seringlah makan yang enak. Menurut Utsman bin
Affan makanan paling enak itu adalah kambing muda. Setiap hari mereka makan kambing muda. Makan yang enak, olah raga yang bagus supaya wajah kita berseri. Syeikh Muhammad Al-Ghozali dalam
kitab Jaddid Hayataka mengatakan kenapa orang-orang Barat itu pipinya merah, karena sirkulasi darahnya bagus, gizinya bagus.
Sedangkan kita orang- orang Timur kalau ketemu itu auranya pesimis, tidak ada harapan. Biasakanlah kalau orang ketemu kita ada harapan yang terlihat, makanya kalau pilih warna baju pilihlah yang cerah- cerah. Ibnu Taimiyah mengatakan ada hubungan antara madzhab dan batin kita, pakaian apa yang kita pakai itu mempengaruhi kondisi kejiwaan kita. Jangan pakai pakaian orang tua. Ada anak umur 25 tahun pakaiannya pakaian orang tua, bagaimana nanti kalau umurnya 50 tahun pakaiannya seperti apa. Tampillah sebagai anak muda. Cukur rambut yang bagus, cukur kumis yang rapi janggut dirapikan. Rapi, supaya kita kelihatan ada optimisme. Belajarlah sedikit latihan menatap supaya sorotan mata kita kuat, perlu sedikit latihan menatap
Dahulu saya suka ceramah di kalangan orang- orang kaya. Waktu saya ceramah di rumahnya Abu Rizal Bakrie yang saat itu sedang berduit- duitnya, saya duduk dalam 1 karpet, ketika krismon pada waktu itu,
sekretarisnya bilang pada waktu itu, tahu tidak berapa harga karpet ini. Saya bilang saya tidak tahu, saya pikir sajadah biasa. Dia bilang karpet itu harganya 100 ribu Dollar. Karpet kecil harganya 1,6 M. Waktu saya selesai ceramah dikasih amplop, amplopnya tipis. Saya bilang sama sekretarisnya. Ini amplop kembalikan kepada dia. Bilang sama beliau saya cuma ingin berkawan dengan dia. Dia belajar agama sama saya, saya belajar dunia sama dia. Kalau saya terima ini, nanti saya dianggap ustadz dan dia tidak dengar kata- kata saya. Saya mau bersahabat dengan dia. Jangan kasih saya amplop lain kali. Supaya kita bergaul. Setiap kali saya datang ke kelompok yang pengusaha kaya itu saya selalu menolak, saya tidak terima ini saya ingin bergaul dengan bapak, saya ingin jadi teman. Alhamdulillah dari situ saya banyak teman dari kelompok orang- orang kaya, dan kalau datang, kita belajar. Saya bertanya sama mereka kenapa begini, bagaimana
caranya, bertanya kita belajar. Memang di jurusan saya dia belajar dari saya kalau ada yang perlu dido’akan panggil saya, bisa. Tapi kan saya tidak punya ilmu bikin duit sebelumnya, saya perlu belajar dari orang yang ahli. Jadi dalam bab itu saya murid, dalam bab saya dia murid.
duit, bagaimana caranya bikin perusahaan sama-sama dan saya tidak malu. Bergaul dengan mereka itu dari sekarang. Jangan tamak pada hartanya tetapi ambil ilmunya. Jangan minder bergaul dengan orang kaya seperti itu.
kalah, tadinya sombong semua. Pak Amin Rais mengatakan sebelum Pemilu “Nanti Golkar kita lipat-lipat, kita tekuk-tekuk, kita kuburkan di masa lalu”. Tidak tahunya Golkar masih di nomor 2. Partainya Pak Amin rendah perolehan suaranya. Suara umat Islam rendah. Jadi berkumpullah orang- orang kalah ini semua dalam 2 hari. Waktu itu Pak Amin sedang dikejar-kejar terus oleh Dubes Amerika untuk membuat pernyataan bahwa pemenang pemilu legislatif yang paling layak jadi Presiden, tapi Pak Amin menghindar. Jadi saya datang ke rumah Pak Fuad Bawazier. Saya bilang Pak Fuad, saya ini bukan orang politik, saya ini ustadz. Yang saya pelajari dalam syariat kita ini kalau kita sedang kalah seperti ini jalan keluarnya adalah i’tikaf, kita belajar banyak istighfar, tilawah dan seterusnya. Jauhi dulu wartawan, mungkin dosa-dosa kita banyak sehingga kita kalah. Dia bilang bener juga ya. Cuma kalau kita i’tikaf di Indonesia tetap saja diketahui wartawan. Kalau begitu kita umrah. Antum ikut ya dari PKS umrah. 4 orang dari PAN, dari PKS sekitar 3 orang. 4 orang ini naik bisnis first class, sedang kita dikasih ekonomi. Yang beli tiket dia soalnya. Mau diprotes bagaimana. Kita cuma dihargai begini, terima apa adanya dahulu. Tapi waktu itu dengan lugu datang menghadap Pak Fuad. Saya bilang Pak Fuad berapa harga tiket first class. Dia bilang pokoknya 2
kali lipat harga ekonomi. Jadi kalau tiket ekonomi pada waktu itu 1000 Dollar harga first class itu sekitar 2000 Dollar. Kenapa kita tidak sama- sama saja di kelas ekonomi, dan selisihnya kita infaqkan untuk orang
miskin. Ini kan masyarakat kita lagi susah. Dia ketawa dia bilang ya akhi, nanti ana infaq lagi insya Allah untuk orang faqir, tapi ana tolong dong di first class tidak mungkin ana turun di kelas bawah.
Kita tidak tahu apa nilai yang berkembang pada orang kaya, kenyamanan itu adalah nilai pada mereka. Mereka menghemat energi, tenaga. Dan, angka besar pada kita itu angka kecil bagi mereka. Uang 1 Milyar 2 Milyar itu uang jajan. Kalau kita, belum tentu punya tabungan sampai mati seperti itu. Itu masalah cita rasa. Cita rasa pada orang kaya itu berbeda. Ini yang kita pelajari, yang dianggap besar oleh mereka adalah ini. Dengan begitu kita menjiplak sedikit emosinya. Karena dalam pergaulan itu, kalau kita bergaul dengan seseorang itu, kalau bukan api dia parfum. Kalau dia parfum dia menyebarkan wangi, kalau dia api menyebarkan panas. Orang jahat itu api, kalau antum dekat-dekat akan menyebarkan panas. Orang baik itu parfum, kalau antum dekat-dekat setidak-tidaknya bau badan kita tertutupi oleh parfum tersebut. Jadi ikut-ikut karena kita perbaiki selera. Jadi kalau antum punya waktu kosong jalan-jalanlah ke mall, lihat-lihat orang kaya tidak usah belanja, lihat-lihat saja dulu, memperbaiki selera. Datanglah ke showroom mobil, datang ke pameran mobil. Lihat-lihat, pegang-pegang. Rajinlah berdo’a. Bergaullah dengan orang kaya.
Selain itu, rajinlah berinfaq walaupun kita miskin. Gunanya apa? Supaya antum tetap menganggap uang itu kecil dan supaya tidak ada angka besar dalam fikiran kita. Misalnya kita punya 10 juta, infaqkan.
Supaya antum meneguhkan, mesti ada yang lebih besar dari ini. Jadi angka itu terus bertambah di kepala kita, walaupun dalam kenyataannya belum. Tetapi dengan berinfaq seperti itu, kita
memperbaiki cita rasa kita tentang angka. Bukan sekedar dapat pahala tetapi efek tarbawi-nya bagi kita akan bertambah terus.
jarak. Kita membuat sirkulasi jadi bagus. Kelima adalah mulailah melakukan bisnis real. Terjun ke dalam bisnis secara langsung. Karena Rasulullah SAW mengatakan 9 per 10 rezeki itu ada dalam hal perdagangan. Saya juga ingin menasehati ikhwah-ikhwah yang sudah jadi anggota DPR dan DPRD, jangan mengandalkan mata pencaharian dari gaji DPR dan DPRD. Itu bahaya. Sebab belum tentu kader-kader di Riau ini nanti masih menginginkan Pak Khairul untuk periode selanjutnya. Belum tentu juga juga jama’ah menunjuk kita lagi sebagai anggota dewan, padahal gaya hidup sudah berubah. Anak-anak kita kalau kenalan dengan orang, bapak saya anggota dewan padahal itu hanya sirkulasi. Jadi setiap kali kita mendapatkan pendapatan dari gaji karena pekerjaan seperti ini, kita harus hati-hati itu bahaya. Jadi pendapatan paling bagus itu tetap dari bisnis.
Oleh karena itu, mulai sekarang itu belajarlah terjun ke dunia bisnis. Jatuh bangun waktu bisnis tidak ada masalah, terus saja belajar. Tidak ada juga orang langsung jadi kaya. Yang antum perlu terus berbisnis.
Begitu juga dengan para ustadz, teruslah bisnis. Begitu juga dengan seluruh pengurus DPW-DPD dan seterusnya. Teruslah berbisnis. Lakukan bisnis sendiri sekecil-kecilnya. Tidak boleh tidak. Itulah
sumber rezeki yang sebenarnya. Kalau antum mau kaya sumbernya adalah dagang. Rezeki itu datangnya dari 20 pintu, 19 pintu datangnya dari pedagang dan hanya 1 pintu untuk yang bekerja dengan keterampilan tangannya, yaitu professional. Misalnya akuntan itukan professional, pekerja pintar, tapi kalau sumber rezekinya satu makanya uangnya terbatas. DPR juga begitu sumbernya satu, yakni gaji bulanan itu hanya 5 tahun. Itu pun kalau tidak di PAW sebelumnya. Jadi kalau saya ketemu dengan ikhwah dari dewan, hati-hati jangan sampai mengandalkan mata pencaharian dari situ.
tapi teruslah jangan pernah putus asa. Saya punya partner bisnis. Dia mulai bisnis umur 16 tahun, semua jenis pekerjaan sudah dia lakukan. Pada suatu waktu dia mempunyai 38 perusahaan tapi dari 38 perusahaan ini hanya 6 yang menghasilkan uang. Kita lihat berapa ruginya. Jadi seringkali kita salah pandang terhadap orang kaya. Kita pikir tangan dingin semua yang disentuh jadi uang. Ternyata tidak juga. Jadi hal-hal seperti itu harus kita hadapi secara wajar jangan shock kalau rugi. Jangan berfikir dengan berdagang antum akan cepat kaya, yang menentukan antum cepat berhasil dalam dagang itu adalah secepat apa antum belajar. Cara belajar itu ada dua: baca buku atau sekolah atau bergaul dengan orang- orang sukses, nanti kalau sudah baca buku sudah bergaul dengan orang sukses masih gagal juga. Teruslah berdagang, teruslah bergaul, teruslah seperti itu karena setiap orang tidak tahu kapan saatnya dia ketemu dengan
momentum lompatannya.
TAMAT
Sumber: http://pengusahapks.wordpress.com/2011/05/31/uang-edisi-4/
Posted by: pksgrogol.com
Uang (edisi-3) Oleh: M Anis Matta, Lc
Posted by : pks / on :
semakin miskin atas nama kesabaran. Bahkan ada perang terhadap materialisme, karena kita harus zuhud sekarang.
Pemahaman tentang kezuhudan itu salah satu pemahaman yang paling banyak merusak kita. Karena kita tidak tahu bedanya orang zuhud dengan orang miskin. Imam Ghazali mengatakan orang zuhud itu adalah orang yang punya dunia lalu meninggalkannya dengan sadar. Orang miskin itu adalah orang yang ditinggal dunia. Kalau ada orang miskin tidak
dapat makan lalu puasa Senin-Kamis itu bukan orang zuhud. Itu orang miskin yang berusaha memaksimalisasi kondisi keterbatasannya agar tetap dapat pahala. Daripada tidak makan dan tidak dapat pahala lebih bagus tidak makan dapat pahala. Orang zuhud itu orang pasca dunia kalau orang miskin itu orang pra dunia. Kita lihat Rasulullah SAW itu sudah kaya raya sebelum jadi Nabi.
Kemiskinan Rasulullah yang kita baca di hadits-hadits itu adalah kemiskinan atas pilihan. Itu adalah pilihannya karena dia punya misi yang jauh lebih besar, yakni: yang begini itu dia tidak perlu lagi, sudah selesai. Bahkan Rasulullah mengatakan semua nabi-nabi itu sebagian besarnya kaya. Tidak ada lagi nabi yang diutus setelah nabi Syu’aib melainkan pasti dia berasal dar keluarga kaya dari kaumnya. Rasulullah itu mengenal uang waktu umurnya 8 tahun, dia mulai kerja dan mendapatkan gaji. Pekerjaan pertamanya mengembala kambing. Umur 12 tahun dia sudah pulang pergi luar negeri ikut dalam bisnis keluarga. Umur 15 sampai 19 tahun ikut dalam perang sehingga punya pengalaman milter, Umur 20 tahun Rasul sudah jadi pengusaha investornya adalah Khadijah. Waktu umur 25 tahun dia nikah dengan investornya. Berapa maharnya? Seratus
ekor unta. Berapa harga seekor unta sekarang? Jauh lebih mahal dari 1 ekor sapi. Kira- kira 10 juta 1 ekor unta jadi totalnya 1 Milyar. Anak muda 25 tahun punya uang cash 1 Milyar. Itu maharnya tapi yang
disimpan itu masih ada. Walaupun Rasulullah SAW setelah menjadi Nabi mengatakan sebaik-baik wanita adalah wanita yang cantik dan mahar yang murah, itu sebagai sistem tapi tradisi jahiliyah itu status.
Oleh karena itu, waktu pamannya yang bernama Abu Thalib menyampaikan khutbah nikahnya sebagai sambutan keluarga pada pernikahan Rasulullah SAW, beliau mengatakan sesungguhnya orang
Quuraisy tahu bahwa Muhammad salah seorang pemudanya yang terbaik, yang paling terhormat. Layaklah dia nikah dengan khadijah karena maharnya tersebut. Pemuda 25 tahun punya uang 1 Milyar,
sedangkan kita 25 tahun baru selesai Perguruan Tinggi dan karya terbesar kita adalah menulis lamaran kerja. Ini pemahaman keagamaan yang beredar dikalangan kita yang membuat kita ini
miskin. Itu sebabnya di Zaman penjajahan dahulu para penjajah itu dengan sengaja menghidupkan kelompok-kelompok sufi di tengah masyarakat. Paham sufiyah dihidupkan supaya orang- orang miskin itu
tidak pernah bermimpi menjadi kaya dan merasa benar bahwa dia miskin. Maka langkah pertama menuju kekayaan adalah perbaiki dulu pemahaman keagamaan kita. Saya dahulu sekolah di pesantren 6
tahun, tempatnya dulu itu di hutan, bahkan tidak ada mobil lewat di sana, kalau kita ingin mendapatkan kendaraan umum kita harus jalan 3 km terlebih dahulu.
Pada suatu hari ada badai datang dan menerbangkan seluruh atap gedung, masjid, dan seluruh benda yang
ada disitu. Semuanya mudah diterbangkan karena bangunan yang ada adalah bangunan murah semuanya. Tiap hari kita makan hanya nasi dan kecap selama 6 tahun. Setiap kali kita makan, guru saya selalu bilang ini nasi akan membuat kamu besar. Cuma butuh waktu. Karena itu fisik saya kecil karena pada masa pertumbuhan kita tidak mendapatkan gizi yang baik dengan alasan latihan, sabar, perjuangan. Waktu itu saya bilang ini sekolah sengaja disimpan jauh dari kota karena kota itu neraka, disini kita hidup dengan cara yang benar. Waktu itu saya mau ke Jakarta untuk kuliah, saya minta guru saya istikharah buat saya, satu bulan kemudian saya datang dan dia menganjurkan kepada saya untuk kuliah di Jakarta saja di LIPIA, karena LIPIA itu selingkar syurga yang dikelilingi oleh neraka. Itulah pemahaman keagamaan yang kita warisi. Waktu saya kuliah di LIPIA juga belajar syariah namun tetap tidak ada yang mengajarkan kita
pemahaman keagamaan yang benar tentang kekayaan. Kedua, karena kita tumbuh dalam lingkungan pendidikan yang tidak mengajarkan kita dasar-dasar yang benar untuk menegakkan kehidupan. Lihat kurikulum yang kita pelajari. Tidak satupun yang kita pelajari di sekolah itu benar-benar kita pakai dalam kehidupan real kita. Sekarang belajar bahasa Inggris sejak kelas 4 SD sampai Perguruan Tinggi. Tahun pertama itu 10 tahun, tetapi TOEFL kita tidak bagus-bagus. Padahal bahasa itu adalah sarana komunikasi yang seharusnya menjadi basic. Begitu juga tentang uang. Kita tidak pernah sama sekali belajar disekolah tentang uang. Saya dulu belajar hitung dagang di sekolah tapi itu pelajaran yang paling kita tidak suka. Jadi lingkungan pendidikan kita juga seperti itu. Setelah kita tarbiyah pun hal-hal seperti itu belum diajarkan. Mungkin karena satu hikmah ataupun lainnya yang tidak kita ketahui.
Tetapi kalau kita membaca literatur yang ditulis oleh Imam Hasan Al- Banna, sebenarnya perhatian ke arah ekonomi itu justru malah lebih besar dari awalnya. Bahkan muncul gagasan ekonomi Islam itu adalah anjuran dari beliau. Salah satu rintisan dari beliau untuk memperbaiki kehidupan ekonomi ummat Islam. Oleh karena itu saya menganjurkan kepada ikhwah di kaderisasi untuk segera membuat materi tatsqif tentang uang, karena itu perlu. Ketiga, karena kita ini memiliki ciri- ciri orang miskin dalam kepribadian. Ciri orang
miskin: Pertama, orang miskin itu tidak pernah bermimpi jadi orang kaya. Kalau kita baca buku The Millionaire Mind (pemikiran milioner), di dalam buku tersebut disebutkan fakta bahwa di kalangan orang miskin itu berkembang ide-ide yang membuat mereka itu miskin. Salah satunya karena memang mereka tidak punya mimpi jadi orang kaya.
Waktu sekolah saya pernah ikut kursus keterampilan membuat sepatu, jadi saya bisa membuat sepatu. Karena kita mindset-nya disiapkan untuk menjadi buruh, kalau tidak bisa menjadi guru bahasa Arab
akhirnya menjadi tukang sepatu. Kita lihat rintisannya. Jadi kita tidak pernah punya mimpi untuk menjadi kaya. Contohnya, kalau kita lihat orang pakai mobil Mercy, tidak pernah terpikir oleh kita kalau kita juga
ingin punya mobil Mercy. Yang terpikir oleh kita adalah tega-teganya
orang ini pakai Mercy.
Allah berikanlah saya model rumah yang seperti ini. Kalau kita melihat mobil bagus, rumah bagus, hinggap sebentar di mobil itu, sapu baik- baik lalu berdo’alah. Ketika tinggal di rumah mertua, saya bisa tinggal
di tempat yang luasnya beberapa ribu meter. Cuma saya bilang, saya tidak ingin didominasi oleh mertua. Jadi setelah menikah saya bilang saya mau keluar dari rumah ini. Kata mertua saya, “Kamu mau tinggal
dimana?” Itu urusan saya, satu tahun saya sudah tinggal di sini. Saya keluar. Lalu saya kontrak rumah. Rumah saya itu mirip kandang ayam, triplek-triplek saja. Ada 3 petak rumah, kalau kita bersin disini akan
terdengar oleh semua tetangga. Lantainya sebagian itu berupa tanah dan saya pun tidak punya kasur. Saya punya kasur setelah anak ke-3 saya lahir. Istri saya kalau sudah hari Sabtu atau Minggu mengajak pulang. Saya tahu dia ingin balik ke sana, Tapi kita belajar menata hidup kita sendiri, tidak tergantung dari orang. Setiap hari saya lewat di depan sebuah rumah besar halamannya luas. Kalau saya lewat rumah itu saya berjalan pelan-pelan sambil menunggu bis dari Al- Manar. Saya melewati rumah itu yang terletak di pojok halaman yang luas dan ada banyak pohon-pohonan. Saya usap itu temboknya. Alhamdulillah rumah itu menjadi rumah saya.
Apabila saudara antum punya mobil, antum jangan marah padanya. Jangan Tanya uangnya dari mana. Jangan Tanya seperti itu. Antum pegang mobilnya, usap- usap mobilnya. Sekarang kalau saya mau ke DPP tiap hari lewat Menteng, lewati rumah yang bagus-bagus, disitu juga ada masjid yang besar bernama Sunda Kelapa. Saya suka berdo’a juga disitu. Ya Allah, saya ingin tinggal disamping masjid ini, bagaimana caranya atur ya Allah. Syurga aja kita pinta, apalagi rumah. Suatu waktu saya pernah naik private jet punya Abu Rizal Bakrie waktu itu jauh sebelum era partai karena saya suka ceramah di rumahnya. Kita pergi naik
private jet nya. Enak juga naik private jet. Saya berdo’a juga disitu. Saya juga ingin yang seperti ini karena enak. Syurga aja kita pinta apalagi seperti ini. Kemarin Muraqib ’Am ditanya oleh kader. Kadernya protes, “Ustadz Hilmi anggota dewannya sudah mulai pada borju semuanya. Di jawab oleh ustadz Hilmi mereka tidak borju cuma menyesuaikan penampilan dengan lingkungan pergaulannya. Jadi kalau ikhwah pada kaya-kaya saya juga bahagia. Saya paling senang kalau ada ikhwah yang punya private jet, perlu didorong itu. Jadi kita tidak perlu belanja tiket lagi kalau ingin ke Riau. Tidak terikat dengan jadwal penerbangan regular. Dan saya Tanya harga private jet itu, setidak-tidaknya kita sudah tahu harga private jet itu. Sewaktu-waktu saya naik mobil Land Cruiser punya teman saya, mobil saya Kijang. Saya bilang mobilmu lebih enak dari mobil saya. Dia bilang kenapa. Saya bilang saya pikir mobil saya itu lebih enak dimuka bumi, ternyata mobil bapak lebih enak. Memang mobil kamu apa, saya jawab Kijang. Dia bilang, “Oh itu mobil masa lalu saya”.
Karakter orang miskin itu harus kita hilangkan, itu sebabnya kita miskin. Karena tidak punya mimpi menjadi orang kaya. Kedua, kita ini umumnya tidak ulet. Senang difasilitasi. Dan, ada karakter yang buruk di Melayu, pada umumnya senang diberi hadiah daripada memberi hadiah. Bahagia dan bangga kalau ditraktir makan daripada kalau mentraktir makan. Kalau kita ingin menjelaskan orang Cina lebih kaya dibanding kita di negeri ini, karena dia lebih rajin bekerja. Saya pernah mengisi pelatihan di Telkom, saya suruh tulis mimpi-mimpi mereka semua. Saya kasih kertas besar, mereka menulis dan menggambar. Hampir semua mereka membuat gambar yang sama. Sebuah rumah disampingnya ada sawah-sawah, disampingnya ada masjid, kemudian ada pesawat terbang dan ada ka’bah. Saya harus menjelaskan. Dia bilang nanti saya berharap insya Allah sudah naik haji sebelum pensiun, setelah pensiun nanti saya punya rumah di desa di sampingnya ada sawah-sawah, disampingnya lagi ada masjid. Jadi dia Ibadah kerjanya. Saya bilang bapak pensiun umur berapa. Dia bilang 55 tahun. Mau menghabiskan sisa umur di desa di samping masjid dan
di samping sawah. Kalau bapak diberi umur 80 tahun oleh Allah SWT berapa sisa umur bapak, 25 tahun akan bapak habiskan disamping sawah. Begitu cara kita berfikir, kita menghindari tantangan.
Saya pernah ceramah di Direktur BULOG, dia mau pensiun dini, dia tinggalnya di Patra Kuningan dekat rumahnya Pak Habibie. Saya diminta mengisi ceramah di rumahnya tentang menajemen harta
untuk lansia. Yang hadir itu angkatan 63 UGM dari Fakultas Ekonomi semuanya. Saya bilang bapak setelah pensiun nanti mau tinggal dimana. Dia bilang mau balik ke kampung halamannya di Solo. Saya
Tanya Solonya dimana. Dia bilang agak ke pinggir sedikit. Dia sudah punya rumah di sana, di sampingnya ada sawah-sawah, ada masjid, persis seperti gambar orang Telkom itu. Saya bilang kenapa tidak
tinggal di Jakarta. Dia bilang siapa yang bisa tahan tinggal di Jakarta setelah pensiun. Biaya mahal, anak saya sedang pada kuliah semuanya saya tidak kuat nanggung. Coba kita lihat waktu pendapatan kita berkurang yang kita lakukan itu adalah mereduksi dan mengurangi kegiatan kita supaya kita menyesuaikan diri dengan pendapatan, seharusnya ketika pendapatan kita berkurang bukan kegiatan yang kita reduksi tapi yang kita lakukan adalah tetap memperbanyak kegiatan dan menambah pendapatan. Jadi saya bayangkan kalau bapak di kasih umur 80 tahun, bapak akan tinggal di kampung itu selama 25 tahun. Sekarang saya coba menghayal-hayal kira-kira jadwal hariannya seperti apa. Jam 3 insya Allah dia akan
bangun qiyamul lail sampai subuh dia sudah tidak tidur karena orang kalau sudah diatas 40 tahun kebutuhan tidurnya sebetulnya cuma 2 jam, setelah subuh mungkin dia nanti wirid, setelah itu dia pergi jalan pagi, mungkin aktifitas jalan pagi dan lainnya selesai jam 7. Setelah itu dia mandi lalu sarapan dia baca Koran. Katakanlah selesai jam 9. Setelah itu dia shalat dhuha. Setelah itu tanda Tanya karena tidak ada kegiatan yang dia lakukan. Lalu masuk waktu zuhur sebelumnya dia punya waktu 3 jam, setelah itu dia makan siang setelah itu dia bangun tidur siang, bangun ketika ashar. Ashar sampai maghrib dia lakukan duduk- duduk di teras minum kopi sambil memandang sawah. Sebelum maghrib dia mandi, setelah maghrib dia makan malam sampai isya mungkin dia mengaji. Setelah shalat isya melihat televisi sebentar setelah itu dia tidur lagi. Kita lihat tidak ada waktunya yang produktif. Orang ini 25 tahun menunggu kematian. Kematian itu tidak
perlu ditunggu nanti dia akan datang sendiri kenapa kita tunggu- tunggu dia. Kita lihat cara kita merencanakan hidup. Seharusnya di usia seperti itulah kita bekerja makin giat karena jadwal kitra makin dekat. Kematian kita makin dekat bukan makin terserah tetapi begitulah pikiran yang ada pada orang-orang miskin, orang-orang ini tidak ulet, menghindari tantangan, tidak ingin kerja keras. Karena itu rata-rata jadwal kerja orang miskin itu dibawah 8 jam. Sementara jadwal kerja orang kaya itu diatas 15 jam. Wajar kalau mereka jadi kaya karena jam kerja mereka juga banyak.
Sumber: http://pengusahapks.wordpress.com/2011/05/26/uang-iii/
Posted by: pksgrogol.com
Uang (edisi-2) Oleh: M. Anis Matta Lc
Posted by : pks / on :
Saya ingin bicara 3 point supaya kita lebih terarah dalam soal uang.
Ibnu Abid Duni menjelaskan beberapa alasan tentang mengapa kita semua diperintahkan menjadi kaya dalam Islam itu. Alasan Pertama, karena harta itu tulang punggung kehidupan. Makanya orang kalau punya harta punggungnya rada bungkuk sedikit. Antum lihat orang-orang Amerika kalau datang ke sini tegap-tegap semua kan , karena punya duit. Pejabat-pejabat keuangan kita kumpul di CGI tunduk-tunduk semua, karena mau pinjam duit. Allah mengatakan “Janganlah kamu berikan harta-harta kamu kepada orang-orang bodoh (orang-orang yang tidak sehat akalnya) yaitu harta harta yang telah Allah jadikan kamu sebagai yang membuat punggung tegap”. Jadi Hidup kita tidak normal begitu kita tidak punya uang. Kita pasti punya banyak masalah begitu kita tidak punya uang.
- Pertama, Mengapa Islam menyuruh kita kaya.
- Kedua, Mencari penjelasan tentang mengapa kita miskin.
- Ketiga, Bagaimana kita mulai merekonstruksi kehidupan finansial kita.
Alasan kedua, peredaran uang itu adalah indikator keshalehan atau keburukan masyarakat. Apabila uang itu beredar lebih banyak ditangan orang-orang jahat maka itu indikasi bahwa masyarakat itu rusak. Apabila uang itu beredar di tangan orang-orang shaleh maka itu indikasi bahwa masyarakat itu sehat. Masyarakat Indonesia ini rusak salah satu indikasinya karena karena orang-orang shalehnya sebagian besar adalah para fuqara wa masakin. Ahlul Masjid di negeri ini terdiri atas fuqara wa masakin. Bahkan sebagian besar orang mungkin mengunjungi masjid bukan karena benar-benar ingin ke Masjid, melainkan karena tidak punya tempat untuk dipakai mengaktualisasikan diri. Antum lihat orang- orang tua yang datang ke masjid biasanya orang yang kalah dalam pergulatan sosial. Kalau dia tentara, biasa setelah pensiun baru dia ke masjid. Kalau dia pedagang biasanya setelah dia bangkrut baru dia ke masjid.
Rasulullah SAW mengatakan “Sebaik- baik uang itu adalah uang yang beredar diantara orang-orang shaleh” Jadi Apabila kita yang ada di sini tidak mengendalikan uang yang ada di Riau, itu adalah tanda- tanda yang tidak bagus. Kenapa? karena kalau uang itu berada ditangan orang- orang shaleh maka uang itu akan mengalir di saluran- saluran yang baik. Kalau ibu-ibu disini dibagikan 1 Milyar kira-kira uang itu akan diapakan. Buat daftar belanjanya. Antum bisa lihat semuanya itu belanja kebaikan. Pertama, pasti akan dipakai untuk potongan partai. Coba lihat anggota DPR, begitu jadi anggota dewan yang pertama potongan buat partai. Waktu itu ada teman dari Golkar dan PPP, “Itu dana konstituen diapakan?” Kita jawab itu tidak lewat kita, melainkan langsung ke Dapil (Daerah Pemilihan). Uang yang masuk ke tangan orang shaleh pasti mengalirnya di kebaikan juga. “Kalau gajinya berapa di potong? Kalau di Golkar cuma 2,5 juta perbulan di potong”. Kalau di PKS itu biasa 50 sampai 60 % dipotong. Jadi antum lihat daftar belanjanya orang shaleh. Kedua, untuk rihlah, kemungkinan itu pergi umrah atau menghajikan keluarga atau naik haji sendiri. Bapak-bapaknya pun kalau punya uang 1 Milyar, tidak jauh- jauh dari situ juga; infak buat partai, menyenangkan keluarga, dan operasional pribadi untuk dakwah pribadinya juga. Semuanya di jalur kebaikan. Bila ada kenikmatan, tidak mungkin dia pergi judi. Tidak mungkin juga dia pergi ke tempat prostitusi, paling- paling dia cari jalur halal. Tapi coba sebaliknya, kalau uang itu beredar ditangan orang jahat, larinya juga pada kejahatan. Salah seorang saudara saya cerita, waktu itu ada seorang kaya sangat kaya di daerah Indonesia. Orangnya masih hidup sekarang. Dia punya private jet. Saking kayanya, dia suka main judi ke London. Pesawat private jet itu jenis Boeing. Jadi kalau pergi dia membawa rombongan, biasanya dia parkir disana 1 minggu atau 2 minggu. Itu kalau parkir, kan bayar. Selama dia main judi, dia persilahkan teman- temannya yang ingin pakai pesawatnya, seperti layaknya meminjamkan mobil. Sekali main, biasanya bisa rugi sampai 5 juta dollar, meskipun kadang- kadang untung 8 juta dollar. Sekali waktu mereka main ke sana, sudah beberapa hari kangen dengan Nasi Padang. Dia bilang ke Pilotnya tolong ke Singapore beli Nasi Padang terus balik lagi ke London. Begitulah cara mereka menggunakan uang.
Kalaupun orang kaya itu muslim, tidak berjudi, tapi dia tidak punya visi dakwah, dan tidak hidup untuk satu misi besar dalam hidupnya, dia pasti akan menggunakan uangnya untuk kesenangan pribadi, seperti perhiasan dan seterusnya. Saya punya kawan, kalau dia pakai seluruh perhiasannya kira- kira sekitar 2 juta dollar di badannya, cincinnya 1 juta dollar. Mobilnya ½ juta dollar, jam tangannya biasa sampai 2milyar. Adalagi temannya kira- kira punya 200-an jam tangan. Sebuah jam tangan itu harganya kira- kira 2 milyar. Lebih buruk lagi, kadang-kadang orang kaya yang tidak baik memakai uangnya untuk memerangi kebaikan. Itulah yang terjadi ketika orang-orang Yahudi memegang kendali keuangan dunia. Maka dari itu menjadi kaya itu bagi kita adalah satu keharusan, untuk mengembalikan keseimbangan sosial, kehidupan di tengah- tengah kita. Ketiga, terlalu banyak perintah syariah yang hanya bisa dilaksanakan dengan uang. Antum lihat 5 rukun Islam, Syahadat tidak pakai uang, sholat tidak pakai uang, puasa tidak pakai uang tapi zakat dan haji pakai uang. Kalau 200 ribu orang umat Islam Indonesia tiap tahun pergi haji. Rata- rata mengeluarkan 5000 dollar, coba antum kalikan berapa banyak uang yang beredar untuk melaksanakan satu ibadah. Belum lagi Jihad. Jadi kita tidak bisa berjihad kecuali dengan uang. Misalnya kita di Indonesia sekarang mau pergi ke Palestina untuk pergi berperang, tenaga kita tidak diperlukan karena tenaga sudah cukup dengan ada yang disana. Rasul Mengatakan “Siapa yang menyiapkan seseorang bertempur maka dia juga dapat pahala perang”. Jadi bannyak sekali perintah-perintah Islam yang memerlukan uang. Waktu Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, diantara hadits-hadits pertama yang beliau sampaikan pada waktu itu adalah Afsussalam wa ath’imu tho’am. Jadi mentraktir itu tradisi nabawiyah. Sering-seringlah mentraktir karena itu perintah Nabi, dan ini turunnya di Madinah pada saat menjelang mihwar daulah. Kira- kira di jaman kita inilah, di mihwar dakwah sekarang. Washilul arham dan sambung shilaturrahim. Antum akan melihat nanti di akhir penjelasan saya nanti bahwa ciri-ciri orang maju itu salah satunya adalah kalau belanjanya dalam 3 hal lebih besar daripada belanja kebutuhan lauk- pauknya, salah satunya belanja komunikasi. Jadi kalau biaya pulsa kita lebih tinggi itu indikator yang baik. Itu artinya shilaturrahim kita jalan. Jangan missed call, suruh orang telpon balik. Keempat, Karena harta itu adalah hal- hal yang dibanggakan oleh manusia sehingga menentukan strata sosial. Antum akan lebih berwibawa dan didengar orang kalau punya uang. Apabila tidak punya uang, biasanya kita juga biasanya jarang didengar oleh orang. Misalnya dalam keluarga. Antum bersaudara ada 7 orang. Kalau kontribusi finansial antum dalam keluarga itu tidak banyak dan bila antum satu-satunya da’i dalam keluarga, dakwah antum juga kurang didengar oleh keluarga. Karena disamping ingin mendengarkan nasihat yang baik orang juga ingin mendapatkan uang yang banyak. Hadiah-hadiah pada hari lebaran, infaq-infaq dan seterusnya dan itu biasanya melancarkan dakwah kita. Saya hadir pada suatu waktu di sidang Ikatan anggota Parlemen Negara-Negara OKI. Setiap kali ada waktu bertanya yang paling pertama diberi kesempatan bertanya itu utusan dari Arab Saudi, sedangkan utusan dari Negara miskin seperti Maroko atau Tunisia biasanya tidak dapat giliran, kalau bukan sendiri yang angkat tangan. Masalah harta ternyata juga berpengaruh pada hal- hal seperti itu.
Mercy. Saya protes kepada dia dengan semangat dakwah dan jihad, antum itu tega pakai Mercy, saudara-saudara antum di Palestina di sana masih berjuang, antum hidup di Jerman ini pakai Mercy
bagaimana ceritanya. Dia bilang nanti saya jelaskan, antum ikut saya saja dulu. Saya diajak keliling supermarketnya dulu. Orang itu memang kaya. Sudah keliling dia bilang, di Jerman ini kalau kau ingin ketemu
seorang direktur, begitu kamu parkir mobil nanti direktur itu suruh sekretarisnya tengok dia itu pakai mobil apa. Jika kau tidak pakai Mercy nanti sekretarisnya bilang Direktur sedang tidak ada. Kalau kau pakai
Mercy kau disambut baik-baik oleh mereka. Mercy ini wajib disini. Itu hal- hal yang dibangga-banggakan oleh manusia. Dan itu berkali-kali disebutkan dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu sebagai Muslim saya ingin
didengarkan orang, apalagi kita sebagai da’i kita perlu punya wibawa di depan orang. Sebagian dari wibawa itu dibentuk 0leh kondisi finansial kita. Ulama- ulama kita juga meriwayatkan bahwa ternyata diantara hal-hal yang disenangi oleh wanita kepada laki-laki salah satunya adalah uangnya. Perempuan itu katanya menyenangi pada laki-laki kalau dia lebih pintar daripada si perempuan, kalau dia lebih kaya daripada perempuan, lebih kuat daripada perempuan. Dan kepemimpinan itu kan diberikan kepada laki-laki salah satu sebabnya karena kewajiban memberikan nafkah itu. Kalau kita ingin berwibawa di depan istri tolong kewajibannya ditunaikan dengan sempurna. Itu akan menaikkan wibawa kita di depan istri. Seorang istri itu tidak hanya membutuhkan seorang suami yang romantis tapi juga seorang suami yang romantis dan realistis.
Ada seorang akhwat berkata kepada saya, saya sebenarnya tidak materialistis tapi masalahnya kita realistis karena kita tidak bisa hidup tanpa materi. Dan kalau materi kita sedikit maka hidup kita juga tidak akan nyaman. Sedikit banyak itu juga penting. Kelima, harta itu salah satu sebab yang dapat membuat orang itu bisa bahagia di dunia. Jangan lagi pernah bilang “biar miskin asal bahagia”. Sekarang perlu kita balik, “biar kaya asal bahagia”. Saya ingat guru saya waktu SD selalu mencari kamuflase, bahwa walaupun kita miskin tetap bisa bahagia. Memang bisa, tapi susah. Adalagi yang bilang “uang tidak bisa membeli cinta”. Memang tidak bisa, tapi kalau kita jatuh cinta dan punya uang itu lebih enak. Rasulullah SAW realistis sekali ketika dia mengatakan bahwa diantara yang membuat orang itu bahagia adalah: Pertama, Istri yang sholehah, kedua, rumah yang luas, dalam hadits lain disebutkan kamar-kamar yang banyak. Menurut Syeikh Qordlowy yang disebut kamar-kamar itu minimal enam kamar. Satu buah kamar untuk suami istri, sebuah kamar untuk anak laki- laki, sebuah kamar untuk anak perempuan, sebuah untuk pembantu, dua buah kamar lainnya untuk kerabat suami dan istri yang datang menginap di rumah. Itu 6 kamar tidak termasuk dapur, ruang makan, ruang keluarga, ruang tamu, perpustakaan keluarga dan musholla. Kelanjutan dari hadits itu, dan kendaraan yang nyaman.
Kalau suaminya pengurus DPW dan istrinya aktif di salimah atau di Pos Wanita Keadilan, kan perlu mobilitas juga. Masa suaminya pergi pakai mobil, sedangkan istrinya pergi rapat kemana- mana sambil gendong anak. Dia sudah hamil 9 bulan, merawat anak, malam tidak tidur. Kita zhalim juga terhadap istri kalau kita tidak memberikan hal-hal yang membuat dia nyaman dalam kehidupan. Untungnya waktu kita menikah dulu banyak akhwat kita yang tidak tahu hadits ini. Padahal dalam banyak pendapat di berbagai madzhab misalnya di madzhab Imam Syafi’i, apalagi Imam Malik, kewajiban wanita itu yang sebenarnya hanya melayani suami dan mendidik anak, sedangkan pekerjaan rumah tangga, mencuci dan seterusnya itu tidak termasuk dalam kewajiban wanita. Qiyadah-qiyadah akhwat mengikuti daurah tingkat nasional kemarin di Jakarta. Coba bayangkan akhwat-akhwat kita sebagian besar sarjana. Waktu kuliah dia direkrut kan salah satu alasannya karena dia anshirut taqyir dan otaknya brilian. Banyak akhwat kita Indeks Prestasinya 4,1 begitu 10 tahun menikah, dia sudah tidak nyambung lagi dengan suaminya kalau bicara, karena dia mengalami stagnasi intelektual. Tiba-tiba dia mengerjakan semua semua pekerjaan pembantu rumah tangga, dia melahirkan juga, melayani suami juga, memasak juga, mencuci juga, dan kadang-kadang kita terbawa oleh romantika perjuangan, rasanya heroik melihat istri mencuci, suami pulang dakwah dalam keadaan lelah, istri dirumah mencuci, mengepel lantai. Sepuluh tahun kemudian kita dielus-elus oleh istri, kita pikir sedang dipijit, padahal hanya dielus-elus karena tangannya dipakai untuk mencuci, jadi tangannya sudah bukan tangan ratu. Sementara suami pegang pulpen, pegang kertas karena sibuk mengisi halaqah, sedangkan pekerjaan yang kasar-kasar dikerjakan oleh istri. Sudah saatnya pekerjaan- pekerjaan begitu kita delegasikan kepada mesin. Jangan buang waktu di dapur, di tempat mencuci. Delegasikan kepada mesin. Kita ini orang- orang pilihan dari umat kita. Berapa banyak orang yang sarjana di negeri ini, sedikit. Makanya kalau capres syaratnya S-1 calonnya juga nanti sedikit. Saya tidak setuju kalau capres itu syaratnya S1, tamat SD pun bisalah. Sebagian besar orang ikut. Jadi yang bisa merasakan pendidikan tinggi itu barang elit di negeri ini. Jadi kalau akhwat kita yang sarjana itu setelah menikah disuruh jadi pembantu rumah tangga atas nama kesetiaan, ketaatan, cinta dan sejenisnya maka kita telah berbuat zalim terhadap SDM kita sendiri. Mungkin akhwat kita itu sabar-sabar, dia menerima keadaan. Tetapi walaupun dia menerima keadaan, kita kehilangan potensi, kita kehilangan umur-umur terbaik. Sebenarnya kalau dipacu untuk dakwah, untuk kepentingan lebih besar, lebih strategis, faedah yang didapat pun akanjauh lebih besar, waktu kita ini tidak akan cukup mengerjakan hal- hal tersebut, maka belilah waktu orang lain. Hitung- hitung kalau beli tenaga pembantu kita buka lapangan kerja, kita bukan hanya mendelegasikan pekerjaan kita juga buka pekerjaan bagi orang lain.
dibanding kemiskinan. Makanya Rasul mengatakan tentang minum susu, makan habbatussauda’, madu. Coba kalau antum, misalnya, tidur diatas kasur yang empuk dalam ruangan ber-AC, tidur 2 jam itu
bisa sangat nyenyak. Apalagi minum susu hangat sebelum tidur. Bangun pagi minum madu campur habbatussauda’. Saya kira kita perlu memperbaiki dan melihat kembali pemahaman keagamaan
seperti ini secara benar. Sehingga kita jangan menganggap kemewahan itu justru melelehkan orang tapi bikin nyaman. Inilah 5 alasan mengapa kita harus kaya.
Sumber: http://pengusahapks.wordpress.com/2011/05/24/uang-part-ii/
Posted by: pksgrogol.com
Uang Oleh: M. Anis Matta, Lc.
Posted by : pks / on :
Bismillah,
Ikhwan dan Akhwat sekalian, Alhamdulillah kita dipertemukan oleh Allah dipagi hari ini, walaupun kemarin saya ragu-ragu apakah saya bisa hadir hari ini atau tidak. Istri saya sakit demam berdarah dan dirawat di rumah sakit hingga hari ini.
Alhamdulillah hari ini ada perbaikan sedikit dan bisa ditinggal. Selain
itu, rasanya sudah rindu sama antum semuanya karena cukup lama
tidak ke sini. Sebenarnya saya punya rencana kunjungan ke sini pada
bulan Januari yang lalu dalam rangkaian jaulah ke 13 DPW bersama 13 pengurus Bidang Kaderisasi dan Bidang Pembinaan Wilayah. Rencana itu dibatalkan karena saat itu sedang musim pesawat jatuh, jadi ada 8 DPW yang kita pending perjalanannya termasuk ke kota Pekan Baru ini.
Ikhwan sekalian.
Pagi ini kita bicara tentang uang. Sudah lama sekali saya mengusulkan bagian kurikulum di departemen kaderisasi untuk memasukkan pokok bahasan tentang uang. Gagasan- gagasan itu mulai muncul ketika
saya dahulu berada di awal dakwah ini. Salah satu pekerjaan yang saya lakukan adalah Lajnah Minhaj, di Bidang Kaderisasi bersama kang Aus. Saat itu, saya ikut menyusun beberapa Materi Tahmidi H1, H2. Kita memang tidak pernah berfikir untuk menyusun satu materi tentang uang karena yang ada dibenak kita bahwa bagian- bagian dari tarbiyah itu adalah tarbiyah ruhiyah, tarbiyah fikriyah dan tarbiyah jasadiyah. Ketika kita membuat partai, kita menambah sedikit yaitu materi tarbiyah siyasiyah.
Jadi Kalau wasilah dari tarbiyah ruhiyah itu banyak, ada Lailatul Katibah juga mutaba’ah yaumiyah. Wasilah tarbiyah fikriyah juga banyak tatsqif dan macam- macam. Tarbiyah Jasadiyah ada latsar ada mukhoyam. Tarbiyah siyasiyah sudah dengan sendirinya karena ada wasilah berupa partai. Tapi kita semuanya menghadapi suatu benturan realita yang disebabkan karena ada missing link dalam system berfikir
kita.Ada satu kosa kata yang tidak masuk kedalam benak kita padahal itu sangat menentukan masa depan kita yaitu uang. Jika ada yang bertanya kenapa kita miskin maka jawab “tidak belajar masalah uang”.
Ikhwah sekalian
Oleh karena itu, banyak sekali yang bolong dalam tsaqafah kita tentang uang. Kita bukan hanya salah membuat persepsi-persepsi itu, tetapi juga terkadang mempunyai kecenderungan anti uang. Kalau istilah Ust. Rahmat Abdullah ikhwah itu sabar menderita tapi tidak sabar melihat orang lain lebih kaya. Makanya mudah muncul gossip dikalangan orang yang punya sedikit kelonggaran secara finansial, apalagi kalau sebab kelonggaran finansialnya itu karena dia menjadi anggota dewan. Jadi pada tahun 1999, saya jadi ketua tim khusus.
Pada waktu itu sebagai Sekjen saya tahu persis dimana letak daerah kuatnya PKS kalau saya mau jadi anggota dewan. Ketika itu saya dicalonkan dari Bandung, Jakarta dan Sulawesi Selatan atas usul DPW
masing- masing. Nah, pilihan tertinggi jatuh pada Sulawesi Selatan. Waktu itu saya belum mau jadi anggota dewan karena saya belum punya rumah dan mobil. Saya tidak tidak mau bila nanti ada persepsi bahwa saya punya mobil dan rumah karena jadi anggota dewan. Oleh karena itu saya pilih Sulawesi Selatan. Jika saya pilih Bandung atau Jakarta pasti saya terpilih jadi anggota dewan pada tahun 1999. Saya mengerti persepsi-persepsi, gossip dan fitnah tentang harta di kalangan kita itu banyak disebabkan tsaqafah yang bolong tentang uang. Jadi, kita bukan hanya tidak berbakat jadi kaya tapi juga tidak senang dengan orang kaya dan cenderung anti kekayaan.
Kapan saatnya kita mulai mengalami benturan keuangan. Yang pertama setelah kita punya anak. Dahulu waktu saya kuliah, kita dimotivasi untuk cepat menikah oleh para murabbi kita, dengan satu alasan kemaksiatan sudah merajalela disekitar kita, daripada kita berzina lebih baik kita menikah. Kalau kita berargumen lagi bahwa kita belum ada pekerjaan karena kita masih tawakkal ‘alallah, innallaha Ghoniy, seluruh alasan- alasan aqidah dikerahkan untuk mendorong kita nikah.
Jadi kita semua mulai mengenal uang dan mempunyai persepsi bahwa uang itu perlu ketika anak kita menangis. Ketika saya datang ke calon mertua-saat itu beliau anggota DPR dan sudah 17 tahun menjadi
petinggi Golkar—untuk melamar, dia bertanya kepada saya: “Anak saya mau dikasih makan apa?” Saya bilang mungkin saya tidak share di rumah bapak tapi Insya Allah tidak makan batu. Kemudian dia
bertanya lagi, “Pendapatan kamu berapa?” Saya jawab, saya ada beasiswa 200 ribu perbulan. “Selain itu apa lagi?” Saya bilang tidak ada. “Masih kuliah”. Tapi waktu itu istri saya mengancam, kalau tidak kawin dengan saya, dia tidak mau kawin lagi. Akhirnya kita menikah juga. Jadi kita ini ikhwah learning by accident. Belajar dari benturan.
Ikhwah sekalian
Rasanya saya sendiri sebenarnya tadinya tidak pernah tertarik mengenal uang lebih jauh. Karena 6 tahun saya di Pesantren juga tidak pernah belajar uang. Lima tahun setengah kuliah di LIPIA Fakultas Syari’ah juga tidak pernah belajar uang kecuali 1 bab dalam pelajaran Fiqh yaitu kitab zakat, itupun dalam orientasi Amil Zakat, tidak ada orientasi menjadi muzakki. Saya mulai tertarik dengan uang setelah mengalami benturan diawal tadi saya ungkapkan, juga benturan ketika saya di Sekjen. Setelah jadi Sekjen itulah saya mulai menilai ada suatu masalah besar yang akan kita hadapi kalau masalah-masalah ini tidak selesai. Sejak itulah saya mempelajari hal ini. Sebelumnya meskipun saya mengajar Ekonomi Islam di UI, banyak belajar dan membaca masalah-masalah ekonomi, juga banyak membaca buku- buku bisnis dan bergaul dengan orang-orang bisnis, saya belum seberapa tertarik secara langsung dan punya perhatian secara khusus terhadap masalah uang. Ketertarikan itu mulai muncul setelah mengalami benturan betapa sulitnya kita mendanai aktifitas perpolitikan ini.
Sumber: http://pengusahapks.wordpress.com/2011/05/23/uang/
Posted by: pksgrogol.com