Kita ini mudah sekali silau dengan kegiatan “organisasi/orang “ lain, ana aja mundur dari dewan pembina sebuah oraganisasi bisnis, lebih baik “kerja” daripada ngurus seminar melulu. Ini gayanya orang indo. Belajar dari seminar ke seminar, yang “waah” sangat disukai, bukan terjun langsung di lapangan hidup mati, susah payah kita harus jadi diri kita sendiri. Ana sudah buka jalur bisnis matching nih, langsung dengan pengusaha-pengusaha Turki..
Grup Bisnis di Turki
Di sini (Turki), ada MUSIAT (grup bisnis yang omsetnya $ 1 juta). Anggotanya dari berbagai negara islam, sudah menawarkan ke ana untuk ikut pertemuan bulanan yang sering mereka adakan. Ada juga grup TUSKON yang kelas menengah, omzet membernya sudah ratusan juta USD/thn. Mereka banyak bergerak di bidang industri, property, konstruksi, finance,dll. Ada lagi kelompok yang di atas itu, namanya TUSIAT, bisnisnya sudah jauh di atas 2 grup di atas
Nasihat mereka, kita pengusaha harus lebih banyak terjun di bidang usahanya supaya dapat merasakan nikmatnya jatuh bangun yang merupakan anak tangga untuk bisa lebih survive di masa yang akan datang
Teruslah Bekerja…
Fight, take risk, falldown, fight lagi, take risk lagi dstnya.
Sampai ‘gagal’ itu gagal alias pegel mengikuti kita.
Cari jalan-jalan yang tidak pernah di terabas atau di terobos orang biasa (orang lain), memang ga enak seeh.
Bisnis itu tumbuh by proses, jangan mulai dari yang besar dulu, yang kecil-kecil aja dulu tapi yang belum pernah di garap orang lain. Kita kan suka yang ‘besar’ tapi sudah di jalankan orang, tidak ada differensiasinya, tidak unik, follower melulu. Kapan mau ada hasilnya? Ikuti nabi ibrahim menentang arus, di jaman itu gak ada yang berani berbeda dengan namruz.
Ana ‘sai’ (berjalan) begini bukan cari yang besar-besar, tapi core product dulu di prioritaskan, bagaimana kami bisa menembus pasar eropa, yaah karena memakai dana sendiri, sekalian tugas ana sebagai bidang trading di ‘organisasi bisnis’ ini, ana coba membangun relationship, walaupun ana tidak bisa bahasa Inggris, ternyata Allah Swt banyak memudahkan ana di lapangan (antum tau foto Pak XYZ yang ana posting kemarin?), beliau jago bahasa Indonesia, sudah biasa bertemu bisnis dengan pejabat di Indonesia, dimana ana ketemu dia? DILAPANGAN (Allah yang mempertemukan). Harapan besar harus kepada Allah (hati-hati ya akhi, bisa-bisa syirkul lisan)
Mari Bangun Organisasi
Nah! pulang dari sini, kita harus merapatkan barisan untuk bangun organisasi biar lebih besar lagi, Insya Allah.. Jadi maksud ana kalo antum ada satu bisnis (sektor riil/jasa) yang sudah di geluti walaupun kecil tidak di pandang sebelah mata oleh orang lain, mantapkan sampai ke ujung (cari dimana ujungnya, jangan kemana-mana dulu, faiza faroghta fanshobkan?)
Jadi maksud ana mari kita bersama upgrade ‘organisasi’ kita ini, agar kita tidak ‘merasa’ kerdil/minder lagi di hadapan organisasi-organisasi bisnis lainnya, sebagaimana seorang Ibu X yang sudah sudah menggerek bendera ‘organisasi’ di puncak tiangnya di Indramayu (jadi yang masih masang setengah tiang, atau benderanya sudah ada, tapi tiangnya masih mencari) silakan kita berjuang masing-masing agar bendera ‘organisasi’ kita ini lebih baik lagi di masa depan, seiring dengan tagline islam itu yu’la wala yu’la alaih.
Berikut pesan terakhir ana pada antum, mujahid sejati itu adalah:
1. Tidak pernah berharap kecuali kepada Allah saja
2. Tidak pernah mengenal kata akhir dalam perjuangan
3. Tidak pernah berpikir & bersikap negative
4. Tidak memerlukan gemuruh tepuk tangan
5. Tidak akan lemah karena cacian
6. Tidak akan bangga dengan penghargaan
7. Tidak pernah mengeluh kecuali pada Allah
Semoga semua mujahid bisnis ini dimudahkan oleh Allah Swt untuk menjadi seperti di atas, amin ya Robb
Catatan:
Tulisan di atas berasal dari diskusi BBM dan telah diedit oleh redaksi sesuai konteks bisnis terkini
Sumber: http://pengusahapks.wordpress.com/2011/05/04/taujih-dari-seorang-saudagar-pks/
posted by: pksgrogol.com
Tidak ada komentar :